Ian, mungkin adalah lelaki teraneh yang pernah
ada. Bagaimana tidak, dia mengoleksi puluhan DVD bokep, di kamarnya,
memontonnya setip waktu senggang dan kalau bosen ia akan memesan pada kios DVD
langganannya. Sebuah kecanduan yang parah kurasa. Ah, Ian
Jika yang lain mulai merubah pola hidupnya menjadi pola hidup sehat, maka Ian masi setia dengan Indomie. Mie instan! Makanan beracun itu, yang racunnya baru bisa keluar dari tubuh lebih dari tiga hari. Nah, kalau dia makan mie tiap hari, racun itu... racun itu! Gembulmu, jangan-jangan gembul beracun! Oh...
Jika yang lain mulai merubah pola hidupnya menjadi pola hidup sehat, maka Ian masi setia dengan Indomie. Mie instan! Makanan beracun itu, yang racunnya baru bisa keluar dari tubuh lebih dari tiga hari. Nah, kalau dia makan mie tiap hari, racun itu... racun itu! Gembulmu, jangan-jangan gembul beracun! Oh...
Saat sahabatnya menyelesaikan seluruh sks kuliahnya, Ian masih santai di pantai main game, saat semua orang sudah mulai bekerja, Ian masih berkutat dengan skripsinya yang entah sudah dikerjakan atau baru tahap proposal. Ian, Ian. Untung saja sahabatmu pengertian, selalu memberimu semangat untuk menyelesaikannya, meski Ian tak pernah menyentuhnya. "Kamu SD berapa tahun Ian?" bentak dospemnya yang killer. Sukonto Legowo namanya.
"Enam tahun Pak" jawab Ian takut-takut
"Kalau kamu kuliah enam tahun juga, berarti otak kamu sama kayak otak anak SD!" Oh Man... itu hujatan, peringatan, atau sindiran? Menusuk!
Bukan Ian namanya kalau tidak tahan banting, bukan Ian namanya kalau nggak kebal diolokin. Ya, baginya olokan orang itu sudah biasa. Pesut ancol, kuda nil, banana boat semua adalah olokan teman-temannya. Gembulnya itu lho yang bikin banyak orang gregetan dan jadiin Ian objek seru-seruan. Hati baja itu bukan hanya hati yang kebal cemoohan, tapi hati baja, juga hati ynag berlapang untuk membuat orang di sekitarnya senang.
Kembali lagi ke tugas akhir seorang Ian. Demi tak di bilang otak anak SD, dan demi melanjutkan kuliah ke Manchester, Ian rela menyingkirkan DVD bokepnya, Ian rela malam-malam begadang demi menggarap bab demi bab.
Seorang Ian memang tidak cerdas, seorang Iang boleh dinilang paling dodol diantara teman-temannya, sekalipun nggak pinter-pinter amat, tapi kalau sudah punya kemauan ia akan memegangnya. Apapun resiko akan ia tanggung!
Kuesioner yang susah dapet tempat, banyak perusahaan menolaknya, tak ada yang mau bantu dia.
"Kalau mahasiswa gendut yang kemarin kesini, tolong bilang sama dia, kita nggak bisa bantu. Nggak ada uangnya!" Uda ngatain gendut *walaupun emang iya*, pake bilang nggak ada uangnya lagi, mentang-mentang situ Bos, bisa seenaknya sama orang! Ha! Kalau orang lain mungkin akan mengumpat kesal, tapi tidak dengan Ian. Ia hanya terdiam berjalan lesu pulang.
Harus keman alagi gue lempar kuesioner ini? Entah keajaiban atau buah dari kebaikan, Ian bertemu dengan seorang karyawan SDM. Kuesioner yang tertolak dimana-mana, akhirnya diterima "Kebetualan perusahaan saya lagi riset tentang ini juga"
"Satu minggu bisa selesai nggak Mas, soalnya gue dikejar deadline nih"
"Gini doang dua hari juga uda selesai" katanya mantap. Cihuy..
Ian, dia memang tidak ganteng, pendek, gendut, suka makan mie, suka nonton film bokep, skripsi nggak selesai-selesai. Aish, tidak ada menariknya sama sekali di mata perempuan. Bukannya perempuan suka yang ganteng kan? Ganteng seperti siapa? "Yang jelas bukan seperti Ian!" itu jawab cewek-cewek kampusnya. Meski begitu Ian amat dicintai sahabatnya. Yups, karena Ian, selalu bisa membuat suasana menjadi cair tapi tidak garing, selalu mendengarkan cerita-cerita dan memberikan saran semampu dia.
Ian, memang tidak pinter, tapi dia punya
komitmen pada hidupnya. Menyelesaikan skripsi, meski lambat lulus, tapi tak ada
kata terlambat untuk memompa semangat. Ia juga sudah mencatatkan sebuah kota
bernama Manchester untuk study masternya. Sehari-hari kuliah, tapi ntar kalau
MU tanding dia bisa ikutan nonton di tribun. Nonton MU live. Asik bener. Itu
impiannya. Impian khas para gibol, meski begitu keinginannya untuk mengambil
master, perlu diacungi jempol. Dia kan tidak pinter? Jadi kemauannya ambil
master itu yang jempolan. Banyak kok yang pinter tapi nggak mau, banyak kok
yang mampu tapi nggak mau juga.
Ian, tiga huruf saja, sederhana, sesederhana
hidupnya. Banyak otang ganteng, banyak orang pinter, tapi tak banyak orang
sepertimu, Ian. Tulus!
Rizza Nasir
Homy, 19 Juni 2014
Baru nonton (lagi) film 5 cm bareng adik. Ian, masih sama. belum kurus juga! ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar