Kamis, 16 Januari 2014

OKI & ORY, DUA SEJOLI INSPIRATIF



Siapa yang tak kenal Oki Setiana Dewi? Aktris yang mulai di kenal lewat perannya sebagai Anna Althafunnisa di Film Ketika Cinta Bertasbih  (KCB) besutan sutradara Chaerul Umam yang diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Kak Abik. Oki begitu ia biasa disapa bermain apik dalam film tersebut hingga ia dinobatkan sebagai aktris terbaik dalam Panasonic Award.

Secara personal saya memang tak pernah bertemu dengan Mbak Oki, tapi sosoknya begitu membekas di hati saya. Awalnya saya biasa saja ketika melihat aktingnya di KCB. Saya baru nge-fans sama dia setelah membaca dua bukunya yakni Melukis Pelangi dan Sejuta Pelangi. Dibuku pertama Oki  menulis tentang kisah hidupnya dan di buku kedua ia menulis tentang kisah-kisah orang luar biasa yang pernah ditemuinya.

Dari tulisannya yang renyah dan lugas serta memberi pencerahan itu. Saya mulai sadar kalau Oki adalah artis yang berbeda dan sangat luar biasa. Dia berprestasi di sekolahnya, multi talenta, cantik dan sholihah. Saya ingin seperti dia. Berapa banyak gadis di Indonesia yang seperti saya? Mengagumi dia dengan segala yang ada padanya, talentanya, kesolihannya. 


Meski sudah menjadi artis ternama ia tetap teguh menjaga auratnya, menjaga pergaulannya, mengajar ngaji di TPA dan majlis taklim. Meski dia orang sibuk, ia tetap mengaji satu juz tiap hari. Jika semua artis perempuan muslim Indonesia seperti Oki, betapa ademnya layar televisi kita. Setiap orang memang punya idealitas masing masing dalam menjalani hidupnya, setidaknya sejak kemunculannya hingga kini ia telah menginspirasi banyak artis dan wanita Indonesia untuk teguh pada jalan-Nya. Oki memang luar biasa.

Sebelum mengenal Oki, saya tak pernah nge fans dengan satu pun artis Indonesia. Tulisan-tulisannya yang membuat saya jatuh hati pada sosok Oki. Entah kenapa saya ini cenderung tak mudah jatuh hati pada sosok secara fisik, tapi hati saya mudah terpaut dengan perilaku orang, atau karena saya interest pada dunia kepenulisan, saya justru sreg dengan orang, berawal dari tulisan-tulisan orang tersebut. Dari tutur  tulisannya, saya baru tahu jika orang-orang itu telah menempati ruang di hati saya. Aneh ya?

Saya pernah berpikir begini, Beruntung ya seorang lelaki yang menikahi Mbak Oki, tentu saja. Mbak Oki cantik, cerdas, bertalenta dan sholihah. Komplit. Laki-laki mana yang tidak mengidam idamkan dia? Bahkan seorang teman lelaki saya pernah dengan jujur mengatakan begini : “Jika aku menikah, aku pengen punya istri seperti Oki Setiana Dewi Za, doakan ya” aku tersenyum mendengar ungkapnya. Dalam hati aku mengucap Amin atas doanya.

Beberapa hari lalu seorang teman mengabarkan kalau Oki akan menikah. Saya langsung bertanya, “ Siapa suaminya?” atau lebih tepatnya saya penasaran siapa lelaki beruntung itu?  Karena di kontrakan tidak ada TV, saya mencari berita tentang pernikahan Oki di internet. Dari berita di internet saya tahu  kalau lelaki beruntung itu bernama Ory Vitrio. Menurut situs itu Ory adalah seorang pengusaha. Perjodohan Oki lewat perantara Dude Harlino yang merupakan teman keduanya.

Dari berita itu pula saya tahu kalau proses perkenalan, ta’aruf hanya satu bulan saja. Tanpa pacaran, tanpa pegang-pegangan, tanpa cium-ciuman seperti artis kebanyakan. Mereka berdua memang figur artis yang langka. Bahkan Oki pun menolak pree weeding sebelum ijab kabul di gelar.

Seperti kisah yang pernah saya baca di bukunya, Oki menyerahkan sepenuhnya urusan jodohnya pada ayahnya. Itu pulalah yang membuat saya berkomitmen melakukan hal yang sama nantinya. Bagaimanapun juga yang berhak menikahkan seorang anak perempuan adalah ayahnya.

“Aku bilang pada papa, nanti kalau ada yang datang, untuk melamar, orangnya baik, tolong diterima. Sampai aku hampir selesai S2 pun, papaku belum juga menerima lelaki yang melamarku. Mereka yang datang, selalu papa tolak. Tolak lagi, tolak lagi. Ada rasa kesal, marah, kecewa dan protes di dadaku saat itu. Kenapa menerima seorang lelaki sesulit itu sih,” ungkap Oki, saya kutip dari situs berita itu.

Saya jadi teringat, bahwa saya juga pernah mengungkapkan hal yang sama pada ayah saya. Bagi saya, ayah dan ibu punya hak sepenuhnya untuk menikahkan saya dengan lelaki yang menurut mereka baik untuk saya. Jadi untuk sekarang saya hanya harus belajar dengan baik, mempertebal ilmu dan pengalaman saya, baik sebagai guru maupun penulis. Yang ingin menikahi saya, saya persilahkan langsung berhadapan dengan ayah. Kalau ayah iya, saya juga iya begitupun sebaliknya.

Melihat Oki dan Ory saya juga semakin yakin kalau Allah benar-benar menyiapkan jodoh terbaik untuk kita. Yang pas di hati orang tua dan hati kita. Dari mereka saya juga memantapkan diri, bahwa untuk berjodoh dengan seseorang tak perlu diawali dengan hal-hal yang belum di halalkan. Semisal saling menggoda atau pacaran. Oki dan Ory menyatu, tanpa saling menggoda, tanpa pacaran namun mereka tetap menikah juga kan?

Kalau memang berjodoh pasti kita akan menikah dengan dia, tergantung kita, mau mengawalinya dengan cara bagaimana. Dengan yang syar’i atau yang menyalahi aturan Illahi. Saya hanya meyakini satu hal, jika diawali dengan kebaikan maka juga berujung kebaikan. Menikah sekarang atau nanti itu sudah dituliskan Illahi. Lelaki sholih untuk perempuan sholihah. Tugas kita sekarang adalah mensholihakan diri dan mempertebal ilmu. Biarkan skenario Allah yang mempertemukan kita dengan dia.

Saya  teringat tulisan Oki di Sejuta Pelangi yang berjudul Menikah Dini Menikah Nanti. Dia menuliskan begini :
“Oki ingin menikah” ucapku kepada ibu dan ayah
“Siapa calonnya” tanya mereka dengan nada terkejut
“Nggak tau, pokonya ingin menikah biar ada yang jagain Oki”

Mbak Oki, sekarang Mbak sudah menemukan penjaga. Ory namanya, lelaki yang akan menjagamu. Selamat menempuh hidup baru ya. Jadilah keluarga inspiratif buat kita semua. Barakallahulakuma wa baraka alaikuma wa jama’a bainakuma fi khoir.

RIZZA NASIR

Oki Setiana Dewi & Ory Vitrio
Rizza Nasir & ???
^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar