Minggu, 09 Juni 2013

Diary Rumah Kita = LDK




Jika boleh membuat perumpamaan dua hari ini adalah hari-nya rumah ini. Hari dimana semua perjalanan selama satu tahun kepengurusan diusaikan. Hari akhir namun bukan yang terakhir.  Ibarat diary sudah sampai halaman terakhir….

Biar kutuliskan tanggalnya 8 dan 9 Juni 2013. Dua hari yang sangat melelahkan. Lelah yang menggembirakan. Bagaimana bisa? Ya, bagaimana tidak gembira. Dalam dua hari itu kita telah menjadi manusia-manusia pemikir, manusia teliti, manusia berjiwa dewasa yang siap mempertanggungjawabkan amanahnya. Menjadi manusia yang terbuka, membuka hati untuk menerima hujatan dan perbaikan dengan hati yang lapang dan ikhlas. Bukankah memiliki hati yang lapang  dan ikhlas itu menggembirakan?

Ketika pertanggungjawaban mulai ditampilkan. Banyak wajah yang tertunduk, mungkin wajah-wajah itu takut. Ada alis-alis tertaut, mungkin dia mengikut tuannya yang menegang  karena berpikir keras. Ada mata mata yang bergerak lambat menekuri kata-kata dalam lembar keramat. Lembar yang akan menjadi dasar tegaknya rumah ini. Lembar  yang akan menguatkan jika penghuninya  didera kebingungan.  Hanya karena lembar inilah kita  menghabiskan 12 jam hari  ini untuk menekurinya, mengkulitinya. Agar tak ada cela yang terlihat di tahun selanjutnya dan agar tak ada hati yang kecewa.


Hari ini kita seperti menulis lembaran terakhir di sebuah diary. Dan hari ini semua orang membaca diary kita. Diary kinerja. Semua yang ada di dunia memang harus ada tanggung jawabnya. Hari ini apapun penilaian dunia tentang diary kita. Itulah kinerja kita. Diary kerja yang apa adanya. Tanpa manipulasi dan fiksi. Itulah yang kita alami satu tahun lalu.

Tak ada yang boleh menyalahkan siapapun. Kau, aku, kita. Satu.  Jika salah itu salah kita, jika benar itu juga kita. Jika nyatanya kisah kita setahun lalu berakhir tak bahagia. Tak apalah. Bukankah akhir dari sebuah kisah itu hanya ada dua. Sad ending dan happy ending, kan? Mungkin kita sudah sering mengakhiri kisah dengan bahagia. Sekali waktu kita perlu merasakan nikmatnya kisah yag berakhir duka. Karena duka tak selalu berarti luka dan air mata.

Instropeksi. Muhasabah diri, itulah yang perlu kita lakukan bersama. Salah hal biasa. Karena kita manusia bukan malaikat yang selalu patuh pada kebenaran. Manusia tempat salah dan lupa kan? Jika kita salah mari kita cari jalan yang benar dan jika diantara kita ada yang lupa mari saling mengingatkan. Lagipula kita juga masih belajar. Belajar untuk menjadi penghuni yang baik. Yang hidup dan menghidupi rumah ini penuh dedikasi.

Hari ini pula saya mengerti dan semakin paham tentang rumah ini. Saya sudah tinggal disini hampir tiga tahun. Rupanya masih banyak hal yang belum saya tahu tentang rumah ini. Rumah yang dihuni oleh orang-orang yang baik, yang penuh dedikasi tanpa pamrih, tetap berjuang meski kita kekurangan, tetap berusaha memberi yang terbaik meski kita tak beruang.

Agar rumah ini lebih indah, lebih nyaman ditinggalli dan tidak ada ruang kosong. Hari ini kami merenovasi ruang-ruang yang  ada menjadi ruang-ruang baru. Atau sebenarnya ruang lama yang berganti nama. Perkenalkan, ada ruang Pengkaderan, ruang Media dan Jaringan, ruang Keilmuan

Selayaknya api unggun yang membutuhkan kayu baru agar apinya tetap menyala. Kami juga memilih kepala rumah yang baru agar rumah ini menjadi  gemerlap lampunya dan banyak orang yang tertarik singgah dan tinggal di dalamnya. Regenerasi kepemimpinan dan kepengurusan dalam sebuah rumah memang dibutukan. Agar ada pergantian kepercayaan, merasakan perjuangan dan pembaharuan pemikiran. Biarlah pemimpin terdahulu dan kerabat kerjanya menikmati masa tua dengan bahagia, menyelesaikan yang belum selesai dan merancang untuk memimpin dan mengurus rumah mereka yang sesungguhnya.

Bagiku detik-detik pendeklarasian kepala baru, detik-detik saat semua penghuni diminta menyebut satu nama adalah detik yang paling menegangkan dalam dua hari ini. Dan subhanallah ternyata nama yang terucap dari sebagian besar penghuni sama dengan nama yang telah ditetapkan oleh mereka. Siapa yang sangka? Siapa yang mengerakkan lidah-lidah itu? Siapa yang menautkakan hati hati itu hingga terpaut pada satu nama? Siapa? Allah!

Ada campur tangan Allah dalam diary kita hari ini, ada Allah yang menautkan hati hati kita, ada Allah yang menuntun, ada Allah yang menguatkan. Hingga dua hari ini meskipun panjang dan melelahkan tapi kita kita tetap kuat dan semangat. Hingga kita bisa menuliskan di halaman terakhir diary kita tahun ini.

Rumah ini adalah organisasi yang kukenal dengan nama Lembaga Dakwah Kampus At-Tarbiyah. Organisasi yang artinya tidak bisa dijalankan seorang diri oleh seorang kepala. Organisasi yang butuh jiwa-jiwa yang merasa memilikinya. Karena organisasi adalah benda mati. Kita yang bernyawa ini yang menggerakkannya. Bagaimana hari-hari kita setahun kedepan?  Wallahu’alam

Mari belajar dari kisah yang telah tertulis di diary kita setahun ini. Agar kita tak mengulang berjalan di tempat yang ada sandungan dan menyebabkabkan kita terluka, agar kita tahu bagaimana caranya melewati hari dengan bahagia pada akhirnya. Diary kita memang telah sampai pada halaman terakhir. Besok kita beli diary baru ya. Karena kisah di hari selanjutnya pasti lebih seru ^_^
Akhi, ukhti…selamat beristirahat. Sambut UAS esok dengan senyuman dan semangat. Jangan nyontek lho ya ^_^
Ana mencintai antum semua karena Allah…

RIZZA NASIR




Tidak ada komentar:

Posting Komentar