Senin, 30 Juni 2014

Salam Untuk LDK At-Tarbiyah



“Mbak” sebuah sms masuk di hape saya. Ya, hanya itu. Kata "Mbak," yang tentu saja ditujukan untuk saya, memanggil saya. Mendapatkan sms itu tak hanya membuat saya terpanggil tapi juga tersentak. Segera saya lihat tanggal, sekarang 14 Juni. Hari ini dan besok adalah jadwal Musyawarah besar LDK At-Tarbiyah dan saya tidak ada disana.

Sms itu dari Dek Zahra, satu rekan dalam devisi media dan jaringan.  Setelah sms itu saya balas, muncul sms lainnya darinya “LPJ sendirian” *dengan emoticon cemberut*
Lalu saya balas “Yang lainnya mana Dek? Akh Yusuf, Akh Dwi,” saya mulai mengabsen satu-satu. Dalam hati saya mengututuki diri saya sendiri, Seharusnya kamu juga ada disana Rizza!

Ada rasa bersalah, ketika saya tak hadir hari ini dan besok, ada rasa bersalah ketika yang ada hari ini hanya Zahra. Ada rasa bersalah, kenapa saya tak bersama mereka di saat-saat seperti ini. Saat kami harus mempertanggungjawabkan semua yang telah diamanahkan, saat kami melihat kembali jejak-jejak kinerja setahun yang silam.



Saat pemberitahuan Mubes sampai beberapa hari lalu, saya bilang pada ibu, tentang ini. Lalu ibu saya mengatakan kalau hari ini, malam ini, akan ada acara sebuah rutinan yang diselenggarakan di masjid sebelah rumah, sebaiknya saya ada di rumah begitu kata ibu saya. Banyak yang saya inginkan, termasuk menghadiri mubes dua hari ini, namun melawan ibu tentu tidak dibenarkan.

Ada banyak hal yang kemudian berkelebat dalam pikiran saya. Tentang Cendekia Rabbani yang belum memasuki edisi perdana, tentang blog yang tulisan terakhirnya berbulan lalu terakhir kali saya update, tentang page yang tak bisa saya isi setiap hari dan tentang silaturahim antar LDK yang belum terjalankan. Rasanya, tidak ada program yang bisa dikatakan 100% dalam devisi kami. Hampir semuanya setengah setengah, bahkan ada yang belum terjalankan sama sekali.

Pada awalnya, kami memang tak membuat banyak program, namun yang tak banyak itu pun tetap saja keteteran. Devisi media dan jaringan memang tak hanya saya saja. Ada Dwi, Yusuf, Zahra, juga adik-adik yang lain. Saya memang bukan ketuanya, namun dari segi usia dan semester, sayalah yang tertua, yang lainnya masih semester 6, bahkan adik yang baru matra tentu saja baru menapaki semester 2. Saya sangat paham, dibuat demikian, agar dalam satu devisi kita bisa bekerja sama dari berbagai jenjang semester, harapannya, ada berbagi pengalaman dan penyampaian harapan. Sebagai yang tertua, seharusnya saya memberi contoh dan mengarahkan adik-adik saya, tapi rupanyanya saya belum bisa maksimal dalam hal itu. Maaf

Terakhir saya mengikuti syuro, sekitar satu bulan lalu, dua minggu sebelum saya wisuda. Kala itu hanya ada Yusuf dan Zahra, kami sempat berbincang tentang penerbitan perdana Cendekia Rabbani, saya diamanahi meminta tulisan pada teman-teman untuk kemudian di lay out dan naik cetak. Saya pribadi meminta maaf pada Zahra dan Yusuf, karena amanah itu belum saya lakukan, karena dua minggu menjelang wisuda, ternyata saya masih disibukkan dengan revisi akhir, mengurus bebas tanggungan, penjilidan dan lainnya. Ya, harusnya ini bukanlah alasan untuk jalannya program itu, harusnya saya bisa. Ternyata apa yang saya pikirkan mudah itu cukup menyita perhatian dan waktu saya. Sekali lagi maaf ya.

Dua minggu lalu atau sebelumnya, saya di sms Akh Eko Priadi untuk menghadiri Syuro Mubes dan pengunduran diri  Akh Solihan. Saya sampaikan pula sebagai balasan dari sms itu bahwa saya juga mengundurkan diri dari LDK At-Tarbiyah, karena saya harus kembali ke kampung saya di Kediri.  Saya pun paham jika sebentar lagi akan sampai pada masa akhir jabatan, sehingga tanpa saya mengundurkan diri pun saya sudah akan pasti mundur dalam hitungan hari.

Jika itu sebuah pernyataan, maka kata mengundurkan diri itu saya maksudkan begini: Saya tidak bisa mengikuti kegiatan LDK At-Tarbiyah lagi karena saya tidak ada di Malang. Jika itu sebuah pengunduran diri sesungguhnya, maka seharusnya saya membuat surat resmi atau menyampaikannya dalam forum resmi seperti yang dilakukan Solihan. Akhirnya, saya adalah anggota tua yang telah diwisuda. Itu saja. Lalu apakah tanggung jawab saya selesai seiring selesainya masa studi saya? Tentu tidak! Tanggung jawab itu baru selesai hari ini, saat LPJ digelar. Saya selesaikan tanpa kehadiran. Maaf.

Dalam sebuah buku saya temukan ungkapan “Bukalah dengan maaf dan tutuplah dengan terima kasih”. Terima kasih untuk LDK At-Tarbiyah yang telah menaungi saya selama 4 tahun berada di UIN Maliki Malang. Masih teringat, kala itu saya melihat pamflet Matra yang tanggal pendaftarannya tinggal hari itu saja, saya tidak tahu LDK At-Tarbiyah itu apa dan bagaimana, tapi entah kenapa saya mengirim sms pada contact person dan langsung dibalas dengan panggilan, dimana yang berada diujung telepon adalah Ukhti Dewi.

Saya awali perjalanan saya dengan mengenal Ukhti Dewi dan Ukhti Rina, Ukhti Ambar dan Ukhti Nirma sebagai senior. Sementara yang seangkatan saya hanya ada tiga orang saja, yaitu saya, Etika dan Miftah. Hanya tiga orang saja dari perempuan. Ya, tiga ini pun akhirnya hanya sisa saya dan Etika, sementara Miftah, saya tidak pernah bertemu dia lagi di acara LDK beberapa bulan setelah itu.

Di tahun kedua, alhamdulillah saya bisa mengenal Dek Husna, Dek Lila, Dek Ita, Dek Navis, Dek A’yun, Dek Jeany, kalau tak salah kala itu ada 12 peserta.  Dari tahun ke tahun terus bertambah anggotanya. Makin senanglah saya.  Mereka yang selalu nampak cantik dan anggun di mata saya, mereka  yang selalu menghadiahi kehangatan pelukan di setiap pertemuan, juga jabat tangan dan senyum salam. Terima kasih atas kehangatan itu.

Saya masih ingat betul teman-teman selalu ada di saat saya membutuhkan bantuan, selalu ada di saat saya membutuhkan kekuatan.  Ukhti Rina dan Ukhti Dewi dengan mengizinkan saya tinggal di Riefahnya dulu kala, saat saya baru keluar dari ma’had, masih ingatkah?  Etika, yang menjemput saya untuk mengikuti  matra adik-adik, menjenguk saat saya sakit, atau yang paling terakhir dan paling membuat saya terharu adalah malam itu, malam penjilidan skripsi! Bersama Ukhti Dewi, Husna, Syifa dan Yuni. Oh... malam itu, terima kasih saudariku. Kalian rombongan datang ke Kediri demi menjenguk ayah, saya sudah membayangkan, bagaimana susahnya kalian mengumpulkan kekuatan itu? Apa saya selalu ada saat LDK At-Tarbiyah membutuhkan saya? Saya rasa belum tentu. Inilah ketimpangan itu. Terima kasih atas bantuan-bantuan itu.

Terima kasih pula telah mengajarkan saya arti kesederhanaan, arti kerjasama dan keikhlasan. Kita memang tak punya base camp, kita memang tak punya tempat untuk menyimpan semua yang kita punya meski itu juga apa adanya, kita tak punya uang berlebih untuk memberikan nafas panjang untuk organisasi ini. Kita tak punya semua itu, namun mensyukurinya tentu bukan hal yang salah.

Dengan mensukurinya kita punya daya juang lebih tinggi, dengan mensyukurinya kita punya keyakinan bahwa hari esok masih ada. Selalu kagum dengan kesederhanaan dan keikhlasan yang telah kita jalankan selama 4 tahun kita berjalan bersama-sama dalam payung LDK, meski kita tak punya apa-apa, kita masih bisa menghidupinya hingga hari ini, hingga esok, sampai nanti.

Saat saya menuliskan ini, mungkin kalian sudah pulang ke kontrakan masing-masing. Ke Ar-Riefah, ke Darus Sahl, ke Kautsar, ke Griya Muslimah. Hey ternyata kita punya banyak rumah ya? Bukan kita LDK At-Tarbiyah saja tapi juga teman-teman dari KAMMI dan yang lainnya. Bukankah empat rumah ini investasi dakwah? Teman-teman yang tinggal disana tentu sudah memikirkan ini sejak lama. Tentu saja, keempat rumah itu lebih pasti, daripada tempat bertuliskan LDK At-Tarbiyah terpampang dipintu masuknya, tiap tahun kita niati tapi tak pernah tergenapi. Sekali lagi, mensyukuri yang ada sekarang lebih baik.

Salam untuk fisik-fisik letih kalian, untuk jiwa-jiwa kecewa, mungkin juga untuk hati lega yang telah menyelesaikan amanahnya. Semoga malam ini menjadi istirahat yang menyejukkan untuk hari esok. Hari dimana rumah ini akan memiliki kepala rumah yang baru? Setelah Eko Priadi, siapa lagi?

Masih teringat, tahun lalu, saat nama Eko disebutkan serentak, padahal semua yang ada di forum itu sama-sama tak tahu siapa yang terpilih. Rasanya baru kemarin saya menuliskan tentang hari esok setahun yang lalu, *buka saja di blog, insyaallah masih ada* Rasanya baru kemarin, dan waktu cepat sekali, pada akhirnya kita menyadari bahwa yang pernah ada akan pergi dan yang hilang akan berganti.

Saya ucapkan selamat, kepada pengurus yang telah menyelesaikan masa jabatannya setahun ini dan selamat pula pada pengurus baru yang akan terpilih esok hari. Saya memang tak lagi ada di Malang, Etika juga telah pulang ke Lampung, Ukhti Rina pulang ke Magetan dan lainnya yang tak mungkin saya sebutkan satu persatu.

Akhirnya, saya ucapkan salam pada LDK At-Tarbiyah. Semua mungkin tak lagi sama, dan memang harus tak sama, karena pembaharuan dan regenerasi dalam organisasi harus terus ada. LDK At-Tarbiyah masa depan tentu lebih baik dari yang sekarang, namun saya berharap LDK At-Tarbiyah yang saya kenal tetap pada tempatnya, tak ke kiri tak ke kanan, tetap memegang teguh islam dengan penuh kesederhanaan dan kearifan. Terima kasih LDK At-Tarbiyah, terima kasih atas ukhuwah yang indah ini. Meski kita tak lagi bersama, semoga ukhuwah ini tetap terjaga, sampai nanti, sampai tua, bahkan sampai tutup usia pun kita masih bisa merajutnya lewat doa.

Tetaplah, santun dalam dakwah kuat berukuwah LDK At-Tarbiyah!

Salam
Rizza Nasir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar