Rabu, 28 Agustus 2013

Pasar Senggol dan Taman Seribu Janji



 
Aku rasa seluruh mahasiswa UIN tahu dua tempat itu. Ya, pasar senggol dan taman seribu janji. UIN punya keduanya. Kita mulai. Pasar senggol adalah beranda dari gedung A, sebuah gedung kuliah pertama yang dimiliki UIN. Terdiri dari 20 kelas memanjang dengan beranda yang sempit. Ya, mungkin hanya cukup dilewati tiga orang langsing bergandengan atau dua orang berbadan

 Jika ada mahasiswa yang ngobrol di depan kelas atau nongkrong di pinggir beranda dan ada orang lain lewat sudah pasti tempat ini menjadi pasar senggol. Harus pandai-pandai lewat dan sleat sleot agar tidak bersinggungan dengan temannya, senggolan. Ditambah lagi kebiasaan mahasiswa yang lapuk, masuk telat, sudah bisa dipastikan banyak orang berlarian di beranda ini. Nah, kalo nggak pinter-pinter ngerem bisa tabrakan tuh.

Bagiku, nama pasar senggol ini unik, bisa-bisanya sebuah beranda perkuliahan dinamai dengan sebuah istilah pasar yang identik dengan senggolan. Kamu tahu kan maksudku? Adanya beranda sempit ini – entah karena kesalahan arsitek yang bangun atau apa- telah membuat mahasiswanya belajar. Belajar bagaimana sih caranya mengatur diri, mengatur diri agar nggak menuh-menuhin tempat, bagaimanapun juga akan sangat mengganggu jika kita nongkrong di pinggir sedangkan banyak mahasiswa lewat, ngejar jam kuliah.

Selanjutnya, ada Taman Seribu Janji, letaknya persis di depan gedung rektorat. Ya, benar, gedung paling depan. Sebuah hamparan rerumputan dengan kontur yang tak begitu rata. Tiap hari pasti penuh ada saja mahasiswa menduduki rumput-rumput itu.Sendirian, berdua, bertiga, berbanyak. Duduk melingkar, membuat halaqoh kecil. Entah materi kuliah, diskusi, atau kumpul organisasi. 


Entah kenapa rerumputan itu dinamai Taman Seribu Janji, mungkin saja banyak mahasiswa yang membuat janji disitu ya?, hehe. Atau karena saing banyaknya aktifitas mahasiswa disitu, aktifitas keilmuan atau sekedar ketak-ketik bikin tulisan. Tempatnya yang hijau luas dan menghadap langsung ke jalan raya yang hampir tak pernah sepi itu membuat paket Taman Seribu Jani menjadi primadona. Tak hanya bagi mahasiswa UIN saja tapi juga mahasiswa dari kampus lainnya. Ditambah lagi bunyi gemericik air sungai di depannya yang menambah mantap taman ini. Ya, meskipun sungainya nggak bersih-bersih amat tapi suara alirannya cukup membantu menyemangati aktifitas mahasiswanya

Coba deh, siapa pun kamu yang baca tulisan ini. Kalau ada waktu senggang pergi ke tempat ini. Duduklah santai. Tariklah nafas dan pejamkan matamu, dengarkan gemericik air dan tiupan halus angina. Damai. Bawa laptop? Dijamin bakal betah ketak-ketik disitu, ditambah lagi akses wi-fi gedung rektorat yang patas, atau sekedar mau corat-coret di dengan pena dan secarik kertas. Keluarkan semua uneg-unegmu. Betah.

Saya menjadikan tempat ini, tempat paling favorit untuk menulis, online, mendaftar mimpi-mimpi atau sekedar merenungi nasib haha, Tak ada yang tahu kita tersenyum, tertawa, menangis – apa aku sudah gila?- Di bawah pohon trembesi, beralas rumput lembab, dipayungi langit cerah dan tiupan angina segar, siapa yang nggak seneng coba. Kadang sampai nggak nyadar ternyata semua sudah pergi entah kemana dan aku sendirian di tempat itu, ya di bawah pohon  itu, macam semedi saja.  Bagi sebagian orang di sebagian waktu berbicara pada alam dan Tuhan lebih melegakan  daripada berbicara dengan manusia yang kadan-kadang menyebalkan. Setuju denganku?

Kalau ada waktu mampir ke UIN ya, mampir juga ke taman seribu janji. Panggil namaku, kalau aku lagi semedi disitu pasti aku menoleh dan tersenyum padamu.Ok ^_^

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar