“Mbak” sebuah sms masuk di hape saya. Ya,
hanya itu. Kata "Mbak," yang tentu saja ditujukan untuk saya,
memanggil saya. Mendapatkan sms itu tak hanya membuat saya terpanggil tapi juga
tersentak. Segera saya lihat tanggal, sekarang 14 Juni. Hari ini dan besok
adalah jadwal Musyawarah besar LDK At-Tarbiyah dan saya tidak ada disana.
Sms itu dari Dek Zahra, satu rekan dalam devisi media dan jaringan. Setelah sms itu saya balas, muncul sms
lainnya darinya “LPJ sendirian” *dengan emoticon cemberut*
Lalu saya balas “Yang lainnya mana Dek? Akh Yusuf, Akh Dwi,” saya mulai
mengabsen satu-satu. Dalam hati saya mengututuki diri saya sendiri, Seharusnya kamu juga ada disana Rizza!
Ada rasa bersalah, ketika saya tak hadir hari ini dan besok, ada rasa
bersalah ketika yang ada hari ini hanya Zahra. Ada rasa bersalah, kenapa saya
tak bersama mereka di saat-saat seperti ini. Saat kami harus
mempertanggungjawabkan semua yang telah diamanahkan, saat kami melihat kembali
jejak-jejak kinerja setahun yang silam.
Saat pemberitahuan Mubes sampai beberapa hari lalu, saya bilang pada ibu,
tentang ini. Lalu ibu saya mengatakan kalau hari ini, malam ini, akan ada acara
sebuah rutinan yang diselenggarakan di masjid sebelah rumah, sebaiknya saya ada
di rumah begitu kata ibu saya. Banyak yang saya inginkan, termasuk menghadiri
mubes dua hari ini, namun melawan ibu tentu tidak dibenarkan.
Ada banyak
hal yang kemudian berkelebat dalam pikiran saya. Tentang Cendekia Rabbani yang
belum memasuki edisi perdana, tentang blog yang tulisan terakhirnya berbulan
lalu terakhir kali saya update, tentang page yang tak bisa saya isi setiap hari
dan tentang silaturahim antar LDK yang belum terjalankan. Rasanya, tidak ada
program yang bisa dikatakan 100% dalam devisi kami. Hampir semuanya setengah
setengah, bahkan ada yang belum terjalankan sama sekali.
Pada awalnya, kami memang tak membuat banyak program, namun yang tak banyak itu
pun tetap saja keteteran. Devisi media dan jaringan memang tak hanya saya saja.
Ada Dwi, Yusuf, Zahra, juga adik-adik yang lain. Saya memang bukan ketuanya,
namun dari segi usia dan semester, sayalah yang tertua, yang lainnya masih semester
6, bahkan adik yang baru matra tentu saja baru menapaki semester 2. Saya sangat
paham, dibuat demikian, agar dalam satu devisi kita bisa bekerja sama dari
berbagai jenjang semester, harapannya, ada berbagi pengalaman dan penyampaian
harapan. Sebagai yang tertua, seharusnya saya memberi contoh dan mengarahkan
adik-adik saya, tapi rupanyanya saya belum bisa maksimal dalam hal itu. Maaf
Terakhir
saya mengikuti syuro, sekitar satu bulan lalu, dua minggu sebelum saya wisuda.
Kala itu hanya ada Yusuf dan Zahra, kami sempat berbincang tentang penerbitan
perdana Cendekia Rabbani, saya diamanahi meminta tulisan pada teman-teman untuk
kemudian di lay out dan naik cetak. Saya pribadi meminta maaf pada Zahra dan
Yusuf, karena amanah itu belum saya lakukan, karena dua minggu menjelang
wisuda, ternyata saya masih disibukkan dengan revisi akhir, mengurus bebas
tanggungan, penjilidan dan lainnya. Ya, harusnya ini bukanlah alasan untuk
jalannya program itu, harusnya saya bisa. Ternyata apa yang saya pikirkan mudah
itu cukup menyita perhatian dan waktu saya. Sekali lagi maaf ya.
Dua minggu
lalu atau sebelumnya, saya di sms Akh Eko Priadi untuk menghadiri Syuro Mubes
dan pengunduran diri Akh Solihan. Saya
sampaikan pula sebagai balasan dari sms itu bahwa saya juga mengundurkan diri
dari LDK At-Tarbiyah, karena saya harus kembali ke kampung saya di Kediri. Saya pun paham jika sebentar lagi akan sampai
pada masa akhir jabatan, sehingga tanpa saya mengundurkan diri pun saya sudah
akan pasti mundur dalam hitungan hari.
Jika itu sebuah pernyataan, maka kata mengundurkan diri itu saya maksudkan
begini: Saya tidak bisa mengikuti kegiatan LDK At-Tarbiyah lagi karena saya
tidak ada di Malang. Jika itu sebuah pengunduran diri sesungguhnya, maka
seharusnya saya membuat surat resmi atau menyampaikannya dalam forum resmi
seperti yang dilakukan Solihan. Akhirnya, saya adalah anggota tua yang telah
diwisuda. Itu saja. Lalu apakah tanggung jawab saya selesai seiring selesainya
masa studi saya? Tentu tidak! Tanggung jawab itu baru selesai hari ini, saat
LPJ digelar. Saya selesaikan tanpa kehadiran. Maaf.
Dalam sebuah
buku saya temukan ungkapan “Bukalah dengan maaf dan tutuplah dengan terima
kasih”. Terima kasih untuk LDK At-Tarbiyah yang telah menaungi saya selama 4
tahun berada di UIN Maliki Malang. Masih teringat, kala itu saya melihat
pamflet Matra yang tanggal pendaftarannya tinggal hari itu saja, saya tidak
tahu LDK At-Tarbiyah itu apa dan bagaimana, tapi entah kenapa saya mengirim sms
pada contact person dan langsung dibalas dengan panggilan, dimana yang berada
diujung telepon adalah Ukhti Dewi.
Saya awali
perjalanan saya dengan mengenal Ukhti Dewi dan Ukhti Rina, Ukhti Ambar dan
Ukhti Nirma sebagai senior. Sementara yang seangkatan saya hanya ada tiga orang
saja, yaitu saya, Etika dan Miftah. Hanya tiga orang saja dari perempuan. Ya,
tiga ini pun akhirnya hanya sisa saya dan Etika, sementara Miftah, saya tidak
pernah bertemu dia lagi di acara LDK beberapa bulan setelah itu.
Di tahun
kedua, alhamdulillah saya bisa mengenal Dek Husna, Dek Lila, Dek Ita, Dek
Navis, Dek A’yun, Dek Jeany, kalau tak salah kala itu ada 12 peserta. Dari tahun ke tahun terus bertambah
anggotanya. Makin senanglah saya. Mereka
yang selalu nampak cantik dan anggun di mata saya, mereka yang selalu menghadiahi kehangatan pelukan di
setiap pertemuan, juga jabat tangan dan senyum salam. Terima kasih atas
kehangatan itu.
Saya masih
ingat betul teman-teman selalu ada di saat saya membutuhkan bantuan, selalu ada
di saat saya membutuhkan kekuatan. Ukhti
Rina dan Ukhti Dewi dengan mengizinkan saya tinggal di Riefahnya dulu kala,
saat saya baru keluar dari ma’had, masih ingatkah? Etika, yang menjemput saya untuk
mengikuti matra adik-adik, menjenguk
saat saya sakit, atau yang paling terakhir dan paling membuat saya terharu
adalah malam itu, malam penjilidan skripsi! Bersama Ukhti Dewi, Husna, Syifa
dan Yuni. Oh... malam itu, terima kasih saudariku. Kalian rombongan datang ke
Kediri demi menjenguk ayah, saya sudah membayangkan, bagaimana susahnya kalian
mengumpulkan kekuatan itu? Apa saya selalu ada saat LDK At-Tarbiyah membutuhkan
saya? Saya rasa belum tentu. Inilah ketimpangan itu. Terima kasih atas
bantuan-bantuan itu.
Terima kasih
pula telah mengajarkan saya arti kesederhanaan, arti kerjasama dan keikhlasan.
Kita memang tak punya base camp, kita memang tak punya tempat untuk menyimpan
semua yang kita punya meski itu juga apa adanya, kita tak punya uang berlebih
untuk memberikan nafas panjang untuk organisasi ini. Kita tak punya semua itu,
namun mensyukurinya tentu bukan hal yang salah.
Dengan mensukurinya kita punya daya juang lebih tinggi, dengan mensyukurinya
kita punya keyakinan bahwa hari esok masih ada. Selalu kagum dengan
kesederhanaan dan keikhlasan yang telah kita jalankan selama 4 tahun kita berjalan
bersama-sama dalam payung LDK, meski kita tak punya apa-apa, kita masih bisa
menghidupinya hingga hari ini, hingga esok, sampai nanti.
Saat saya
menuliskan ini, mungkin kalian sudah pulang ke kontrakan masing-masing. Ke
Ar-Riefah, ke Darus Sahl, ke Kautsar, ke Griya Muslimah. Hey ternyata kita
punya banyak rumah ya? Bukan kita LDK At-Tarbiyah saja tapi juga teman-teman
dari KAMMI dan yang lainnya. Bukankah empat rumah ini investasi dakwah?
Teman-teman yang tinggal disana tentu sudah memikirkan ini sejak lama. Tentu
saja, keempat rumah itu lebih pasti, daripada tempat bertuliskan LDK
At-Tarbiyah terpampang dipintu masuknya, tiap tahun kita niati tapi tak pernah
tergenapi. Sekali lagi, mensyukuri yang ada sekarang lebih baik.
Salam untuk
fisik-fisik letih kalian, untuk jiwa-jiwa kecewa, mungkin juga untuk hati lega
yang telah menyelesaikan amanahnya. Semoga malam ini menjadi istirahat yang
menyejukkan untuk hari esok. Hari dimana rumah ini akan memiliki kepala rumah
yang baru? Setelah Eko Priadi, siapa lagi?
Masih
teringat, tahun lalu, saat nama Eko disebutkan serentak, padahal semua yang ada
di forum itu sama-sama tak tahu siapa yang terpilih. Rasanya baru kemarin saya
menuliskan tentang hari esok setahun yang lalu, *buka saja di blog, insyaallah
masih ada* Rasanya baru kemarin, dan waktu cepat sekali, pada akhirnya kita
menyadari bahwa yang pernah ada akan pergi dan yang hilang akan berganti.
Saya ucapkan
selamat, kepada pengurus yang telah menyelesaikan masa jabatannya setahun ini
dan selamat pula pada pengurus baru yang akan terpilih esok hari. Saya memang
tak lagi ada di Malang, Etika juga telah pulang ke Lampung, Ukhti Rina pulang
ke Magetan dan lainnya yang tak mungkin saya sebutkan satu persatu.
Akhirnya,
saya ucapkan salam pada LDK At-Tarbiyah. Semua mungkin tak lagi sama, dan
memang harus tak sama, karena pembaharuan dan regenerasi dalam organisasi harus
terus ada. LDK At-Tarbiyah masa depan tentu lebih baik dari yang sekarang,
namun saya berharap LDK At-Tarbiyah yang saya kenal tetap pada tempatnya, tak
ke kiri tak ke kanan, tetap memegang teguh islam dengan penuh kesederhanaan dan
kearifan. Terima kasih LDK At-Tarbiyah, terima kasih atas ukhuwah yang indah
ini. Meski kita tak lagi bersama, semoga ukhuwah ini tetap terjaga, sampai nanti,
sampai tua, bahkan sampai tutup usia pun kita masih bisa merajutnya lewat doa.
Tetaplah, santun dalam dakwah kuat berukuwah LDK At-Tarbiyah!
Salam
Rizza Nasir