Jumat, 28 Maret 2014

PPI, IIUM, GOMBAK, ADNI DAN DATARAN MERDEKA




Hari Keempat, Sabtu, 1 Maret 2014
Hari ini padat sekali... Pagi hari hingga malam. Aku lelah. Lelah sekali. Namun setidaknya aku tetap bisa tersenyum malam ini. 

08.00- 17.00 waktu Kuala Lumpur. saatnya menyambung silaturahim

Kami sudah bersiap diri. Hari ini, agenda kami adalah menghadiri undangan futsal dengan teman-teman PPI Malaysia (Persatuan Pelajar Indonesia Malaysia). Menghadiri undangan ini adalah rangkaian agenda pengenalan pada masyarakat dan mahasiswa Malaysia.


Futsal diadakan di sebuah daerah bernama Gombak. Aku sendiri baru dengar nama itu. Kami berjalan beriringan menuju tempat pemberhentian bus. Tepat diperempatan Chow Kit. Melewati jalan yang sama, kali ini lebih pagi dari sebelumnya. Jalanan masih lengang. Pak Agus, Pak Trio, Bu Lutfi, Bu Ulfa. Semua ikut.

Kami sempat kebingungan. Naik bis apa? Nyegat dimana? Kami sama sekali tak tahu. Bertanya pada petugas di pos polis di ujung jalan adalah jalan keluarnya. Kami menunggu. Menunggu dengan kepastian. Karena di Malaysia, tempat pemberhentian ini dilengkapi dengan alat yang memberitahu. Jam berapa bis akan datang. 1 menit lagi, 30 detik lagi. Semuanya pasti.

Bis resmi di Malaysia bernama Rapid KL. Menaikinya dengan memasukkan uang ke sebuah alat pendeteksi. Keluarlah slip sebagai bukti pembayaran. Tempat duduk nyaman. Dan representatif untuk orang-orang berkebutuhan khusus. Ada spot khusus untuk orang berkebutuhan khusus, juga ada tempat khusus untuk kursi roda. Baru kali ini kutemukan. Bis yang ramah untuk semua penumpang.

Sesampainya di Gombak. Kami kembali melakukan perbincangan dengan mahasiswa anggota PPI dan KMNU. Sebelum akhirnya bermain futsal untuk lelaki dan bulutangkis untuk perempuan. Ada beberapa mahasiswa perempuan yang datang. Mereka masih mahasiswa semester 2 di IIUM. Menariknya, mahasiswa periang yang bernama Eki ini dulu diterima di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Sudah melakukan registrasi. Tinggal mengikuti orientasi saja. Ia urung menjadi mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang karena pengumuman di IIUM menyatakan bahwa ia diterima. Menjadi mahasiswa IIUM adalah pilihannya.





Jika teman-teman bermain futsal dan bulutangkis, maka aku yang tak bisa mengikutinya memanfaatkan waktu itu untuk bertanya banyak hal pada mahasiswa lain yang ikut menonton. Berdasarkan perbincangan dengan banyak teman-teman PPI hari ini, berikut ini adalah gambaran tentang bagaimana mereka bisa menjadi mahasiswa di Malaysia;
Ø  Untuk starta S1 (degree) calon mahasiswa hanya menunjukkan nilai rapor masa sekolah menengahnya saja. Mengikuti tes yang ditentukan.
Ø  Sebelum diterima menjadi mahasiswa, calon mahasiswa harus mengikuti program pembekalan bahasa inggris sampai tingkatan yang ditentukan. Jika lulus pada satu tingkatan maka dinyatakan lulus dan menjadi mahasiswa,  jika gagal maka lanjut tingkat dua dan seterusnya. Waktu pembekalan ini selama dua tahun. Jika selama dua tahun, tidak lulus juga, maka sudah dipastikan ia tidak bisa menjadi mahasiswa.
Ø  Biaya kuliah satu tahun di Malaysia (lengkap dengan asrama) rata-rata sebesar 10.000 RM (1 RM = ±3.500)
Ø  Untuk IIUM (International Islamic University Malaysia) bahasa pengantar menggunakan bahasa inggris dan bahasa arab
Ø  Berlaku semester pendek, bagi mahasiswa yang berkeinginan mempersingkat masa studinya atau mengambil mata kuliah bahasa arab,
Setelah lelah bermain futsal dan bulutangkis. Kami diajak untuk melihat kampus IIUM. Memasuki kampus megah ini. Hanya rasa syukur dan takjub yang kuucapkan. Kampus ini benar-benar apik. Tertata begitu rapi. Dengan bangunan-bangunan yang menjulang tinggi. Asrama mahasiswa berjejer di tepi kampus. Terpisah antara asrama perempuan dan laki-laki. Mayoritas mahasiswa degree IIUM tinggal di asrama. Selain karena biaya sewanya lebih murah dari kontrak rumah di luar kampus juga karena letaknya di lingkungan kampus dan keamanan terjamin.


Jika di ma’had Aly UIN Maulana Malik Ibrahim Malang terdapat program-program ma’hadi yang memperkuat keilmuan agama mahasiswa, maka di IIUM asrama mahasiswa adalah penginapan saja. Tanpa peraturan apapun! Tak ada ngaji bersama, tak ada  batas akhir masuk asrama. Yang ada adalah tak bolehnya mahasiswa lelaki menyatroni asrama mahasiswa perempuan dan sebaliknya.Semua sudah dewasa. Tanggung jawab ada pada diri mereka.

Kantin asramanya pun bersih, masakan selalu tersedia dalam keadaan hangat. Gizinya pun terjamin. Hidangannya bermutu gizi tinggi namun tetap terjangkau. Karena mendapatkan subsidi dari kampus. Kursi-kursi makan selalu bersih. 

Pukul 18.30 waktu Kuala Lumpur, Dimana Adni?

Baru saja satu jam beristirahat, kami tim yang ditugaskan ke Sekolah Islam harus bersiap untuk hunting. Dimana Adni berada? Di surat balasan dari Adni tertulis 

ADNI ISLAMIC SCHOOL,
Jalan 1 Taman Sri Ukay, 68ooo Ampang, Selangor D.E

Aku, Navis, Nida dan Najib diantarkan oleh Ustadz Muhammad mencari sekolah tersebut. Pak Trio bilang Sekolah Adni itu tak terlalu jauh, “jalan Ampang itu dekat” tapi kami membutuhkan waktu hingga pukul 21.00 untuk menemukan Adni. Setelah tersasar, beberapa kali. Sampailah kami ke depan sekolah Adni. Kueja tulisan arab pegon yang tertulis di tembok. Ya, inilah Sekolah Islam Adni, tempat kami mengajar mulai besok. Alhamdulillah.

Setelah berbincang sebentar dengan security.Kami pamit undur diri. Niat hati ingin segera beristirahat, menyiapkan fisik untuk hari pertama di sekolah. Ternyata takdir berkata lain. Penginapan Pustaka Mujadid terkunci. Agung yang dihubungi Nida lewat handphone mengatakan jika teman-teman sedang di dataran merdeka. Kontan saja kami syok, apalagi Agung mengatakan mereka baru sampai di dataran merdeka karena mereka menempuhnya dengan jalan kaki. Menunggu mereka pulang? Rasanya tidak mungkin. Kami berempat tidak mungkin klesetan di tangga dengan kondisi yang lelah luar biasa seperti ini.

            Tak ada pilihan lain kecuali menyusul mereka. Untung saja ustadz Muhammad mau mengantarkan kami dengan mobilnya. Dataran mereka itu adalah sebuah bangunan tua peninggalan Inggris yang berada di tengah Kuala Lumpur. Merupakan area car free, sehingga udaranya benar-benar segar. Segarnya malam Malaysia. 

            Ada banyak keluarga dengan anak-anak yang lucu disana. Ada sejoli yang duduk-duduk berbagi cerita. Ada segerombolam pemuda yang mendiskusikan hal entah apa. Ada penjual mainan dan minuman yang tak henti berteriak menjajakan dagangannya. Meski begitu suasana masih terkendali, tidak bising sama sekali.



            Kusempatkan berfoto di Dataran merdeka. Sebagai hadiah atas perjalanan panjangku malam ini. Setelah puas berfoto, kami memutuskan pulang. Aku dan Navis menaiki mobil Ustadz Muhammad, kami ditugasi memasak. Navis memasak mie dan telor goreng, aku memasak nasi.
            Sebentar kemudian teman-teman datang. Kami menunggu nasi matang dengan bercengkrama dan melakukan evaluasi atas har ini. Menunggu nasi selama dua jam dan nasi tidak matang! Apakah aku kurang memberi air? Ah kurasa tidak. Jujur aku merasa berdosa karena aku yang memasak nasi itu. Gara-gara nasi gagal itu mereka urung makan malam padahal sudah ditunggu sejak tadi, aku yakin mereka juga lapar sekali. Rabb.. maafkan aku           
Chow Kit, Aku merasa berdosa pada mereka


Pelajaran hari ini:
ü  Ulurkan tanganmu pada orang baru, bersikaplah ramah
ü  Mencari alamat di negara orang itu gampang-gampang susah. Jangan malu bertanya
ü  Jadi anggota PPI? Siapa takut. Pertanyaannya PPI negara mana? ^_^
Hari Selanjutnya
Kehidupan TKI Malaysia, Sebuah Ironi

2 komentar:

  1. Assalaamu'alaikum, afwan, mau tanya tentang biaya makan di sana 1 hari bs mnghabiskan berapa RM? Syukron

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tergantung Mbak Shifa membeli makan menu apa...
      Kalau disana 1 RM itu sudah bisa untuk beli roti canai dan 1, 3 RM untuk teh tarik.
      Jadi kalau menunya sederhana, dan 3 kali makan sehari hanya 10 RM saja
      Kalau saya dulu malah nggak ada 10 RM sehari
      Insyaallah biaya hidup di Malaysia nggak terlalu jauh dengan Indonesia, harga-harganya hampir sama kayak di Jakarta Mbak

      Terima kasih sudah membaca Mbak Shifa =D

      Hapus