Assalamualaikum, semoga kamu baik-baik saja, sehat dan bahagia. Bapak-Ibu disana juga sehat. Mohon maaf aku belum bisa hadir ikut menjaga kesehatan ayah dan ibumu, karena Allah belum mengizinkan menyatu. Jaga mereka ya Mas, jangan sampai sakit, apalagi terluka. Aku yakin meski kamu lelaki, kamu bisa jauh lebih peduli.
Mas, ayahku baru masuk rumah sakit lagi akhir Februari ini. badannya lemah, menggigil dan nafasnya sesak. Sesaat sebelum cuci darah, ibu memasukkan ayah ke UGD untuk mendapatkan pertolongan dan diagnosis awal. Setelahnya ibu harus menerima jika ayah harus kembali opname, mungkin ini sudah keenam kalinya.
Untung saja aku sudah di Kediri, Ayah masuk rumah sakit Jum'at sore dan aku sampai di Kediri Rabu pagi sebelumnya. Mungkin ini rahasia Allah dari keinginan pulang yang tak bisa ditahan. Entah apa jadinya jika mendapat kabar ayah opname sementara aku masih di Jogja. Aku akan sangat kepikiran, lebih baik aku pulang daripada kuliah tak konsentrasi dan makan tak bisa lahap, itulah yang aku alami saat semester 6 dulu. Saat ayah opname, sedangkan aku masih di Malang, tak bisa pulang.
Mas, seperti sebelumnya aku tak pernah bisa lelap di rumah sakit. Selama menunggu tiga hari diluar ruang ICU, aku selalu dag dig dug saat mikrofon perawat terdengar digerakkan, kami menanti nama pasien siapa yang dipanggil. Serius, situasi seperti ini sangat mendebarkan. Karena yang dipanggil itu ada beberapa sebab, : disuruh menemui dokter, menebus obat, atau yang sangat kami takutkan adalah pasien yang sakaratul maut.