Senin, 28 Oktober 2013

Hanya Lewat Foto

Kisah 1
“Aku mau dijodohin, ” katanya malas
“Sama siapa?” tanyaku penasaran
“Tapi aku nggak mau”
“Kenapa?”
“Aku sudah lihat fotonya. Dia terlalu dewasa, kayak bapak-bapak”
Kisah 2
“Za, menurutmu aku harus gimana?”
“Gimana apanya?”
“Ya, menurutmu ? Bukankah kamu sudah lihat foto dia. Ya kalo mau, bilang aja iya sama bapak”
“Nggak sreg, nggak tahu kenapa”

Banyak sekali  kisah-kisah senada yang pernah dikisahkan kepada saya. Kisah-kisah senada yang pernah saya lihat dan saya baca. Mereka yang dijodohkan orang tua, dicomblangin dengan seseorang, berharap ia dan orang itu cocok dan menikah. Memang banyak cara untuk memulai mengenalkan seseorang dengan orang lain. Salah satunya lewat foto.



Sayangnya banyak dari mereka yang berhenti di tahap ‘lihat foto’. Baru lihat fotonya saja sudah tidak sreg, kurang ganteng, kurang cantik, kurang ini, kurang itu. Biasanya, pemberian foto bersamaan dengan informasi lain tentang si dia. Pekerjaannya, tempat tinggalnya dll. Jika baru melihat fotonya saja sudah menolak dengan alasan kurang ini-kurang itu. Lalu bagaimana kita bisa mengenalnya? Mengapa kita tidak mencoba membuka hati lebar-lebar, memberi kesempatan dia seperti halnya dia memberi kesempatan kita? Bukankah dengan memberikan fotonya pada kita, berarti dia membuka diri untuk kita?

Wajah yang ada pada kita adalah titipan, hasil kreasi Sang Maha. Jika kita mencelanya, bukankah kita mencela penciptanya? Ya, menurut saya, wajar jika seorang manusia memiliki kriteria, seperti apa pasangan hidupnya. Cantik seperti si anu atau ganteng seperti si inu. Jika ternyata foto yang sampai pada kita tak sesuai dengan kriteria. Lantas, apakah kita tolak begitu saja? Apakah jika kita menikah, kita menikahi wajahnya?

Boleh jadi si dia yang fotonya tak menarik menurut kita itu adalah yang dituliskan di lauh mahfudz sebagai jodoh kita, ayah dan ibu dari anak-anak kita. Dia yang tak menarik itu adalah dia yang bisa melengkapi kita, menghapus lelah kita dan pemberi bahagia saat kita berduka. Dia lelaki dan wanita  terbaik yang memahamimu lebih dari siapapun. Bisa jadi.

Ambil cermin. Jika kita menginginkan suami yang rupawan, apakah kita jelita? Jika kita menginginkan istri yang cantik, apakah kita tampan? Seperti halnya kesholehan, semua sesuai. Pas. Meski dia tak tampan di matamu, jika bersanding denganmu, dialah sandingan yang pas untukmu.  Yang melindungimu dan sabar menyudahi emosimu. Meski tak cantik, hanya dia yang bisa meneduhkan pandanganmu, yang menyudahi lelahmu.

“Dulu waktu menikah sama mas, aku sama sekali tak menyukainya, mas nggak ganteng. Tapi sekarang, bagiku dia lelaki paling ganteng lho Dek, aneh ya. Bener kata ibu. Kalau dilihat tiap hari pasangan kita itu lama-lama jadi ganteng”

Itu kata salah satu teman saya yang sudah menikah, dia juga bilang kalau wajah pasangan belum tentu berbanding lurus pada kebahagiaan seseorang. Bagi lelaki, fitrahnya memang menyukai wanita yang cantik. Fitrah. Siapa yang mencipta? Allah! Cantik menurut si A belum tentu cantik menurut si B, Cantik menurut si B belum tentu menurut si C. Kesimpulannya, semua wanita itu cantik bukan? tergantung siapa yang memandangnya. Begitu juga dengan lelaki.

Meski dalam hadist jamaliha  di letakkan diurutan pertama namun fadfar bitatiddin taribat yadak. Pilihlah agamanya, itu yang lebih baik bagimu. Akhlaknya. Sabarnya, kemampuannya memahamimu, mengurus anak dan menjaga rumahmu. Lalu, jika melihat fotonya saja sudah menolak dengan alasan kurang ini, kurang itu, bagaimana bisa mengetahui akhlaknya, kemampuannya? Kadang kita lebih sering melihat kekurangan seseorang daripada melihat kelebihannya.

Mungkin teman-teman yang membaca tulisan ini akan berpikir Kamu saja belum menikah Za, sok-sok an nulis beginian. Tentang perjodohan. Ya, saya memang belum pernah menikah. Kenapa saya menulis tentang ini? Saya ingin berbagi. Berbagi semua kisah yang pernah saya temui di hidup saya, semua nasihat yang sampai pada saya dan dari buku-buku yang saya baca. Berbagi kepada kalian. Karena suatu hari nanti kita pasti mengalaminya. Menikah. Adakah dari  teman-teman  yang sudah berulang kali mengalami seperti kisah diatas? Bisa jadi. Usia kita memang telah dewasa. Wes wayahe kalau kata orang-orang tua.

Tak harus mati dulu kan untuk membincang tentang kematian? Tak harus melahirkan dulu kan untuk membincang tentang reproduksi, kehamilan dan persalinan? Tak harus menjadi milyader dulu kan untuk membincang tentang pekerjaan dan usaha? Belajar itu sebelum ujian. Kalau belajar pas ujian, namanya nyontek ^_^


Aku nggak mau dijodohin Za, aku mau cari sendiri aja”  Silahkan.  Ada banyak cara kita bertemu jodoh. Bisa jadi dia nggak jauh-jauh dari hidup kita, dia yang selama ini bertemu kita tiap hari, atau jangan-jangan dia yang selama ini kita benci? Dia yang ternyata tetangga atau dia yang jauh disana entah dimana. Esok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan. Siapa yang tahu? Misteri Ilahi

Semoga Allah menuntaskan kesendirian, menjadikan kita terjaga dan menjaga. Menguatkan diri untuk menjaga hati, agar kita bisa menjaga  cinta untuk ia yang benar-benar berhak mendapatkan cinta kita. Ia yang telah tertulis di lauh mahfudz sebagai belahan jiwa membersamai sisa usia.

Jika sekarang waktu mereka, maka sebentar lagi waktu kita. Karena cinta punya waktu. Yang harus kita lakukan adalah menunggu Tuhan menuntun kita bertemu cinta itu. (Akira Rai)

Antara menyegerakan, tergesa-gesa dan menunda-nunda menikah itu berbeda (Fauzhil Adhim)

Saat kau melihat wajahnya, pikirkanlah. Mungkin ia adalah ayah dari anakmu. Yang awalnya bukan siapa-siapa bagimu tapi kini rela berkeringat untuk menghidupimu. (Asma Nadia)

Pertemukan aku dengan dia yang mencintaiku dan kucintai. Melengkapiku dan ia tak lengkap tanpaku (Rizza Nasir)

*Barakallahu lakuma wa baroka alaikuma wa jama’a bainakuma fi khoir untuk teman-temanku Septi, Yayuk, Yesi, Sanik dan Rosa. Siapa yang menyangka kalian menikah di waktu yang hampir bersamaan? Selamat berlayar di samudera cinta Kawan. Kali ini cinta yang halal. Subhanallah ^_^*
Semoga catatan kecil ini bisa mencerahkan, tak bermaksud menggurui hanya ingin berbagi.  Wallahu’alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar