Senin, 30 Juni 2014

Untuk Zy



Zy, belum tidur?
Malam menjelang pagi disini Zy, bagaimana dengan kotamu? Apakah pejantan berkokok hebat seperti disini? ini malam kelima sejak aku tak lagi bisa tidur tepat waktu, ada apa? Mengapa aku insomnia? Apakah kau baik-baik saja? Ah tidak-tidak.. aku tak boleh berpikiran macam-macam tentangmu, kau pasti baik-baik saja. Insomniaku bukan karenamu, atau karena siappaun. Mungkin saja aku yang malas berangkat tidur.


Kau tahu, aku sekarang sudah punya kamar baru. Sebuah kamar yang tak lagi pengap dan sesak seperti dulu. Pun rumah, rumahku sendiri, bukan rumah yang kutinggali berjejal milik  seorang perempuan paruh baya. Bu Ani namanya. Bagaimana ya kabar dia sekarang? Masihkah secerewet dahulu atau menjadi pendiam? Ah, mana mungkin, setahuku, semakin tua usia seseorang, semakin cerewetlah dia. Haha, untung saja aku sudah pergi.

Zy, bagaimana proyekmu? sudah selesai? atau menggantung, atau malah telah kau buang. Ah, kau selalu begitu Zy, tak pernah mau berubah. Kau bukan lelaki bodoh, kau juga bukan lelaki pengecut, hanya saja aku tak tahu, kenapa kau tak pernah serius menggarap proyekmu. Bukankah itu impianmu dan ayah ibumu? Sayangnya, kau masih saja asyik dengan dunia malammu. Cari angin segar begitu katamu. Segar kau bilang? Angin malam itu sumber penyakit, harus berapa kali aku katakan, jangan begadang! jangan keluyuran, jangan nongkrong! Pulang!



Apa enaknya sih, secangkir kopi yang sudah dingin itu, kopi yang kau cuekin demi mendengarkan celotehan teman-temanmu, mungkin saja asap niikotin mereka terikat dalam cairan hitam itu Zy. Tapi kau tak pernah mempermasalahkannya, kau tek pernah peduli. Dengan senyum riang kau menyeruputnya. Demi setia kawan, kau selalu ulang itu. Sungguh, aku tak mengerti apa maumu. Apakah setia bermakna rela melakukan apa saja? Bahkan yang merusak dirinya? Zy yang kukenal lebih suka susu kental manis daripada kopi, namun belakangan ini kau selalu pulang dengan mulut bacin kopi dan kretek. Aih, aku tak suka! Kau tahu, aku tak suka! harus berapa kali kubilang, agar kau mengerti bahwa aku mengkhawatirkanmu.


Sudahlah, aku tak mau mengungkit kekhawatiranku, karena itu akan semakin membuatku tak bisa tidur malam ini. Aku tak mau lagi bangun kesiangan, melalalaikan ibadah pagiku pada Tuhan, menyebut nama-Nya, mengingat-Nya membuatku mempunyai keberanian tinggal disini, jauh darimu. Zy kapan kau pulang? Pulang ke kota kita, kotaku, kotamu juga kan?


Zy, aku memang tak seperti perempuan-perempuan yang selalu mengejarmu, perempuan yang setiap hari menghujanimu dengan pujian-pujian, bahkan tak jarang ada yang menggoda nakal. Aku juga tak seperti mereka yang jelita dengan mata bola, alis tebal, bulu mata lentik dan lesung pipit. Mereka memang cantik Zy, aku saja memujinya. Apalagi kau, diam-diam salah satu dari mereka pasti mengusik mimpimu kan? Mengaku saja, aku tak akan marah. Karena kau lelaki normal, itu wajar. Zy, pernahkah kau sadari bahwa aku cemburu?


Aku tak pernah mengenal lelaki sebaik kamu sebelumnya, hanya kamu lelaki terbaik yang pernah ada di mataku. Sholat tak pernah kau tinggal satupun, sesibuk apapun. Mengaji juga selalu rutin selesai sholat, kau sabar, tak pernah marah, menyinggungku sedikit pun tak pernah. Kau selalu baik padaku. Apakah perempuan-perempuan yang mengejarmu itu juga kau perlakukan baik seperti aku? Iya? Hmm... sepertinya aku terlalu retoris, tanpa kutanya, aku sudah tahu jawabannya,


Zy, semoga Tuhan mempertemukan kita lagi, aku sangat berharap itu. Semoga aku bisa bertemu denganmu. Tentu saja bertemu kau dengan kemeja rapi dan bau wangi, bukan bau kopi dan bau kretekmu itu. maksudku, bau asap kretek teman-temanmu. Baik-baik ya disana, semoga proyekmu segera tuntas. Aku sangat merindukanmu. Merindukan salam darimu, sentuhan tanganmu dan kecupanmu.

Doakan aku, semoga aku berbinar saat kau datang, kalaupun aku layu sebelum kau mengecupku. Setidaknya aku sudah mengungkapkan ini. Rasaku, kerinduanku. Meski tak ada kau, semua yang ada di rumah ini mendengarnya, biarkan mereka yang menyampaikannya padamu nanti.

Salam

Setangkai Mawar pemberian Ghisya

Rizza Nasir

20 Juni 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar