Assalamualaikum Mas, semoga kau selalu sehat dan bahagia. Soalnya aku juga lagi bahagia hari ini. Kamu tahu apa itu? Hari ini aku wisuda Mas. Ya, alhamdulillah aku berhasil Mas, seperti janjiku lima bulan saat kutulis surat pertamaku untukmu, Aku akan berusaha sekuat tenaga dan semaksimal mungkin yang kubisa agar bisa lulus dan wisuda bulan Mei, agar ibu bisa datang, karena Oktober nanti beliau ada di Makkah, kalau aku wisuda bulan Oktober, apa jadinya?
Alhamdulillah Mas, hari ini aku berhasil berjalan
dengan mulus di depan rektor. Kalau kamu tahu, sehari sebelumnya saat gladi
bersih, aku sempat takut berjalan di atas panggung terhormat itu, aku akan
menaiki tangga, berjalan dan menundukkan kepalaku di depan Pak Mudji lalu berjalan
menerima bumbung dari Pak Nur Ali. Sempat sangsi dengan semua itu, bagi
perempuan yang lain, mungkin tak merasakan rasaku, tapi aku tak boleh jadi
pengecut dan penakut kan? Malam harinya aku berdoa agar aku bisa melakukannya.
Mas, kau tahu apa rasanya saat namaku dipanggil dan
aku harus berjalan ke depan? Sepertinya ada dag
dig dug yang begitu keras. Aku tak akan melupakan senyum Pak Mudjia hari
ini sesaat setelah membalikkan tali togaku, juga senyum Pak Nur Ali saat
memberi bumbung padaku. Di depan beliau, aku seperti mengucap beribu terima
kasih, Pak Nur Ali yang menguji skripsiku, memberikan revisi yang sempat
membuatku jengkel dan memberiku nasehat agar aku tetap semangat. Terima kasih
Pak Nur Ali.
Kau tahu, semua mata menatapku, tak masalah, aku tak
malu. Aku justru bangga, dengan kondisiku seperti ini aku bisa menyelesaikan
studi S1-ku, sebuah mimpi yang dulu aku merasa terlalu tinggi, terlalu berat
untuk orang sepertiku. Aku sudah buktikan pada semua orang bahwa apapun yang
kita alami, menuntut ilmu tetap menjadi mimpi yang harus ditepati.
Mas, hari ini aku berhias, memakai lipstik, blush
on, eye shadow dan lainnya. Piranti yang hampir tak pernah kusentuh selama
kuliah. Biasanya aku hanya memakai bedak saja, memakai celak kalau lagi banyak
waktu tersisa, setelah itu memakai kerudung dan berangkat kuliah. Cukup. Aku
tak pernah ribet masalah penampilan. Lagipula, untuk apa aku berhias
macam-macam, untuk siapa?
Aku sendiri, tak pernah merasa cantik. Teman-teman
di kampus begitu jelita, dan aku jauh di bawah mereka, aku tidak secantik
mereka, tapi aku yakin meski aku biasa-biasa saja, kau akan memujiku cantik kan
nanti? Iya kan? Iya kan Mas? Ah ya sudah kalau nggak mau, aku nggak apa-apa kok
-_-
Mas, buat apa aku cantik di depan banyak pria kalau nanti
aku hanya wajib cantik di depanmu saja? Nggak apa-apa aku jelek di mata banyak
lelaki selama ini, aku hanya ingin cantik di matamu. Lagipula aku percaya,
tanpa piranti kosmetika itu perempuan telah diciptakan cantik
Kata ibu dan budheku juga kakak sepupuku, hari ini
aku cantik ditambah sekali pula. Ah masak? Aku merasa biasa saja, masih seperti
wajahku sebelumnya, hanya saja bibirku berubah menjadi pink, pipiku merona dan
mataku lebih tajam dari sebelumnya. Itu saja, selebihnya, aku nyaman dengan diriku
tanpa make up, apa adanya dengan bedak saja. Kalau nanti kau menghendaki aku
berhias saat, aku akan belajar menggunakannya, tapi hanya di depanmu saja ya,
aku malu.
Hari ini, aku berhias, karena semua temanku begitu,
masak aku kumus-kumus sendiri. Jika
kau sudah disisiku hari ini, kau tentu tak mau kan istrimu ini jelek? Kamu
pasti akan malu. Karena hari ini yang hadir adalah ibuku dan adikku, aku ingin
cantik di mata mereka, jadi kalau jalan menuju aula sport center, ibu nggak
malu karena aku kumus-kumus, hehe
Mas, seandainya ada ayah berfoto di samping kananku,
dan Faisal di samping kiriku, aku pasti akan senang sekali. Tapi kondisi ayah
tidak memungkinkan untuk itu, dan Faisal, hari ini dia juga perpisahan di SMA
nya, tanpa kehadiran ibu, tapi Mbak Ita, karena ibu harus bersamaku. Seandainya
juga, kita sudah bertemu sejak beberapa bulan lalu, lalu kau menjadi suamiku,
lalu hari ini kau berfoto disampingku. Lengkaplah sudah bahagiaku.Semua yang
seandainya itu memang tak ada hari ini, tapi kehadiran ibu dan Farid adalah
bahagia tersendiri.
Mas, karena kita belum dipertemukan satu sama lain,
aku ingin memanfaatkan waktu menunggu ini untuk melanjutkan S2, meski aku tak
tahu darimana aku mendapatkan biayanya, aku hanya meyakini, kalau niat itu
sungguh, maka jalan Allah akan menyepuh. Aku juga ingin melanjutkan hafalan
Al-Qur’anku yang sempat terhambat. Aku akan lanjutkan lagi Mas. Bismillah...
Semoga kelak aku diberi kessempatan untuk mendampingimu diwisudamu. Semoga saat kamu wisuda kita sudah dipertemukan. Sudah jatuh cintrong dan sudah menikah. Amin. Aku akan jadi cheerleader yang menyemangatimu ngerjain tugas akhir deh, Loh nggak percaya? Suer! Biasanya lelaki kan malas ngerjain tugas akhir, iya kan? Hayo ngaku? :P
Seperti foto di bawah ini nih, noh so sweet banget kan?
Sayangnya ini cuma kartun Mas, semoga jadi doa buat kita deh. Amiin
Oke, oke, semangat terus ya Mas, semoga kelak kita bisa menjadi pasangan yang asik dan kece, jadi orang tua yang teladan bagi anak-anak kita dan aku janji, bahkan mulai hari sebelum-sebelumnya. Aku belajar menjadi istri dan ibu yang baik. Untukmu dan untuk anak-anak kita. Doakan aku berhasil ya!
Iya, iya, saling mendoakan *tersenyum penuh arti*
Mas, sekarang kamu dimana? Apakah sudah wisuda juga? atau sedang menempuh kuliah? Mengerjakan tugas akhir? S1? S2? atau S3?
Mas, seperti aku yang punya mimpi untuk S2, aku juga ingin punya suami yang semangat menuntut ilmu. Entah itu S1, S2 atau S3. Aku hanya ingin menjadi penyemangatmu untuk belajar lebih tinggi, karena aku tahu, banyak hal yang kita dapatkan di bangku kuliah. Meski banyak orang bilang kuliah tak akan menjadi pengubah, meski banyak orang bilang kuliah hanya untuk selembar ijazah. Meski banyak orang bilang kerja dan uang lebih penting daripada gelar.
Persetan dengan gelar! Bagiku, kuliah adalah perjuangan. Aku tidak bisa membayangkan jika semua orang berpikiran sepasrah itu. Lalu semua orang di negeri ini hanya tamat SD, SMP, atau SMA. Apa kata dunia tentang negara kita Mas?
Persetan dengan gelar! Bagiku, kuliah adalah perjuangan. Aku tidak bisa membayangkan jika semua orang berpikiran sepasrah itu. Lalu semua orang di negeri ini hanya tamat SD, SMP, atau SMA. Apa kata dunia tentang negara kita Mas?
Negara ini miskin profesor, negara ini miskin ilmuawan, negara ini miskin pelopor, pengubah dunia. Aku ingin mendampingimu menuju puncak tertinggi keilmuan itu. Jadilah profesor Mas! Jadilah inspirasi, jadilah pengubah! Kalau nanti kita nggak punya uang untuk kuliah, ya ayo kita cari! Kalau kita malas, ya ayo jangan malas! I'll stand by you Mas!
Seperti foto di bawah ini nih, noh so sweet banget kan?
Sayangnya ini cuma kartun Mas, semoga jadi doa buat kita deh. Amiin
Oke, oke, semangat terus ya Mas, semoga kelak kita bisa menjadi pasangan yang asik dan kece, jadi orang tua yang teladan bagi anak-anak kita dan aku janji, bahkan mulai hari sebelum-sebelumnya. Aku belajar menjadi istri dan ibu yang baik. Untukmu dan untuk anak-anak kita. Doakan aku berhasil ya!
Iya, iya, saling mendoakan *tersenyum penuh arti*
Mas, siapapun kamu, dimana kamu sekarang, apakah
kita pernah bertemu atau belum. Semoga Allah menjagamu, menjadi lelaki sholih,
baik dan sabar untukku. Aku juga akan terus menjaga diriku untukmu. Untukmu ayah dari
anak-anakku. Sekian dulu ya surat dariku. Sudah adzan dhuhur nih, sholat dulu
yuk Mas.....
Hari dan tanggal yang akan selalu kuingat Mas,
Sabtu, 10 Mei 2014
Salam
Rizza Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar