Saya termasuk orang yang tidak bisa memendam permasalahan sendiri.
Duduk diam lalu menangis, Tidak. Saya bukan tipe orang seperti itu.
Tapi saya lebih suka berbagi duka dengan sesama. Begitu juga dengan
mereka, bila ada yang memerlukan kuping saya untuk mendegar keluh
kesahnya saya pun bersedia menjadi teman duka.
Nah
bicara soal curhat nih. Tentu nggak sembarang orang bisa kita jadikan
teman curhat. Karena nggak sembarang orang bisa menjaga cerita kita.
Rahasia kita. Butuh orang yang benar-benar kita kenal dan percayai agar
dia bisa menjaganya dan tentu saja bisa memberi solusi dari setiap
problem kita.
So, Siapa nih yang kita jadikan
teman curhat itu? Yang saya tulis disini bukan merupakan hasil riset
hanya hasil pengalaman hidup dan pengalaman teman-teman yang pernah
dikisahkan pada saya. Mari kita mulai :
First, yang pertama dan utama. Yang punya duka dan bahagia kita. Allah!
Kisahkan
masalahmu padanya di setiap sujud terakhir, selesai shalat atau di
hening malam. Disaat semuanya sudah tidur. Tak ada yang mendengar
keluhmu, tak ada yang mendengar isakmu. Hanya Allah. Ceritakan galaumumu
pada Allah sebelum pada manusia.
Second, Orang
tuamu. Orang tua yang dulu begitu tahu tentang kita. Tiba-tiba
setelah kamu dewasa perlahan kamu mulai menyembunyikan kisah-kisahmu.
Tidak adil bukan? Mereka berhak tahu semua yang terjadi pada dirimu.
Mereka juga berhak membantumu, Jangan takut dibilang anak mama atau
anak ayah. Bilang aja?
Kalau aku anak mama, emang masalah buat Loe!
Curhat
ke orang tua sama sekali tidak membuatmu kehilangan kedewasaan atau
kemandirian. Orang tua pernah muda lho, sedikit banyak mereka tahu
duniamu. Nggak pengen membebani orang tua? Boleh saja. Ada hal yang tak
perlu diceritakan, ada hal yang harus diceritakan. Jangan sampai nggak
cerita sama sekali. Aktivis, cerdas juga dekat dengan orang tua kan
keren, ya nggak?
Third, Sahabatmu. Siapakah
yang bisa disebut sahabat itu? orang yang menegerti kamu seutuhnya.
Yang selalu mengatakan apa yang sebenarnya tentang dirimu. Jika kamu
benar ia berkata benar dan memujimu. Jika kamu salah ia akan
menunjukkan arah yang benar padamu. Kalau perlu ia tak segan-segan
memarahimu. Demi kebaikanmu.
Fourth, Problem
solver. Siapa pun bisa, asalkan bisa membantumu. Menyelesaikan
masalahmu. Tentu aja masalah yang tak selesai dengan hanya kata-kata
penyembuh luka. Mereka yang punya keahlian khusus untuk itu. Example :
Suatu hari ban sepedamu bocor. Nggak mungkin kan cuma datang ke
sahabatmu terus cerita aja. Sepeda itu butuh tukang tambal ban. Ya
samperin deh tu Pak tambal ban yang banyak di pinggir jalan. Kalau mau
curhat panjang lebar sama Pak tambal ban, sambil nunggu ban selesai
ditambal ya nggak papa. Siapa tahu jadi sodara.
Fifth, Diary.
Bagi diary mania. Tulis aja masalahmu disana. Curhat dengan diary
meskipun benda mati kadang-kadang efektif juga. Paling tidak ada
sensasi plong dihatimu. Ada rekapan harimu disana. Jika hari berikutnya
masalah-masalahmu belum selesai. Ada catatan. Jadi semuanya
terselesaikan. Tak ada yang tertinggal.
At least, curhat
adalah usaha untuk berbagi. Tak hanya duka tapi juga bahagia. Dengan
siapapun kamu berbagi kisahmu. Hanya kamu yang tahu. Tanyakan pada
hatimu. Yang paling mengerti dirimu dan pas dihatimu. Jangan lupa juga
ya Allah tak pernah berhenti mendengarmu. Curhatlah ke Allah dulu ya
sebelum ke orang yang pas di hatimu itu.
Jangan suka memendam masalah sendirian ya, meskipun saya tahu tak semua orang bisa terbuka. Tapi
please melalui
tulisan ini saya mengajak siapapun kamu yang membaca tulisan ini untuk
mulai belajar menjadi pribadi terbuka. Terbuka pada sesamaa untuk
meringankan beban, duka dan menyembuhkan luka-luka.
Tak
ada salahnya berbagi duka, karena setiap orang punya duka dan air mata
yang membuat dia semakin dewasa nantinya. Kamu bukan malaikat yang
punya sayap-sayap hingga bisa tetap membuatnya kuat melawan angin.
Jangan pernah pura-pura kuat atau sok kuat. Saya yakin kamu juga pernah
rapuh. Bagilah dukamu usaikan rapuhmu. Karena kamu tak sendiri. ^_^
Rizza Nasir