Perkenalkan nama akte saya Rizza Mar’atus Sholikhah. Nama
Pena saya Rizza Nasir. Kenapa saya pakai
nama pena? karena saya seorang penulis
dan kenapa pakai kata Nasir? Karena Nasir adalah nama ayah saya. Mohammad Nasir.
Rizza (binti) Nasir ,begitulah kira-kira. Saya
terlahir dengan berat 18 ons di usia kandungan ibu yang masih 6 bulan. Berat
badan saya terus menurun hingga tersisa 13 ons. 13 ons 21 tahun lalu. Ya, Alhamdulillah
bayi sangat mungil itu kini tumbuh mendewasa dan bisa menuliskan kisah ini
untuk Anda.
Entah kenapa saya kemudian telat berjalan. Saya baru bisa
berjalan di usia 4 tahun, saat itu bahkan saya sudah punya adik. Saat adik
mulai berjalan pada usia 11 bulan saya pun mulai tergerak belajar berjalan,
tertatih-tatih. Ada yang bilang jalan saya 'berbeda' begini karena saya lahir prematur. Nyatanya banyak juga bayi prematur yang tumbuh normal seutuhnya. Semua yang ada di tubuh saya normal kecuali kaki yang berjalan berbeda dari orang lain. Mungkin sudah jalan hidup saya begini.
Berbagai pengobatan telah saya jalani, mulai pijat urut, dokter, berbagai pil, pijat refleksi, terapi elektromagnetik bahkan memakai sepatu besi pun perbah saya lakoni. Orang tua saya telah mengusahakan untuk kesembuhan kaki saya dari mulai saya lahir hingga saat ini.
Saya adalah anak pertama dari tiga bersaudara, adik saya laki-laki. Dua adik yang ekstra jahil, ada aja tingkahnya. Dua adik yang selalu bilang " Itu mbakku, namanya Mbak Rizza", ketika ada yang tanya, "Perempuan itu siapa?"
Ya, saya selalu selalu menjadi perhatian jika berjalan di samping adik saya, maklum adik-adik saya banyak fansnya. Mereka lelaki yang tak pernah malu berjalan disamping saya.
Berbagai pengobatan telah saya jalani, mulai pijat urut, dokter, berbagai pil, pijat refleksi, terapi elektromagnetik bahkan memakai sepatu besi pun perbah saya lakoni. Orang tua saya telah mengusahakan untuk kesembuhan kaki saya dari mulai saya lahir hingga saat ini.
Saya adalah anak pertama dari tiga bersaudara, adik saya laki-laki. Dua adik yang ekstra jahil, ada aja tingkahnya. Dua adik yang selalu bilang " Itu mbakku, namanya Mbak Rizza", ketika ada yang tanya, "Perempuan itu siapa?"
Ya, saya selalu selalu menjadi perhatian jika berjalan di samping adik saya, maklum adik-adik saya banyak fansnya. Mereka lelaki yang tak pernah malu berjalan disamping saya.
Alhamdulillah, kondisi saya berangsur membaik, jalan saya pun membaik meski tidak sesempurna orang kebanyakan. Sebagai anak dengan kekurangan kentara yang melekat di tubuhnya, saya pun pernah down, saya malu dengan teman-teman saya, dengan orang-orang yang melihat saya berjalan, saya menangis hampir tiap malam menjelang masuk MTs hanya karena saya takut tak bisa diterima di lingkungan baru saya. Tapi ternyata saya salah, tak ada yang merendahkan saya, semua menghormati saya. Saya mengenal banyak orang dan saya banyak di kenal karena saya mencolok ‘berbeda’ dari teman-teman saya.
Teman-teman MTSN 2 Kediri, 9 A : Bersama mereka, saya mulai belajar hidup mandiri |
Mereka XII IPS 3, teman yang mengajari saya menjadi remaja yang tangguh, mengajari saya bagaimna menembus batas. Sesungguhnya kita sendiri yang membatasi bukan batas yang membatasi |
Orang tua saya memang tak ingin saya menjadi gadis yang
manja karena saya punya kekurangan. Meski saya ‘berbeda ‘ saya harus mandiri.
Untuk itulah pada usia 12 tahun saya dengan mantap sekolah MTs jauh dari orang
tua, saya masuk pondok pesantren. Pondok Pesantren Putra-Putri Avissina
namanya. Letaknya tepat di sebelah kanan MTsN 2 Kediri tempat saya bersekolah.
Sejak itu hingga kini terhitung hampir 10 tahun saya hidup mandiri. Melanjutkan
sekolah di MAN 3 Kediri tinggal di
Asrama Putri dan sekarang tinggal di Malang untuk menyelesaikan studi S1 saya
di PGMI UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Hidup jauh dari orang tua membuat saya mandiri seutuhnya
sebagai seorang anak, apalagi anak yang ‘berbeda’.
Saya belajar mencuci sendiri, angkat-angkat sendiri, masak sendiri, kemana pun
juga sendiri. Jauh dari orang tua membuat saya percaya pada kemampuan saya,
bahwa saya bisa melakukan apapun, tanpa ada yang melarang dengan nada kecemasan.
Kalau jatuh ya bangun lagi, kalau gagal ya coba lagi.
Banyak orang yang bilang saya nekat, dengan kondisi saya
yang ‘berbeda’. Saya ngoyo dan menyiksa diri saya, karena menurut mereka
saya ‘bekerja’ terlalu keras melebihi kemampuan kaki saya. Ya, saya sadar
mungkin banyak orang yang tak tega melihat saya berjalan, melihat saya
melakukan banyak hal. Lantas, apakah karena saya ‘berbeda’ saya hanya harus
pasrah begitu saja? Diam saja karena justis orang bahwa saya harus dibantu?
Bahwa saya tak bisa apa-apa? Tidak, saya tak mau sepasrah itu.
Hanya saya yang tahu seberapa kuat diri saya, orang
lain hanya mengira-ngira, mereka hanya kasihan, itu wajar saya sangat
memahaminya, tapi maaf, saya tidak bisa menjadi orang yang pasrah pada
keadaaan. Justru keadaan inilah yang membuat saya semakin terlecut untuk
berbuat lebih. Lebih dari yang mereka tahu bahwa orang seperti saya pun juga
mampu.
Jika ada yang bertanya apa cita-cita saya sekarang? Dengan lantang
saya akan menjawab, saya ingin jadi ilmuwan. Ya ilmuwan, yang terus mencari
ilmu, membagikannya, mengajarkannya dan mengispirasi lewat pena. Tidak terlalu
tinggikah itu untuk orang seperti saya? Saya rasa tidak, semua orang berhak
bermimpi setinggi tingginya.
Saya hanya ingin orang lain yang terlahir ‘berbeda’ seperti
saya tidak pasrah dan bersedih dengan kondisinya. Saya ingin membuktikan pada
semuanya bahwa orang yang ‘berbeda’
seperti saya bisa mewarnai dunia dengan warna yang saya punya. Saya bisa berguna
untuk negara, rakyatnya dan agama saya. Insyaallah…
Saat ini saya tercatat sebagai mahasiswi tingkat 4 jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, di sini
saya tak hanya kuliah lalu pulang dan tidur di kontrakan. Saya bergabung dengan
organisasi mahasiswa sesuai minat saya.
Saya bisa ditemui di Ha’iah Tahfidz Al-Qur’an, UKM LKP2M, LDK
At-Tarbiyah dan FLP Ranting UIN Malang.
Organisasi bagi saya adalah rumah kedua, disana saya
menemukan saudara baru, teman baru,
kakak dan adik baru. Kami seperti keluarga yang menguatkan dan menghebatkan
satu dan lainnya. Tanpa organisasi kuliah sepi, tak ada seru-serunya, tak ada
warnanya. Apa tak susah memiliki banyak organisasi Za? Saya sudah berkomitmen, ketika
saya memilih sebuah organisasi berarti saya memilih untuk hidup dan
menghidupinya semampu saya. Jadi saya harus tetap ‘hidup’ bagi mereka. Kuncinya
belajar adil dan me- manage waktu dengan baik. Saya juga masih belajar
untuk itu.
Pers Jurnalistik MAN 3 KEDIRI, organisasi pertama yang saya ikuti. Disinilah petualangan saya dimulai |
Saya adalah orang yang hidup dengan impian, saya punya
impian bahkan saya sendiri tak tahu apakah saya bisa menaklukannya atau
tidak. Tapi insyaallah selalu ada jalan
selama ada. Saya semakin percaya dengan kekuatan impian ketika satu persatu
impian saya terwujud, seperti ketika saya bermimpi lolos Pekan Kreativitas
Mahasiswa tingkat kampus, Alhamdulillah saya lolos. Ketika saya ingin menjajal
naik gunung. Alhamdulillah saya bisa menaklukan Kelud dan Bromo, Meski bagi
para pendaki sejati sampai ke puncak Kelud dan Bromo bukanlah suatu pendakian,
tapi bagi saya yang ‘berbeda’ berada di
puncak Kelud dan Bromo adalah sebuah prestasi, ada kepuasan tersendiri disana. Ternyata
kakiku bisa juga naik gunung. Alhamdulillah.
Saya masih punya banyak impian dan sedang berusaha untuk mewujudkannya satu persatu. Saat ini impian terdekat saya adalah foto keluarga dengan diriku memakai toga. Ada ayah dan ibu serta dua adik laki-laki saya disana. Kabulkan ya Rabb. Saya ingin menjadi contoh bagi dua jagoan keluarga saya itu. Agar mereka juga semangat menuntut ilmu.
Bromo : Bersama teman-teman FLP Malang |
Kelud: Bersama keluarga tercinta |
Saya masih punya banyak impian dan sedang berusaha untuk mewujudkannya satu persatu. Saat ini impian terdekat saya adalah foto keluarga dengan diriku memakai toga. Ada ayah dan ibu serta dua adik laki-laki saya disana. Kabulkan ya Rabb. Saya ingin menjadi contoh bagi dua jagoan keluarga saya itu. Agar mereka juga semangat menuntut ilmu.
Selanjutnya, saya ingin menulis buku dan menulis buku dengan
suamiku. Suami? Akankah orang ‘berbeda’ seperti saya menikah atau kasarnya ada
yang menikahi? Wallahu’alam. Saya
hanya yakin janji Allah bahwa Ia menciptakan makhluknya berpasangan, saya
percaya bahwa Allah tidak akan membiarkan saya sendirian. Suatu hari nanti akan
ada seorang lelaki yang melamar dan menikahi saya. Yang mencinta saya dan saya cintaiku, yang melengkapi saya dan ia tak lengkap tanpa saya.
Saya memang tak tahu siapa dia itu, saya haya tahu dia ada. Saya hanya harus menjaga diri, memperkaya ilmu memperkuat agama dan mempersiapkan hati saya jika ia memasukinya. Saya belum penah jatuh cinta seperti yang sering anak muda kisahkan. Ketika saya sedikit saja terpesona pada pria saya selalu teringat siapa dan seperti apa diri saya Biarlah dia yang mencintai saya lebih dulu. Biarkan dia yang memilih saya.
Karena sejatinya memilih adalah hak laki-laki pada seorang wanita.Saya hanya ingin lelaki yang menjadi ayah bagi anak-anak saya adalah cinta pertama dan terakhir saya. Saya juga sedang berusaha mendidik diri agar kelak bisa menjadi istri dan ibu yang shalihah bagi anak-anak kami. Rabbi La Tadzarni Fardan, Wa Anta Khoirul Faritsin... Aammiin
Saya memang tak tahu siapa dia itu, saya haya tahu dia ada. Saya hanya harus menjaga diri, memperkaya ilmu memperkuat agama dan mempersiapkan hati saya jika ia memasukinya. Saya belum penah jatuh cinta seperti yang sering anak muda kisahkan. Ketika saya sedikit saja terpesona pada pria saya selalu teringat siapa dan seperti apa diri saya Biarlah dia yang mencintai saya lebih dulu. Biarkan dia yang memilih saya.
Karena sejatinya memilih adalah hak laki-laki pada seorang wanita.Saya hanya ingin lelaki yang menjadi ayah bagi anak-anak saya adalah cinta pertama dan terakhir saya. Saya juga sedang berusaha mendidik diri agar kelak bisa menjadi istri dan ibu yang shalihah bagi anak-anak kami. Rabbi La Tadzarni Fardan, Wa Anta Khoirul Faritsin... Aammiin
Jika saya boleh bermimpi lagi saya ingin sekolah setinggi-tingginya. Bersama suami saya tentu saja. S2 dan S3 bersama. Saya ingin meruntuhkan stigma kalau perempuan tak perlu sekolah tinggi. Saya juga ingin memberitahu dunia bahwa orang ‘berbeda’ seperti saya bisa jadi pinter , agar orang lain yang seperti saya tergerak untuk maju. Saya memang 'berbeda' tapi saya bahagia. Berbeda dari orang kebanyakan membuat saya lebih kuat, hati saya kuat tak mudah terluka, mungkin karena saya kebal dengan olokan dan pandangan sebelah mata orang-orang. Saya 'berbeda', saya mudah di kenal jadi saya tak perlu repot-repot narsis biar di kenal pun aku sudah di kenal dan terkenal, setidaknya di mata orang yang melihatku di tengah banyak orang yang berjalan, hehe
Siapapun yang membaca ini, aminkan doa saya ya. Terima kasih telah berkenalan dengan saya dan membaca kisah ini, semoga kalian yang 'sempurna' tetap berkarya ya, Kalian tentu lebih bisa melakukan apapun dari saya. Salam sukses, semoga Allah membimbing langkah kita. Amiin....
Nah, kamu sedang duduk atau berdiri Kawan? apapun posisimu membaca tulisan ini, sedetik saja lihatlah sepasang anggota tubuhmu paling bawah. Sepasang istimewa yang tak saya punya. Saya tak punya seindah dan sesempurna milikmu. Saya harus belajar seumur hidup saya agar bisa memiliki yang seperti milikmu. Dijaga baik-baik ya, melangkahlah kemanapun kau mau, raihlah semua cita-citamu.
Ingin berbincang dengan saya?
add facebook : Rizza Nasir
Follow twitter : @RizzaNasir
Email : wardatussholihah@gmail.com
Handphone : 085755280243
^_^
sebuah kisah perjalanan hidup yang patut dijadikan referensi buat kaum muda...
BalasHapusmenemukan tulisan ini?
BalasHapusya, terima kasih