Senin, 30 Juni 2014

My Letters: UNTUK CALON SUAMIKU (2)




Assalamualaikum Mas, semoga kau selalu sehat dan bahagia. Soalnya aku juga lagi bahagia hari ini. Kamu tahu apa itu? Hari ini aku wisuda Mas. Ya, alhamdulillah aku berhasil Mas, seperti janjiku lima bulan saat kutulis surat pertamaku untukmu, Aku akan berusaha sekuat tenaga dan semaksimal mungkin yang kubisa agar bisa lulus dan wisuda bulan Mei, agar ibu bisa datang, karena Oktober nanti beliau ada di Makkah, kalau aku wisuda bulan Oktober, apa jadinya?

Alhamdulillah Mas, hari ini aku berhasil berjalan dengan mulus di depan rektor. Kalau kamu tahu, sehari sebelumnya saat gladi bersih, aku sempat takut berjalan di atas panggung terhormat itu, aku akan menaiki tangga, berjalan dan menundukkan kepalaku di depan Pak Mudji lalu berjalan menerima bumbung dari Pak Nur Ali. Sempat sangsi dengan semua itu, bagi perempuan yang lain, mungkin tak merasakan rasaku, tapi aku tak boleh jadi pengecut dan penakut kan? Malam harinya aku berdoa agar aku bisa melakukannya.

Mas, kau tahu apa rasanya saat namaku dipanggil dan aku harus berjalan ke depan? Sepertinya ada dag dig dug yang begitu keras. Aku tak akan melupakan senyum Pak Mudjia hari ini sesaat setelah membalikkan tali togaku, juga senyum Pak Nur Ali saat memberi bumbung padaku. Di depan beliau, aku seperti mengucap beribu terima kasih, Pak Nur Ali yang menguji skripsiku, memberikan revisi yang sempat membuatku jengkel dan memberiku nasehat agar aku tetap semangat. Terima kasih Pak Nur Ali.

Kau tahu, semua mata menatapku, tak masalah, aku tak malu. Aku justru bangga, dengan kondisiku seperti ini aku bisa menyelesaikan studi S1-ku, sebuah mimpi yang dulu aku merasa terlalu tinggi, terlalu berat untuk orang sepertiku. Aku sudah buktikan pada semua orang bahwa apapun yang kita alami, menuntut ilmu tetap menjadi mimpi yang harus ditepati.


Mas, hari ini aku berhias, memakai lipstik, blush on, eye shadow dan lainnya. Piranti yang hampir tak pernah kusentuh selama kuliah. Biasanya aku hanya memakai bedak saja, memakai celak kalau lagi banyak waktu tersisa, setelah itu memakai kerudung dan berangkat kuliah. Cukup. Aku tak pernah ribet masalah penampilan. Lagipula, untuk apa aku berhias macam-macam, untuk siapa?

Aku sendiri, tak pernah merasa cantik. Teman-teman di kampus begitu jelita, dan aku jauh di bawah mereka, aku tidak secantik mereka, tapi aku yakin meski aku biasa-biasa saja, kau akan memujiku cantik kan nanti? Iya kan? Iya kan Mas? Ah ya sudah kalau nggak mau, aku nggak apa-apa kok -_-

Mas, buat apa aku cantik di depan banyak pria kalau nanti aku hanya wajib cantik di depanmu saja? Nggak apa-apa aku jelek di mata banyak lelaki selama ini, aku hanya ingin cantik di matamu. Lagipula aku percaya, tanpa piranti kosmetika itu perempuan telah diciptakan cantik

Kata ibu dan budheku juga kakak sepupuku, hari ini aku cantik ditambah sekali pula. Ah masak? Aku merasa biasa saja, masih seperti wajahku sebelumnya, hanya saja bibirku berubah menjadi pink, pipiku merona dan mataku lebih tajam dari sebelumnya. Itu saja, selebihnya, aku nyaman dengan diriku tanpa make up, apa adanya dengan bedak saja. Kalau nanti kau menghendaki aku berhias saat, aku akan belajar menggunakannya, tapi hanya di depanmu saja ya, aku malu.

Hari ini, aku berhias, karena semua temanku begitu, masak aku kumus-kumus sendiri. Jika kau sudah disisiku hari ini, kau tentu tak mau kan istrimu ini jelek? Kamu pasti akan malu. Karena hari ini yang hadir adalah ibuku dan adikku, aku ingin cantik di mata mereka, jadi kalau jalan menuju aula sport center, ibu nggak malu karena aku kumus-kumus, hehe

Mas, seandainya ada ayah berfoto di samping kananku, dan Faisal di samping kiriku, aku pasti akan senang sekali. Tapi kondisi ayah tidak memungkinkan untuk itu, dan Faisal, hari ini dia juga perpisahan di SMA nya, tanpa kehadiran ibu, tapi Mbak Ita, karena ibu harus bersamaku. Seandainya juga, kita sudah bertemu sejak beberapa bulan lalu, lalu kau menjadi suamiku, lalu hari ini kau berfoto disampingku. Lengkaplah sudah bahagiaku.Semua yang seandainya itu memang tak ada hari ini, tapi kehadiran ibu dan Farid adalah bahagia tersendiri.

Mas, karena kita belum dipertemukan satu sama lain, aku ingin memanfaatkan waktu menunggu ini untuk melanjutkan S2, meski aku tak tahu darimana aku mendapatkan biayanya, aku hanya meyakini, kalau niat itu sungguh, maka jalan Allah akan menyepuh. Aku juga ingin melanjutkan hafalan Al-Qur’anku yang sempat terhambat. Aku akan lanjutkan lagi Mas. Bismillah...


Mas, sekarang kamu dimana? Apakah sudah wisuda juga? atau sedang menempuh kuliah? Mengerjakan tugas akhir? S1? S2? atau S3?


Mas, seperti aku yang punya mimpi untuk S2, aku juga ingin punya suami yang semangat menuntut ilmu. Entah itu S1, S2 atau S3. Aku hanya ingin menjadi penyemangatmu untuk belajar lebih tinggi, karena aku tahu, banyak hal yang kita dapatkan di bangku kuliah. Meski banyak orang bilang kuliah tak akan menjadi pengubah, meski banyak orang bilang kuliah hanya untuk selembar ijazah. Meski banyak orang bilang kerja dan uang lebih penting daripada gelar.

Persetan dengan gelar! Bagiku, kuliah adalah perjuangan. Aku tidak bisa membayangkan jika semua orang berpikiran sepasrah itu. Lalu semua orang di negeri ini hanya tamat SD, SMP, atau SMA. Apa kata dunia tentang negara kita Mas?

 Negara ini miskin profesor, negara ini miskin ilmuawan, negara ini miskin pelopor, pengubah dunia. Aku ingin mendampingimu menuju puncak tertinggi keilmuan itu. Jadilah profesor Mas! Jadilah inspirasi, jadilah pengubah!  Kalau nanti kita nggak punya uang untuk kuliah, ya ayo kita cari!  Kalau kita malas, ya ayo jangan malas! I'll stand by you Mas!

Semoga kelak aku diberi kessempatan untuk mendampingimu diwisudamu. Semoga saat kamu wisuda kita sudah dipertemukan. Sudah jatuh cintrong dan sudah menikah. Amin. Aku akan jadi cheerleader yang menyemangatimu ngerjain tugas akhir deh, Loh nggak percaya? Suer! Biasanya lelaki kan malas ngerjain tugas akhir, iya kan? Hayo ngaku? :P

Seperti foto di bawah ini nih, noh so sweet banget kan?
Sayangnya ini cuma kartun Mas, semoga jadi doa buat kita deh. Amiin



Oke, oke, semangat terus ya Mas, semoga kelak kita bisa menjadi pasangan yang asik dan kece, jadi orang tua yang teladan bagi anak-anak kita dan aku janji, bahkan mulai hari sebelum-sebelumnya. Aku belajar menjadi istri dan ibu yang baik. Untukmu dan untuk anak-anak kita. Doakan aku berhasil ya!

 Iya, iya, saling mendoakan *tersenyum penuh arti*

Mas, siapapun kamu, dimana kamu sekarang, apakah kita pernah bertemu atau belum. Semoga Allah menjagamu, menjadi lelaki sholih, baik dan sabar untukku. Aku juga akan terus menjaga diriku untukmu. Untukmu ayah dari anak-anakku. Sekian dulu ya surat dariku. Sudah adzan dhuhur nih, sholat dulu yuk Mas.....

Hari dan tanggal yang akan selalu kuingat Mas, Sabtu, 10 Mei 2014

Salam

Rizza Nasir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar