Bagi anak-anak tentu saja moment tujuh belasan sangat
dinanti. Tak hanya baris berbaris atau karnaval pakaian adat nasional,
anak-anak bahkan orang dewasa menanti serunya lomba khas tujuh belasan itu. Ada
lomba makan kerupuk, balap karung, bangkiak dobel dan yang paling puncak dan
yang punya puncak tertinggi adalah panjat pinang. Perlombaan ini tentu banyak
variasi di tiap tempat, banyak macamnya, apapun lombanya yang jelas rakyat bisa
gembira.
Perlombaan sederhana ini tentu saja dapat melatih anak-anak
untuk berani unjuk gigi, berani maju berkompetisi dengan sebayanya, anak-anak
juga mengetahui arti sebuah kompetisi.
Sebuah permainan yang membutuhkan kerjasama, kekompakan, ketangkasan yang pada
akhirnya mereka tahu bahwa ada pihak yang menang dan pihak yang kalah. Tentu
saja bagi pemenang akan ada rasa bangga meskipun hadiahnya sederhana, bagi yang
kalah mereka belajar untuk legawa, berlapang
dada.
Sepanjang pengamatan saya pada pesta rakyat tiap tahunnya,
belum pernah ditemukan adanya ketidakpuasan dari pihak yang kalah, tak ada tawuran
atau kekerasan. Semuanya dilalui dengan
terbuka, semangat dan ceria. Kalau jatuh, bangun lagi, kalau kalah coba lagi,
di permainan lainnya tentu saja.
Tak hanya anak-anak, pesta rakyat ini juga diikuti oleh
pemuda dan orang tua. Orang dewasa yang mengikuti perlombaan bisa dijadikan
cermin bagi anaknya. Tak pernah ada sejarah seorang ayah ngamuk-ngamuk hanya
karena kalah tarik tambang, tak ada ceritanya seorang ibu marah-marah karena
kalah balap karung. Semua demi memberi contoh pada anak-anaknya.
Pesta rakyat. Sebuah pesta sederhana, diikuti oleh semua lapisan masyarakat. Dijalankan dengan
semangat memeriahkan kemerderkaan, mengajarkan anak-anak arti perjuangan.
Paling tidak perjuangan untuk mendapatkan kemenangan, perjuangan yang sehat dan
terhormat.
Diakhir tulisan ini saya ingin bertanya, masihkah kalian
hapal dengan 5 butir pancasila?
Merdeka!!!
Merdeka!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar