Bicara soal bahasa. Banyak sekali saya dapati fenomena, seorang anak yang telah mahir
berbahasa Indonesia, bahasa inggris atau bahasa arab saat pulang kampung ia
seperti kehilangan identitasnya. Yang biasanya berbahasa jawa jadi
berbahasa Indonesia, yang biasanya berbahasa krama dengan kerabat jadi
berbahasa inggris atau berbahasa arab.
Sangat
saya sayangkan jika ada anak atau pemuda yang setelah pulang kampung
berubah 'sok' Sok Indonesia, keminggris dan ngarap. Sejatinya, esensi bahasa selain
paham dan memahamkan lawan bicara juga berbahasa sesuai dengan tempat
dan siapa lawan bicara kita dengan memerhatikan budaya berbahasa yang
ada.
" Piye kabarmu Le cah ganteng?"
"Alhamdulillah baik banget tante" atau begini" Alhamdulillah i'm fine"
Yang
biasanya manggil dengan sebutan 'paklik', 'bulik', 'uda' jadi manggil
'om', 'tante'. Mungkin keluarganya akan merasa 'wah' dengan perubahan
anaknya dan si anak akan bangga karena pujian-pujian. Buat apa pujian
jika melahirkan kesombongan dan melemahkan?
Lingkungan
baru boleh merubah kita, ilmu kita boleh setinggi langit namun tempat
dimana kita dilahirkan hanya butuh kita yang dulu, yang manis dan
santun. Hanya butuh kita yang bisa bermasyarakat dengan baik, memberikan
kontribusi nyata untuk dinamisasi masyarakat. Ia tak akan menanyakan
penghargaan apa saja yang telah kita dapatkan di luar sana atau seberapa
banyak warna yang menempel di diri kita yang semula putih.
Mari
berbahasa dengan santun, elegan dan menyatu dengan lingkungan. Asal
kita, tempat kita dilahirkan dan tempat kita harus pulang.
Salam dari saya untuk keluarga kalian di rumah ya Kawan, selamat mudik. Hati-hati di jalan dan tetap semangat !!!!
Catatan Kecil Rizza Nasir