Selasa, 17 Desember 2013

Sahabat atau Cinta


Sahabat atau cinta? Pilih mana? Salah satunya atau dua duanya? Aku tak pernah punya pilihan diantara keduanya. Jika aku punya sahabat, apakah aku mencintainya? Dan jangan tanya jika aku jatuh cinta, apakah aku mencintai sahabatku? Bahkan aku takut jatuh cinta. Pada siapapun!

Sejak dulu hingga kini, tepatnya sejak mulai sekolah sampai kuliah aku tak pernah sepi dari gojlokan teman-temanku. Entahlah, mungkin karena aku yang memang tak pernah terlihat ‘dekat’ dengan lelaki atau karena aku enak untuk dijahili atau mereka kasihan melihatku yang ‘masih’ sendiri.

Sebenarnya aku tak pernah terlalu ambil pusing dengan apa yang teman-temanku lakukan, aku tak membenci mereka, aku justru menikmatinya. Menikmati gojlokan itu, karena mungkin itu cara mereka memperhatikan aku, cara mereka membuatku ramai. Asal mereka bahagia, aku ikhlas di bully. Bukan bagaimana aku? Tapi bagimana mereka? Bagaimana perasaan mereka jika perempuannya adalah aku?

Tahukah kawan, aku memang menikmati tawa mereka, aku menikmati setiap kata. Aku tahu mereka bercanda untuk membuatku tertawa, Tapi aku selalu kehilangan. Kehilangan setiap orang yang disandingkan denganku. Hampir semua teman lelaki yang disandingkan denganku itu selalu menjauhiku. Hanya karena ia merasa aku mencintainya. Ia merasa aku benar-benar menyukainya.

Ya, ia menjauhiku. Aku mendapatkan bahagia karena melihat tawa teman-temanku yang lain, tapi akhirnya aku harus kehilangan sahabatku, temanku yang satu itu, yang disandingkan denganku. Aku kehilangan. Kehilangan. Tak hanya sekali, dua kali, berkali-kali.

Aku kehilangan sahabat- sahabatku satu per satu. Dulu di masa SD yang semula kami sering belajar bersama. Sering tanya jawab belajar saat ujian, tertawa-tawa. Tapi saat perjodohan itu datang. Semuanya jadi hambar. Saat remaja, Aku senang belajar nada-nada, aku senang bermain-main sore-sore bersamanya. Tapi saat perjodohan itu datang.... Aku senang ngobrol banyak hal, aku sering menjahili orang bersamanya. Tapi saat perjodohan itu datang... Aku ingin mendapatkan banyak ilmu darinya, aku ingin bertanya apa saja. Tapi saat perjodohan itu datang.... Aku ingin belajar menulis darinya aku ingin bertukar cerita. Tapi saat perjodohan itu datang....


Sering aku bertanya pada diriku, kenapa mereka pergi? Kenapa mereka menganggap aku begitu? Padahal aku masih ingin bercanda-canda, padahal aku masih ingin berbagi cerita. Seperti biasanya. Tapi ternyata, satu persatu mereka pergi. Perjodohan itu telah mencipta begitu banyak sekat diantara kami.

Aku tak pernah sekalipun terpikir untuk berdua. Tak pernah! aku masih belum memikirkan itu. Waktu itu. Sekarang pun, saat aku beranjak dewasa. Aku tak pernah berkenalan atau bersahabat dengan lelaki dengan maksud menjadikannya suami. Niatku hanya menambah sodara, menambah kolega dan mempertebal cerita-cerita.

Kenapa? Kenapa mereka pergi? Oh aku tahu, karena perempuan yang dijodohkan dengan mereka itu aku. Ya, karena perempuan itu aku, makanya mereka pergi. Coba kalau perempuannya yang lain. Yang cantik, yang sempurna. Pasti mereka tak akan pergi, mereka akan mengamini.  Karena perempuannya aku, mereka menjauhiku. Mereka takut aku benar-benar menyukainya, mencintainya. Tenang Bro! Aku tahu diri, aku bukan siapa-siapa, aku bukan apa-apa, aku juga begini...

Cinta, aku bahkan tak tahu cinta itu apa dan bagimana. Aku bahkan belum pernah sekalipun jatuh cinta dan dicintai. Karena aku tahu siapa diriku, bagaimana aku. Jika aku punya sahabat lelaki, aku selalu menganggap dia kakakku. Karena aku terlahir sebagai sulung, aku tak pernah punya kakak. Aku berusaha menjadi sahabat yang baik, berusaha memberi. Tapi ternyata apa yang aku lakukan seringkali disalah artikan banyak orang, mereka menyangka aku menyukainya, aku mencintainya. Padahal aku hanya ingin menjadi sahabatnya. Cinta? Bahkan aku belum pernah mengenalnya.

Kenapa kebaikan tidak dimaknai sebagai kebaikan saja? Kenapa perhatian tidak dimaknai sebagai perhatian saja? Kenapa jika orangnya itu aku, selalu dimaknai berbeda? Apakah aku terlalu baik? Atau karena aku terlihat sangat kasihan, sangat butuh cinta? Hingga semua yang kulakukan selalu dimaknai mencintai?

Aku tahu, Allah telah menuliskan seseorang untuk mendampingi hidupku, seseorang yang mencintaiku dan kucintai. Yang tak malu berjalan di sampingku. Aku baik untuknya dan dia baik untukku. Siapa dia? Aku pun tak tahu. Apakah dia orang yang pernah menjadi sahabatku atau dia orang baru dalam hidupku?

Kini aku sudah mendewasa, jika aku kehilangan sahabat-sahabatku dulu, maka aku tak ingin kehilangan lagi.... Kini...
Jika memang semuanya harus pergi, semoga Allah tidak pergi dari hatiku. Karena dialah yang punya sebenar-benarnya cinta. Setidaknya aku masih punya ayah, ibu dan dua adik lelakiku yang mencintaiku apa adanya, tanpa kuminta dan tanpa aku harus takut kehilangan.

Ini hanya soal pendewasaan hati Kawan...

Catatan Malam
Dedicated untuk sahabat-sahabat lelakiku dari  sekolah sampai kuliah, masihkah kalian mengingatku? Apa yang kalian ingat dariku?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar