Senin, 30 Juni 2014

Puasa Pertamaku



Aku pernah membaca 'Semua yang pertama itu selalu terkenang, tak bisa dilupakan' begitu pula dengan puasa pertamaku. Puasa pertamaku kelas 1 SD, kala itu usiaku 6 tahun. Entah ini namanya puasa atau tidak, jika sahurku pukul enam pagi dan buka puasa adzan dhuhur. Sebelum berangkat sekolah aku di dulang ibu, katanya ini sahur. Kalau anak kecil sahurnya jam segini, namun sahur jam enam pagi ini hanya berlangsung beberapa hari, selebihnya sahur seperti seharusnya yakni pukul tiga pagi, tapi tetap saja berbuka setelah adzan Dhuhur. Poso mbedug


Tahun selanjutnya, kelas 2 SD aku mulai puasa sampai bedug Maghrib. Sebagai pemula, tentu godaan yang kurasakan besar sekali. Harus sekolah pula, pulang sekolah sudah pasti perut krucuk-krucuk. Belum lagi kalau diajak dolan. Duh bawaannnya pengen batalin puasa deh. Nggak sekali dua kali kalau ada biskuit di rumah aku sering minta pada ibu begini "Buk, aku mokel ya... pisan iki ae"

"Kok mokel? Yo batal posone! Eman" kata ibu



"Pokok aku mokel ya, mokel, mokel!" aku mulai merajuk. Aku berpura-pura memasukkan biskuit itu ke mulutku, hanya pura-pura, di tengah, melayang, tanpa menyentuh lidah atau langit-lagit mulut. Harapannya ibu bakalan bilang "Iya" karena kasihan denganku yang kelaparan.

"Sak karepmu wes Nduk!" mendengar jawaban ibu, aku malah tak merasa lega, aku malah merasa bimbang jika ibu bilang begitu. Jawaban yang kuharapkan adalah "Iya" atau "jangan!" Ketika ibu menyerahkan keputusannya padaku, aku malah bingung, tak bisa mokel, tapi ingin sekali makan. Aneh ya.


Di kesempatan lainnya, aku mulai mengumpulkan kue-kue yang ingin aku makan saat berbuka, pernah punya kue satu plastik hitam penuh. Pengennya akan kuhabiskan semuanya saat waktu berbuka tiba, tapi, habis satu atau dua saja, sudah kenyang banget. Kata ibu itu namanya kemaruk. Ya, kemaruk sekali aku ini.

Pernah juga pura-pura sakit, kamu pasti tahu kan tujuannya? Yups, biar bisa mokel haha. Ternyata meski pada awalnya pura-pura, akhirnya aku sakit juga lho, demam. Ibu pun membolehkan aku minum, makan lalu meneguk sesendok syrup anti demam. Cihuyyy haha. Berhasil! kalau ingat yang satu ini aku jadi tertawa sendiri, ternyata bisa juga ya yang pura-pura sakit jadi sakit beneran? Kualat kali, haha

Kelas 3 SD aku sudah mulai puasa full Maghrib satu bulan penuh! Sebagai hadiahnya ibu membelikan dua baju baru. Horeee!!  Beruntung saat kelas 4 hingga kelas 5 Republik ini dipimpin oleh Gus Dur, yang punya kebijakan libur sebulan penuh, jadi tidak ada sekolah. Tidak ada pelajaran yang mengharuskan mikir lama, kalau mikir bisa bikin lapar.  Huft!

Nah, liburan panjang satu bulan ini, aku kuganakan untuk nonton TV, main dan mengaji. Nggak ada sekolah! Mantaps dah, hahaha
Kalau dihitung-hitung sejak kelas 3 SD puasa full, berarti sudah 14 kali puasa Maghrib. Alhamdulillah. Yang 14 kali ini, kadang aku berpikir, sudahkah menambah keimananku? Sudahkah aku mendapatkan lailatul qodar, sekali saja?


Rasa-rasanya, masih sering marah pas puasa, masih sering ada jengkel, Duh...
Semoga ramadhan tahun ini aku bisa lebih baik lagi menjalankan amalan puasaku. Amin.
Semoga bisa sampai akhir ramadhan dan bertemu ramadhan selanjutnya. Amin.


Sekian dulu deh ceritaku teman-teman, ini puasa pertamaku, bagaimana puasa pertamamu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar