Tampilkan postingan dengan label Titian Inspirasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Titian Inspirasi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 15 Februari 2015

Cara Menjadi Dewasa



Beberapa hari lalu ada seorang teman yang bertanya, "Rizza, bagaimana sih caranya menjadi dewasa itu?"

Kaget juga mendapatkan pertanyaan "aneh" itu. Menjadi dewasa? Kok tanyanya ke aku?

Seperti mengerti pertanyaan hati saya dia menimpali. "Iya, soalnya kamu kelihatan sudah dewasa banget, keibuan, sabar, pokoknya aku ngefans deh sama kamu!"

Oh, berlebihan bin lebay ini. Dia belum tahu ya kalau aku ngomel-ngomel, cerewet dan mrengut? Haduh, keibuan? Masak aku sudah pantas jadi ibu sih? *ngaca ah, apa mukaku uda ibu-ibu banget ya?*

Tidak! Tidak! Belum setua itu! *stress*

Tapi kan yang melihat orang lain?

Oke, fine! Dewasa, keibuan, sabar! Ah, baik semua lah itu. Dewasa semuda mungkin kan keren!
*
menghibur diri kipas-kipas*

Amin, semoga jadi doa

Hmmm... gimana ya jawabnya nih.. Cara mernjadi dewasa... cara menjadi dewasa...

Oke.. Bismillah..

1. Pikirkan kata-katamu sebelum diucapkan! Terutama jika harus berdiskusi bahkan berdebat dengan orang lain

Aku sering banget terjebak dalam hal ini, maksudku aku sering langsung menimpali pendapat teman sebelum memikirkan diksinya matang-matang. Akibatnya setelah dibaca ulang ternyata sangat kenak-kanakan. *malu euy*

Selasa, 03 Februari 2015

JANGAN MINDER MAS...



Saya mengenal seorang pria, 25 tahun usianya. Sebut saja namanya Hari. Dia adalah teman kerja saya. Satu tim kami 3 orang. Saya, Mas Hari dan Mbak Dea. Sejak saya bergabung dalam tim ini hampir 3 bulan ini, saya merasa mereka berdua lebih dari sekedar rekan kerja, mereka sudah seperti saudara saya sendiri.

Di sela-sela jam kerja, untuk menghilangkan kebosanan saya biasa membuka perbimcangan. Tentang banyak hal, isu terkini,  lagu baru, film baru, tulisan atau saya minta diajari editing dan video making. Pendek kata bersama mereka saya menemukan kembali iklim berbincang dan diskusi yang dulu akrab saya jalani di berbagai organisasi yang saya ikuti.

Salah satu yang pernah menjadi perbincangan serius kami bertiga adalah foto yang diunggah Mas Hari di akun facebooknya. Fotonya saat menghadiri wisuda kekasihnya di sebuah universitas swasta di Jogja. Saya tak tahu pasti apakah perempuan tersebut seusia atau adik kelasnya. Yang pasti, Mas Hari seharusnya juga sudah wisuda, karena dia masuk di jurusan IT pada tahun 2009. Diterima bekerja dan kesibukannya mengikuti event IT membuatnya memilih menunda wisuda dan akhirnya kekasihnya yang wisuda lebih dulu.

Sebelum hari wisuda itu tiba, Mas Hari memang pernah cerita tentang kekasihnya pada saya dan Mbak Dea, kami sering menggodanya, meminta dia segera melamar. Nanti keburu dilamar orang. Tapi kelihatannya Mas Hari santai saja. Hanya senyum-senyum sendiri,  tidak jelas apa arah senyum itu.

Sehari setelah menghadiri wisuda, saya bertanya padanya, lebih tepatnya penasaran, bagaimana ceritanya saat bertemu orang tua kekasihnya itu di prosesi wisuda. Awalnya dia bercerita dengan senyuman, kelihatannya bahagia bisa mendampingi wisuda, terlebih menyandingnya saat berfoto bersama.

Raut muka Mas Hari berubah lesu ketika ia mengatakan, “Ada seorang lelaki sudah PNS yang melamar dia, dia bilang padaku semalam”

Minggu, 01 Februari 2015

UNTUKMU YANG MEMILIKI TEMAN TAK SEMPURNA



Memang, tak ada orang yang sempurna di dunia ini. Termasuk kita. Tapi coba lihat di sekitarmu, satu persatu kamu akan temukan orang-orang yang tak seberuntung dirimu. Entah tuna netra, tuna rungu, tuna daksa, tuna grahita, lumpuh, pincang dan masih banyak lagi, tak usah disebutkan. Ini terdengar menyakitkan!

Sebentar, sebenarnya kita tak tahu, mereka atau kamu yang sempurna. Kita hanya bisa menerka. Siapakah yang merasa begitu. Tapi menurut Tuhan? Siapa tahu di mata Tuhan justru merekalah manusia sempurna. Bukan kamu, bukan juga aku.

Jangan pernah bilang “Kasihan dia”

Tolong jangan katakan “Kasihan dia, ayo dibantu!”

Asal kamu tahu, mendengarkan kata kasihan dari lisanmu sungguh membuat hati mereka sakit. Siapa yang sudi dikasihani? Siapa yang sudi dianggap tak berarti dan hanya merepotkan kehidupan ini? Siapa?

Rabu, 06 Agustus 2014

Rencana (Pasca) Sarjana #2




Ternyata menjadi sarjana itu rasanya seperti ini ya? Rasanya campur aduk. Antara senang, sedih dan beban. Senang karena tanggung jawab sebagai mahasiswa itu sudah terselesaikan, tanggung jawab pada orang tua untuk kuliah juga sudah dituntaskan. Sedih, karena harus berpisah dengan teman-teman di kampus. Tak bisa lagi berbincang dan bercanda dengan mereka. Beban, karena menjadi sarjana adalah tanggung jawab besar

Saya sempat menuliskan, jika nanti lulus kuliah saya akan langsung melanjukan S2. Kalau Allah merestui saya ingin kuliah di Aussie atau Jepang. Sebuah negara impian saya, atau saya ingin pergi ke Jogja. Sejak lulus aliyah saya sudah bercita-cita kuliah disana, menjadi penerus ibu. Tapi ternyata orang tua belum mengizinkan. Kala itu kota kedua pilihan saya adalah Malang, jadilah saya kuliah di kota itu. UIN Maulana Malik Ibrahim malang pada jurusan PGMI. Alhamdulillah 46 bulan di Malang saya selesaikan S1 tersebut.

Sekarang sudah wisuda. Lalu? Ternyata saya harus berpikir ulang jika harus S2. Tabungan saya untuk S2 sudah terpakai untuk menambahi biaya rumah sakit ayah seminggu sebelum saya diwisuda. Hanya tinggal delapan ratus ribu saja. Lagipula, siapa yang akan menjaga ayah di rumah? Ibu bekerja, adik-adik sekolah. Apakah saya juga akan pergi? Akhirnya saya kubur dalam-dalam impian melanjutkan S2 sampai waktu yang tidak ditentukan. Untuk S2, saya harus mulai menabung lagi dari awal. 

RENCANA (PASCA) SARJANA



Wisuda, memakai toga, berfoto bersama keluarga, mendapatkan ucapan selamat dari teman dan saudara. Lalu apa? Setelah seminggu berlalu hal membahagiakan itu tinggal kenangan. Ya, sadis sekali ya bahasanya, masak perjuangan skripsi yang sampai jungkir balik itu dibilang tinggal kenangan? Ya, memang begitulah adanya!

Foto wisuda yang membahagiakan itu oleh sebagian orang akan ia pajang di rumahnya. Sebagai kebanggaan, kalau ada tamu yang datang, sebagian orang lain menyimpannya, karena malu dilihat banyak orang. Ah orang memang macam-macam karakternya, tapi anehnya tanggapan orang lain setelah melihat saudaranya wisuda sarjana selalu sama, “sekarang kerja dimana?”, “Sibuk apa nih setelah sarjana?”

Untuk itu perlu ada perencanaan hidup selanjutnya pasca memperoleh gelar sarjana, atau menyelesaikan pendidikan kita. Apa yang kita lakukan selanjutnya? Mungkin ini bisa menjadi gambaran:

1. Bekerja

Perguruan tinggi setingkat strata S1 bergelar sarjana adalah tingkatan pendidikan tinggi. Orang yang lulus dari institusi itu dengan disiplin ilmu yang diambilnya dikatakan orang yang profesional di bidangnya. Lantas apa yang dilakukan selanjutnya selain bekerja? Mengaplikasikan ilmu untuk memperoleh penghidupan, sah-sah saja. Toh hidup juga butuh uang.

**Cari pekerjaan yang sesuai dengan disiplin ilmu (ijazah yang dikantongi, itu modal!)
** Cari pekerjaan yang sesuai minatmu, karena ada pula mahasiswa yang sebenarnya kurang sreg dengan jurusan yang diambilnya. Bagaimana bisa bekerja dengan profesional kalau tidak sreg? Cari pekerjaan yang sreg di hati. Tak sesuai gelar? Tak masalah! Pintu rezeki tak hanya satu!

Disadari atau tidak, pada akhirnya seseorang yang bekerja selalu ada sisi materialis. Ingin mendapatkan uang, uang dan uang. Siapa yang tidak ingin hidup serba berkecukupan? Tapi mengejar kekayaan tentu tak akan pernah menemui tepian. Sudah dapat A masih kurang, kurang dan kurang! Manusiawi sekali. Untuk itulah perlu adanya jiwa 3 M, memberi, mengabdi dan mensyukuri.

Senin, 04 Agustus 2014

Mensyukuri Tubuh Ini

Mata minus? Tak apa, masih bisa melihat bukan? Disana ada dia yang buta, melihat cahaya adalah impiannya.

Hidung pesek? Tak apa, masih bisa bernapas bukan? Disana ada dia yang kesulitan bernapas dengan baik hingga menggunakan alat bantu

Gigi tidak rata? Tak apa, masih bisa mengunyah makanan yang kau suka bukan? Disana ada dia yang sama sekali tak punya gigi, kesulitan mengunyah makanan kesukaannya

Bibir tebal? Tak apa, masih bisa tersenyum kan? Disana ada dia yang sumbing bibirnya, bahkan untuk tersenyum pun tak bisa

Tangan kidal? Tak apa, masih bisa menulis dengan tangan kiri kan? Disana ada dia yang menulis dengan kaki, karena tak ada dua tangan

Jari tak lentik? Tak apa, masih bisa memegang sesuatu kan? Disana ada dia yang tanggannya tak berjari

Sabtu, 02 Agustus 2014

Seseorang Dari Masa Lalu

Bagaimana jika suatu hari dalam hidupmu, saat kau sudah hidup lebih dari dua puluh tahun dengan suamimu, ada sebuah nomor tak dikenal masuk dalam ponselmu. Ia mengajakmu berbincang renyah. Suara wanita. Ya, itu adalah suara wanita.

"Aku meneleponmu, bukan untuk merusak rumah tanggamu. Aku hanya ingin menyambung tali silaturahim antara aku, kamu dan suamimu. Sungguh tak ada maksud apa-apa selain itu. Jadi kumohon jangan cemburu ya. Kalau kamu tahu aku sangat merasa bersalah pada lelaki itu. Dulu dia ingin menikahiku, tapi aku menolaknya karena aku merasa masih sangat muda, aku belum siap menjadi ibu. Tapi takdir berkata lain, ayahku menjodohkan aku dengan lelaki pilihannya, aku tak bisa menolak. Akhirnya aku menikah dengannya. Siap atau tidak siap, aku menjadi istrinya. Tahun lalu suamiku itu meninggal, kesendirianku mengingatkan aku pada kesalahan masa laluku itu. Ya, kesalahan karena mengingkari perkataanku pada lelaki yang mencintaiku. Lelaki yang kini menjadi suamimu. Aku ingin meminta maaf padanya. Sudah sejak lama aku mencari tahu keberadaan kalian, sampai akhirnya seseorang memberikanku nomer ini. Boleh aku bicara padanya? Bolehkah aku ke rumahmu?" 


Sabtu, 26 Juli 2014

Belajar Dari Iklan PERTAMINA:

Iklan tersebut menayangkan seorang ibu yang sudah lanjut, mengalami kepikunan. Tidak mau makan, mencari suaminya yang telah meninggal dan menata baju untuk mudik padahal jadwal mudik masih lama.

Melihat iklan itu aku tertegun. Ya, orang tua yang sudah lanjut memang seperti itu. Aku sendiri merasakannya. Ayahku, beliau kadang sabar, kadang marah besar untuk hal-hal sepele, kadang begitu mengkhawatirkan hal-hal yang tidak perlu. Tak bisa melihat apapun, pendengaran berkurang dan tak bisa melakukan apa-apa sendiri kecuali sholat. Itupun di atas kursi roda dan bertayamum. Belum lagi harus menjalani hemodialisa dua kali seminggu, tiap Selasa dan Jum'at. Ya, aku paham, siapa yang tidak bosan terus-terusan di kamar dan di atas kursi roda? Siapa yang tidak nelangsa jika dulunya bisa melakukan apa saja sekarang tak bisa apa-apa? Aku mencoba mengerti.

Kuakui, sulit sekali berada pada posisi seperti ini. Ayah yang sakit, ibu yang harus bekerja, adik-adik yang masih sekolah. Sementara aku sendiri masih memiliki banyak impian. Ideaalisme dan keinginan yang sangat besar untuk mengajar, kuliah lagi dan menambah pengalaman di kota lain bahkan bila memungkinkan negara lain. Ingin kesana dan kesana, ingin bertemu dia dan dia. Tapi jika aku begitu, bagaimana dengan ayahku? Tegakah aku membiarkan ia di rumah sendirian? Seperti yang selama ini dialaminya selama aku menyelesaikan kuliahku di Malang.

Melihat teman-teman dengan status-statusnya, dengan sms-sms informasi kesuksesannya kadang ada rasa ingin juga seperti mereka. Ingin mencoret mimpi-mimpi selanjutnya. Cemburu. Sangat cemburu. Begini ya rasanya cemburu?


Jumat, 04 Juli 2014

Ramadhan Sang Wasit



Jika merunut pengalaman hidup saya sebagai warga Indonesia, baru tahun ini, tahun 2014. Setidaknya dalam kurun waktu 20 tahun ini. Negeri ini punya tiga poin perhatian yang masing-masing amat penting, setidaknya bagi orang-orang yang menganggapnya penting. Pertama, adanya event piala dunia, Kedua, adanya pergantian kepala negara yang ditandai dengan pemilihan presiden secara langsung, Ketiga, bulan Ramadhan. Ketiga poin tersebut memiliki magnet tersendiri untuk penduduk negeri ini. Indonesia.

Piala dunia, sebuah event empat tahunan yang menyuguhkan pertandingan sepak bola antar negara dari seluruh dunia. Piala dunia 2014 ini dilaksanakan di Brazil. Meski Indonesia bukanlah salah satu negara peserta piala dunia, tapi event ini telah berhasil menyedot perhatian penduduk dari segala lapisan, mulai dari petani sampai politisi, mulai dari masyarakt pedesaan hingga perkotaan, mulai dari pemuda belia, hingga bapak-bapak setengah tua, semuanya begitu menggemari event ini. Tak hanya kaum lelaki, perempuan pun banyak juga yang menggandrungi.

Jadwal-jadwal main tim favorit dihapalkan, jam berapa? Siapa lawan siapa? Pemain yang diturunkan siapa? Semuanya begitu detail diamati, karena bagi penggila bola hal ini penting sekali. Rela bangun dini hari demi melihat tim kesayangan berjuang, janjian nobar di tempat-tempat tertentu agar nonton bola lebih seru, aneka camilan disiapkan, tak lupa secangkir kopi. Benar-benar paket yang lengkap sekali. Luar biasa pengaruh piala dunia pada geliat negeri ini. Esok harinya, banyak orang yang membicarakan permainan semalam, ada yang bahagia karena tim kesayangannya lolos babak selanjutnya, ada pula yang kecewa karena permainan tim kesayangannya harus terhenti malam itu juga.

Pemilihan presiden pun juga tak kalah seru, sejak dua bulan lalu, atau lebih tepatnya sejak diumumkan dua nama, Prabowo Subianto dan Joko Widodo sebagai jago pertarungan kedudukan ini, mulai bermunculan kampanye-kampanye dari tim sukses, media sosial penuh dengan link-link penggembira, baik yang berisi fakta atau hanya kampanye hitam belaka, muncul banyak statement pembelaan, ada juga hujatan. Pemuda dan dewasa mulai menggelar dialog, mengkaji fenomena calon yang ada.

Jumat, 17 Januari 2014

ROMANSA MA ISA



Ma Isa adalah nama sebuah kedai lalapan yang berada tepat di depan kontrakan saya. Memanfaatkan teras rumah sebelah yang lapang, disitulah ia mencari rezeki dengan berjualan lalapan. Awalnya saya mengira wanita yang berjualan itu berusia lima tahun di atas saya. Karena dia sedang hamil tua. Ternyata dugaan saya salah, wanita yang berjualan lalapan itu seusia dengan saya.

Adanya Ma Isa berjualan di depan kontrakan tentu sangat membantu perut kami, jika tidak ada sayur atau ikan yang di masak dan sedang malas keluar cari makan karena hujan, Ma Isa jadi pilihan. Kami satu kontrakan sembilan orang, jika masing-masing dari kami pernah beli makan di Ma Isa, berarti kami masuk dalam kategori pelanggan setia, hehe.

Saya sangat trenyuh melihat Ma Isa, yang dengan perut buncitnya terus bekerja. Sembari menunggu dia menggoreng ayam pesanan saya, saya mulai iseng bertanya ini itu padanya. Entah, jika ada hal yang luar biasa seperti ini, saya selalu ingin tahu lebih banyak. Pernah satu sore saat saya beli, Ma Isa mengenakan jaket, ternyata itu adalah almamater. Ma Isa ternyata seorang mahasiswa. Bodohnya sekian bulan bertetangga, saya baru tahu kalau dia masih kuliah.

“Lho, Mbak masih kuliah ternyata?, dimana?”

Kamis, 16 Januari 2014

OKI & ORY, DUA SEJOLI INSPIRATIF



Siapa yang tak kenal Oki Setiana Dewi? Aktris yang mulai di kenal lewat perannya sebagai Anna Althafunnisa di Film Ketika Cinta Bertasbih  (KCB) besutan sutradara Chaerul Umam yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Kak Abik. Oki begitu ia biasa disapa bermain apik dalam film tersebut hingga ia dinobatkan sebagai aktris terbaik dalam Panasonic Award.

Secara personal saya memang tak pernah bertemu dengan Mbak Oki, tapi sosoknya begitu membekas di hati saya. Awalnya saya biasa saja ketika melihat aktingnya di KCB. Saya baru nge-fans sama dia setelah membaca dua bukunya yakni Melukis Pelangi dan Sejuta Pelangi. Dibuku pertama Oki  menulis tentang kisah hidupnya dan di buku kedua ia menulis tentang kisah-kisah orang luar biasa yang pernah ditemuinya.

Dari tulisannya yang renyah dan lugas serta memberi pencerahan itu. Saya mulai sadar kalau Oki adalah artis yang berbeda dan sangat luar biasa. Dia berprestasi di sekolahnya, multi talenta, cantik dan sholihah. Saya ingin seperti dia. Berapa banyak gadis di Indonesia yang seperti saya? Mengagumi dia dengan segala yang ada padanya, talentanya, kesolihannya. 

Minggu, 12 Januari 2014

DIA BERNAMA HUBBY (Sebuah Cara Baru Menjaga Hati)

Hari ini aku membuka kembali catatan harianku, sebuah catatan yang sudah beberapa minggu ini kutinggalkan atau terlupakan karena disibukkan dengan skripsi. Aku  membukanya dari lembar-per lembar, membacanya kembali. Ternyata aku baru menyadari kalau aku sudah menuliskan namanya berlembar-lembar. Mungkin ini cara baru.

Namanya Hubby. Ya, aku menamai dia Hubby, dalam bahasa arab Hubb artinya cinta sedangkan  dalam bahasa inggris kata hubby adalah bahasa slang dari husband yang artinya suami. Kurang lebih itulah sejarah aku menamai dia Hubby. Aku  sangat mencintai dia dan dia juga yang mengajarkan aku tentang cinta. Meski aku belum pernah bertemu dengannya dan aku tak tahu nama aslinya siapa. Aku tak peduli, aku mencintai dia seutuhnya.

Lho kok bisa, belum pernah bertemu kok jatuh cinta?  Mungkin kamu bertanya seperti itu, tapi itulah yang terjadi. Banyak yang bilang aku telah gila karena hal ini. Siapa Hubby sebenarnya? Kamu penasaran kan? Oke, kuceritakan padamu tentang dia...

Jumat, 10 Januari 2014

ZONARIZZA Anniversary


Saya mengelola ZONARIZZA sejak awal tahun 2011. Kurang lebih sudah tiga tahun ia menjadi 'rumah' maya saya. Tiga tahun pula saya tuliskan semuanya. Saya posting begitu saja, dulu dibaca orang atau tidak? saya tak terlalu memikirkannya. Saya hanya ingin menulis. Itu saja.

Kini sejak saya memposting tulisan di ZONARIZZA untuk pertama kalinya, berarti ini adalah hari ulang tahun ZONARIZZA. Sebenarnya saya termasuk pribadi yang acuh pada peringatan ulang tahun, bagi saya ulang tahun itu adalah sebuah reflekksi hidup. Bukan untuk diagungkan dengan satu pesta tapi untuk dimuhasabahi sebagai satu tahun berkurangnya usia. Usia hidup. Kalau pun ada ucapan selamat dan doa-doa. Saya sangat berterima kasih, tapi jika tak ada pun, atau tak ada yang mengingatnya, saya pun tak apa-apa. Karena saya sendiri kadang juga lupa kalau di tanggal itu saya lahir kedunia.

Sekarang setelah usia keilmuan saya mulai matang. Saya mulai memilih apa yang saya tuliskan. Sekarang moto saya bukan dibaca orang atau tidak tak masalah. Tapi orang lain ‘harus’ baca. Kata harus disini bukan berarti pemaksaan tapi lebih untuk motivasi diri saya sendiri, agar menulis yang bermanfaat untuk untuk orang lain, yang jika orang baca ia  akan mendapatkan sesuatu. Ada yang membekas di hatinya setelah dia berkunjung di ZONARIZZA.

Jumat, 13 September 2013

Kenapa Punya Blog?



Kenapa kamu punya blog Za?
Kalau ditanya begitu saya pasti akan jawa  biar eksis. Ya, biar eksis. Eksis menulis dan eksis menginspirasi. Percaya atau tidak, sejak memiliki blog sekitar dua tahun lalu. Intensitas menulis saya meningkat tajam, grafiknya terus naik. Setidaknya blog telah berhasil membawa saya benar-benar menjadi penulis


Raditya Dika dalam Kambing Jantan pernah mengatakan. Semua orang terkenal punya diary. Anne Frank, Hellen Keller, punya diary. Gue juga pengen punya diary. Untuk itulah gue melihara blog. Lo tahu kan apa itu blog?

Lulus Cepat (atau) Terlambat ?



Semua orang yang mencatatkan diri sebagai mahasiswa, tentu memiliki banyak tujuan, kenapa dia kuliah, kenapa dia menjadi mahasiswa. Dan ibarat sebuah film yang selalu memiliki akhir cerita. Akhir cerita dari seorang mahasiswa adalah wisuda. Satu kata keramat yang hanya didapat oleh mereka yang telah menyelesaikan semua prosedur yang berlaku di kampusnya.

Ya, hanya wissudalah kunci yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa jika ia ingin keluar dari kampusnya. Keluar dengan sebuah gelar. Apa arti sebuah gelar? Bagi sebagian orang, gelar bukanlah yang utama, yang penting kuliah, cari ilmu, begitu katanya. Bagi sebagian yang lain, gelar amat dicari, di junjung tinggi. Namun jika kamu ingin keluar dari kampusmu tanpa wisuda, tentu banyak cara. Dan semua orang bebas memilih dengan cara yang mana dia keluar.

Senin, 19 Agustus 2013

Namanya Pairah

Namanya Pairah. Ia bukan pejabat, ia adalah rakyat yang taat. Taat pada negaranya , taat pada Tuhannya. Pairah muda adalah seorang dukun beranak, entah sudah berapa puluh bayi yang lahir dengan bantuannya. Setelah selesai membantu melahirkan bayinya,  Pairah biasa dikontrak memandikan bayi selama selapan  atau 40 hari atau sampai tali pusar bayi itu pupak, putus.  Aku dan adik-adikku saat bayi adalah pasiennya. Ia tak pernah mematok bayaran pada ibu si bayi. Seikhlasnya. Tak hanya itu, Pairah adalah umat yang  taat. Ia tak pernah absen shalat jamaah di masjid. Kebetulan rumah saya berhadapan langsung dengan masjid. Masjid Baiturrahman namanya. Di masjid itulah Pairah menenggelamkan dzikirnya, ingat pada Tuhannya. Ia selalu menjadi jamaah pertama saat waktu shalat tiba. Bahkan sebelum muadzin mengumandangkan adzannya. 

Ia tak pernah absen ia shalat di masjid, mulai Shubuh sampai Isya’ ia dengan semangat pergi ke masjid untuk shalat. Jangan dikira ia pergi ke masjid naik sepeda atau motor seperti orang masa kini, atau berlari dengan riang seperti anak-anak. Ia dengan susah payah melangkahkan kakinya. Kini, ia adalah wanita 70 tahunan yang tak lagi bisa pergi ke masjid. Kenapa? Karena penyakit tua yang semakin mempersusah gerak kakinya. Kaki yang semakin rapuh digerus usia. Entah dia menderita asam urat, kolestrol atau apalah namanya, yang jelas melangkahkan kaki adalah hal paling menyakitkan baginya.

Minggu, 18 Agustus 2013

Saya Berbeda, Saya Bahagia

Perkenalkan nama akte saya Rizza Mar’atus Sholikhah. Nama Pena saya Rizza Nasir.  Kenapa saya pakai nama pena?  karena saya seorang penulis dan kenapa pakai kata Nasir? Karena Nasir adalah nama ayah saya. Mohammad Nasir.  Rizza (binti) Nasir ,begitulah kira-kira. Saya terlahir dengan berat 18 ons di usia kandungan ibu yang masih 6 bulan. Berat badan saya terus menurun hingga tersisa 13 ons. 13 ons 21 tahun lalu. Ya, Alhamdulillah bayi sangat mungil itu kini tumbuh mendewasa dan bisa menuliskan kisah ini untuk Anda.

Entah kenapa saya kemudian telat berjalan. Saya baru bisa berjalan di usia 4 tahun, saat itu bahkan saya sudah punya adik. Saat adik mulai berjalan pada usia 11 bulan saya pun mulai tergerak belajar berjalan, tertatih-tatih. Ada yang bilang jalan saya 'berbeda' begini karena saya lahir prematur. Nyatanya banyak juga bayi prematur yang tumbuh normal seutuhnya. Semua yang ada di tubuh saya normal kecuali kaki yang berjalan berbeda dari orang lain. Mungkin sudah jalan hidup saya begini.

Berbagai pengobatan telah saya jalani, mulai pijat urut, dokter, berbagai pil, pijat refleksi, terapi elektromagnetik bahkan memakai sepatu besi pun perbah saya lakoni. Orang tua saya telah mengusahakan untuk kesembuhan kaki saya dari mulai saya lahir hingga saat ini.

Saya adalah anak pertama dari tiga bersaudara, adik saya laki-laki. Dua adik yang ekstra jahil, ada aja tingkahnya. Dua adik yang selalu bilang   " Itu mbakku, namanya Mbak Rizza", ketika ada yang tanya, "Perempuan itu siapa?"

Ya, saya selalu selalu menjadi perhatian jika berjalan di samping adik saya, maklum adik-adik saya banyak fansnya. Mereka lelaki yang tak pernah malu berjalan disamping saya.


 Faisal (bawah) dan Farid (atas)
Mereka 2 laki-laki yang memanggil saya Mbak Risa, Dua lelaki jahil yang suka godain saya, sering membuat saya senewen, tapi jika saya jauh selalu kangen. Saya tahu, mereka berdua sayang dan melindungi saya. Love you both Bro ^_^




Alhamdulillah, kondisi saya berangsur membaik, jalan saya pun membaik meski tidak sesempurna orang kebanyakan. Sebagai anak dengan kekurangan kentara yang melekat di tubuhnya, saya pun pernah down, saya malu dengan teman-teman saya, dengan orang-orang yang melihat saya berjalan, saya menangis hampir tiap malam menjelang masuk MTs hanya karena saya takut tak bisa diterima di lingkungan baru saya. Tapi ternyata saya salah, tak ada yang merendahkan saya, semua menghormati saya. Saya mengenal banyak orang dan saya banyak di kenal karena saya mencolok ‘berbeda’ dari teman-teman saya.

Teman-teman MTSN 2 Kediri, 9 A : Bersama mereka, saya mulai belajar hidup mandiri



Mereka XII IPS 3, teman yang mengajari saya menjadi remaja yang tangguh, mengajari saya bagaimna menembus batas. Sesungguhnya kita sendiri yang membatasi bukan batas yang membatasi

Razta : Menjelang akhir

Orang tua saya memang tak ingin saya menjadi gadis yang manja karena saya punya kekurangan. Meski saya ‘berbeda ‘ saya harus mandiri. Untuk itulah pada usia 12 tahun saya dengan mantap sekolah MTs jauh dari orang tua, saya masuk pondok pesantren. Pondok Pesantren Putra-Putri Avissina namanya. Letaknya tepat di sebelah kanan MTsN 2 Kediri tempat saya bersekolah. Sejak itu hingga kini terhitung hampir 10 tahun saya hidup mandiri. Melanjutkan sekolah di MAN 3 Kediri  tinggal di Asrama Putri dan sekarang tinggal di Malang untuk menyelesaikan studi S1 saya di PGMI UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Jumat, 12 Juli 2013

Dalam Kamus Bumi Tak Ada Kata Sendiri

Sendiri. Sebuah kata yang tak ada dalam kamus kehidupan, di kehidupan ini hanya ada kebersamaan. Adakah yang lebih indah dari kebersamaan? Kebersamaan dengan orang-orang terkasih. Keluarga, teman kontrakan, teman kelas, atau ketemu dengan teman lama. Semua membawa kebersamaan dan menghapus kesendirian. Bersama orang-orang yang mengenal kita akan terjadi perbincangan. Berupa cerita, curhat diskusi atau apalah namanya.

 Menurut saya kebersamaan adalah keniscayaan. Ya sebuah fitrah makhluk hidup. Tak hanya yang bernama manusia tapi juga makhluk yang bernama hewan, tumbuhan bahkan jin, setan sekalipun semuanya bersama-sama. Menjalankan kehidupan bersama, saling membantu, memberi dan mengasihi.

 Sering saya dengar keluhan tentang mereka yang merasa sendirian atau dengan bahasa lain kesepian. Sendiri karena merasa tidak ada makhluk lain yang bisa diajak bicara, yang bisa diajak berbagi. Sendiri. Sepi. Nah, kalau sudah begini dimana kebersamaan? Dimana kebersamaan yang indah itu?

Minggu, 30 Juni 2013

HIGH SCHOOL MEMORY




Dalam tulisan ini saya akan mengulas tentang high school memory. Kenangan masa SMA. Tentunya banyak dong kenangan masa SMA kalian. Hal paling sederhana yang akan saya kupas disini adalah tentang film. Satu-satunya film masa SMA yang melekat sampai saat ini adalah film yang berjudul High School Musical. Bagaimana tidak. Film ini saya tonton kredit setiap kemunculannya. Saat kelas satu, menonton High School Musical 1, kelas 2 High Musical 2 begitu juga saat kelas 3

Nontonnya dimana? Bukan di bioskop tapi di kelas! Saat pelajaran Bahasa Inggris. Menggunakan proyektor dan laptop sekolah (yang waktu itu tahun 2007 lagi awal ngetrend,  tiap guru dibekali satu atau bergantian. Siswa termasuk saya yang liat laptop langsung terpesona ^_^) Tujuan nobar bareng di kelas ini agar kami lebih bisa memahami bahasa inggris (conversation langsung dari native) lewat film yang kebetulan juga sama dengan kami. Masih SMA.

High School Musical 1-3 bercerita tentang anak SMA dan kesibukannya. Adalah Troy Bolton seorang remaja yang sangat senang bermain basket karena ayahnya sendiri adalah coach basket di sekolahnya. Dia menjadi kapten tim basket sekolah yang bernama Wildcats. Di sebuah perayaan tahun baru Troy bertemu dengan Gabriella Montez seorang gadis yang cerdas, kutu buku dan juara beberapa olimpiade kimia.

Troy dan Gabriella meskipun memiliki  minat yang berbeda tapi mereka juga memiliki minat terpendam di bidang drama musical. SMA East akan mengadakan drama musical tahunan, alih-alih coba-coba ikut audisi  mereka berdua malah terpilih untuk mengikuti audisi tahap selanjutnya.

Senin, 20 Mei 2013

KETIKA AKU MENJADI IBU



Siapa yang tak senang menjadi ibu? Semua wanita di dunia ini pasti menginginkan itu. Ketika aku menjadi ibu usiaku baru 21 tahun. Duduk di semester 7 sebuah universitas di kota ini. Tak kupungkiri menjadi ibu plus mahasiswa adalah satu tantangan tersendiri bagiku. Saat aku hamil tua aku masih
harus mengikuti beberapa mata kuliah setiap harinya selama seminggu. Melelahkan.

Saat-saat menjelang kelahiran anakku. Aku merasakan sakit yang sangat. Sakit semua badanku, dari pinggang, perut, kepala, kaki. Sakit. Ingin rasanya aku berteriak agar sakitku mereda. Keluar bersama suraku. Tapi ibuku melarangku. Lebih baik digunakan dzikir saja Nduk,kata beliau. Semalaman aku merasakan sakitnya melahirkan. Allah, beginikah rasanya?