Semua orang yang mencatatkan diri sebagai mahasiswa, tentu
memiliki banyak tujuan, kenapa dia kuliah, kenapa dia menjadi mahasiswa. Dan
ibarat sebuah film yang selalu memiliki akhir cerita. Akhir cerita dari seorang
mahasiswa adalah wisuda. Satu kata keramat yang hanya didapat oleh mereka yang
telah menyelesaikan semua prosedur yang berlaku di kampusnya.
Ya, hanya wissudalah kunci yang harus dimiliki oleh seorang
mahasiswa jika ia ingin keluar dari kampusnya. Keluar dengan sebuah gelar. Apa
arti sebuah gelar? Bagi sebagian orang, gelar bukanlah yang utama, yang penting
kuliah, cari ilmu, begitu katanya. Bagi sebagian yang lain, gelar amat dicari,
di junjung tinggi. Namun jika kamu ingin keluar dari kampusmu tanpa wisuda,
tentu banyak cara. Dan semua orang bebas memilih dengan cara yang mana dia
keluar.
Seorang pemuda yang lulus tujuh semester dengan IPK cumlaude, skripsi tiga bahasa. Semua orang akan menge-cap dia adalah pemuda brilian dan sukses di akademisinya. Semua memujinya, dan banyak yang menjadikan dia figure. Contoh bagi adik-adiknya. Sebuah teladan. Teladan yang baik.
Lain halnya dengan mereka yang lulus sebelas semester atau
bahkan memilih untuk keluar dari kampusnya karena alasan tertentu, semua orang
akan menge-cap dia adalah pemuda gagal, setidaknya gagal dalam kuliahnya,
pandangan orang akan cenderung merendahkan. Antipati.
Tidak ada yang mau bertanya, kenapa? Kenapa dengan
dirimu? Apa alasannya? Tidak ada yang
mau bertanya, semua langsung under-estimate.
Seorang kakak tingkat saya, kebetulan sekarang dia semester sembilan dan
kalau dia berhasil lanjut terus, dua tahun lagi, dia baru bisa wisuda. Dia
bercerita, beratnya menjadi mahasiswa tua, belajar dengan adik-adik
tingkatnya. Perlakuan mereka yang berbeda, juga anggapan orang sekitar. Kok kamu nggak
lulus-lulus sih.
Belum lagi soal usia, usia yang semakin menua, dengan teman
kuliah yang tak lagi sebaya. Tentu susah
bukan? Perlu perjuangan sendiri yang melebihi mahasiswa kebanyakan. Perjuangan
memotivasi diri dan menguatkan hati. Ada factor-faktor tertentu yang
menyebabkan mahasiswa seperti ini tidak segera menamatkan kuliahnya. Kesehatan,
psikis dan factor lain, yang tidak semua orang mengerti, memahami. Bahkan pihak
kampus sendiri.
Ada juga mahasiswa yang tak segera wisuda, karena tugas
akhirnya yang tak kunjung selesai. Kamu males sih ngerjain skripsinya, jadi
ya gitu deh. Kebanyakan justis ini yang muncul. Tidak ada yang bertanya, Kenapa
dengan penelitianmu? Datanya susah di
dapat ya?. Ya, hampir di semua kampus di Indonesia memiliki jeda atau
batasan waktu tertentu bagi mahasiswanya menyelesaikan skripsi. Bisa satu
bulan, dua bulan, tiga bulan. Yang pasti tanggal ujian sudah ditentukan. Kalau
mau uikut ujian, berarti penelitian harus sudah selesai atau terpaksa selesai.
Ya, karena sebuah kata bernama wisuda yang ditentukan
waktu-waktunya. Sebuah penelitian pun juga harus selesai sesuai waktunya.
Padahal, bukankah penelitian itu tak berbatas? Selama yang diperlukan untuk
melengkapi jawaban rumusan atau fokus belum lengkap maka penelitian belum
selesai. Bahkan dalam sebuah peneitian asing, ada penelitian yang memakan waktu
bertahun-tahun. Dengan hasil penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan dan diaplikasikan
nyata ke dunia. Kata seorang dosen, penelitian yang baik itu adalah penelitian
yang selesai. Tuntas. Nah, selesai atau terpaksa selesai?
Tak banyak yang melihat mereka yang terlambat wisuda karena
masalah penelitian ini, karena memang belum goal apa yang dicari. Pernah
lihat film Ketika Cinta Bertasbih? Azam. Bukankah dia cerdas? Lalu kenapa dia
menamatkan S1 Al-Azhar sembilan tahun? Karena ia kuliah sambil bekerja,
menghidupi keluarganya. Kuliah menjadi nomor dua, yang penting ibu dan
adik-adiknya bisa makan. Tak sedikit
mereka yang terlambat wisuda karena factor ini. Batasan waktu memang penting,
untuk menjadikan sistematisnya sebuah system akademik, fungsi batasan lainnya
juga untuk memotivasi mahasiswa agar segera bergerak namun jika batasan
ini akhirnya benar-benar menjadi batas. Kita harus berpikir ulang.
Satu lagi, menjadi aktivis. Ya, seorang aktivis dengan
aktivitas bejibun. Aktivitas sosial, pergi sana pergi sini. Urus itu, urus ini.
Otak yang tak hanya berisi diktat kuliah, otak yang terus berputar setiap waktu
berpikir ini itu. Mereka yang hidup untuk membantu orang lain. Membantu
mengembangkan potensi, mereka yang mengabdi pada kebesaran organisasi.
Hidup dan menghidupi. Memang, idealnya seorang aktivis adalah aktivis yang
manis. Aktivis yang sukses organisasinya
dan mulus karier kuliahnya. Masihkah
kita membicarakan ideal jika hidup ini mengandung banyak kemungkinan?
Mungkin saja kita pernah bermimpi lulus cepat, tapi
tiba-tiba ada sesuatu hal yang menjadi cobaan hidup kita, hingga perhatian tak
lagi fokus pada tujuan awal. Siapa yang tahu? Selama kita masih berjalan pada
jalan yang benar, entah berbatu atau gelap sekalipun, asalkan kita mau terus melangkah.
Kita pasti sampai di ujung jalan. Ujung dimana kita mencari tujuan.
Lulus cepat atau terlambat? Pilih mana? Bagi mereka yang
memiliki ambisi untuk lulus cepat dan bagi mereka yang punya pandangan atau
pilihan lulus terlambat. Cepat atau lambat hanya soal waktu. Cepat atau lambat,
tak masalah. Semua bebas memilih dan semua pasti punya pilihan. Lulus tepat
waktu atau lulus pada waktu yang tepat. Semua tepat bukan?
Wallahu’alam
Wallahu’alam
Teruntuk:
Mereka yang masih harus menyelesaikan sisa-sisa SKS. Tetap semangat ya, jalani saja. Insyaallah, semua yang tersisa pasti habis pada waktun
Mereka yang menunggu masa wisuda. Selamat ya, semoga ilmu kalian berkah, bermanfaat dunia akhirat, doakan kami agar segera menyusul.
Mereka yang masih harus menyelesaikan sisa-sisa SKS. Tetap semangat ya, jalani saja. Insyaallah, semua yang tersisa pasti habis pada waktun
Mereka yang menunggu masa wisuda. Selamat ya, semoga ilmu kalian berkah, bermanfaat dunia akhirat, doakan kami agar segera menyusul.
Dan bagi mereka yang tak lagi berstatus mahasiswa karena
sesuatu hal. Bukankah ilmu itu tak hanya di kotak-kotak keilmuan? Ilmu itu ada
dimana-mana kan? Setidaknya kalian telah mencicipi rasanya menjadi mahasiswa. Diluar
sana, banyak lho yang jangankan mencicipi, mencium aromanya saja tak pernah. Kalian
telah membuat keputusan besar dalam hidup. Selamat ya. Kalian hebat.
Semangat buat kita semua ^_^
Semangat buat kita semua ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar