Jumat, 28 Maret 2014

AKU INGIN MELIHAT PETRONAS




Hari Ketiga, Jum’at, 28 Februari 2014
Aku semakin percaya pada kekuatan impian. Masih kuingat, aku pernah menuliskan “Aku ingin melihat Petronas” di daftar impianku yang kutempel di diding ma’had dua tahun lalu.
            Alhamdulillah, hari ini bisa ke Petronas. Sebelumnya aku hanya bisa melihat dari balkon kamar Navis saat menjemur pakaian. Lampunya yang kerlap kerlip dengan tinggi yang menjulang membuatku semakin penasaran ingin melihat Petronas.

            Teman-teman bilang Petronas itu dekat. “Dekat kok,  jalan kaki saja”  Akhirnya kami berjalan. Beriringan belok kiri, belok kanan terus saja. Belok lagi, nyebrang. Jauh sekali. Entah aku sudah lupa persisnya. Aku hanya menguntit teman-teman saja. Yang kurasakan adalah jauh sekali dan kaki ini mulai pegal-pegal. Mungkin 6 km lebih kami berjalan.

            Di perjalanan kami bertemu dengan dua lelaki. Dari Bandung rupanya, Karena aku, Etika, Wawan dan Farida terpisah dari rombongan lain. Jadilah dua lelaki yang kutahu namanya Amir menjadi teman perjalanan kami. Sepanjang jalan kami berbincang banyak hal. Tentang kuliah kami, tentang pekerjaan mereka sebagai tenaga di perusahaan komunikasi dan tentang pengalaman mereka plesiran.




Kebetulan Mas Amir memegang kamera Nikon. Jadilah kami ikut narsis sepanjang jalan. Mungkin belum sampai Petronas sudah puluhan gambar yang dibidik. Bagaimana tidak, jalan-jalan malam sejauh ini. Hanya berbincang dan foto-fotolah obatnya. Alhamdulillah, tambah kenalan, tambah saudara. Dia bilang akan mengirim foto itu melalui jejaring sosial.

            Petronas semakin dekat. Alhamdulillah. Hanya Alhamdulillah yang bisa kuucap setelah melihat Petronas. Mewujudkan impianku. Impian yang pernah kutempel di ma’had dua tahun lalu. Alhamdulillah Allah. Terima kasih untuk hari ini.

            Di perjalanan pulang, aku bertemu dengan seorang perempuan yang berjalan bersama anak dan suaminya. Mungkin karena mendengar kami berbicara Bahasa Indonesia, dia menyapa kami. Busananya sederhana, memakai sandal jepit dan meneteng tas kresek putih, entah apa isinya. Dia menyapa dan mengatakan bahwa dia juga dari Indonesia. “bahkan di Kuala Lumpur segini luasnya saya masih bertemu orang indonesia” begitu katanya.

            Saat kutanya ada kepentingan apa ke Kuala Lumpur? Dia mengatakan karena mengikuti short course di salah satu perguruan tinggi di Malaysia. Subhanallah. Wanita ini, penampilannya sangat sederhana tapi siapa sangka dia adalah salah satu peserta short course salah satu perguruan tinggi ternama. Aku bahkan sempat mengira dia adalah ibu-ibu yang mengajak jalan-jalan malam anaknya, karena penampilannya yang sangat sederhana. Don’t judge person by her cover Rizza!

            Di persimpangan, kami berpisah dengan wanita itu dan keluarganya, setelah sebelumnya berfoto bersama. Bertemu dengan orang satu negara di negara lain. Terlibat perbincangan dan berbagi pengalaman. Ini adalah pengalaman emas untukku. Indonesia telah menyatukan kita

            Hari ini teman-teman mengunjungi sekolah tempat mereka mengajar. Ya, sekedar ingin tahu saja dimana sekolah mereka berada. Karena hari Senin depan mereka harus mulai observasi ke sekolah sekaligus mengajar. Sekolah Indonesia Kuala Lumpur, Sekolah Damansara. Sementara Sekolah Islam Adni tempatku dan teman-teman PGMI. Kami belum mengunjungi sekolah, karena hari Senin sekolah itu ada cuti peristiwa. Cuti peristiwa adalah bahasa melayu untuk libur sekolah. Hari ini mungkin teman-teman PGMI sedikit lebih luang. Santai. Kugunakan untuk mencuci. Meski baru tiga hari, baju kotorku sudah menumpuk. Disini intensitas ganti bajuku lebih sering, karena panas dan keringat.


Jalan Raja Alang, Chow Kit, jalanan rutin tiap hari


            Sore hari tadi, setelah teman-teman pulang dari sekolah. Kami menyempatkan untuk berjalan-jalan di sekitar Chow Kit. Di ajak Ustadz Muhammad ke GM GM itu semacam pasar Kapasan di Surabaya. Pasar grosir, tempat barang-barang murah. Beli banyak lebih murah. Tapi kami hanya jalan-jalan saja. Tak membeli apapun. Belum saatnya membeli oleh-oleh. Begitulah kira-kira yang ada di pikiran kami.

 

Meski sepertinya hari ini santai. Petronas malam ini membuat hariku berarti. Aku bisa berjalan 6 km lebih, bertemu dengan orang-orang baru dan mewujudkan impianku.
Petronas, aku sudah melihatnya...
            
Chow Kit, malam yang pegal pegal
Pelajaran hari ini:
ü  Don’t judge person by his cover
ü  Dimana pun asalnya, ketika berda di negara orang. Kata indonesia menyatukan kita.
ü  Siapa takut jalan kaki? Dimana pun tempatnya, seberapa jauh jaraknya. Asalkan bersama-sama semuanya tak terasa.
ü  Kalau kamu punya mimpi? Wujudkan! Meski harus berjalan kaki berjam jam

Hari Selanjutnya

PPI, IIUM, Gombak, Adni dan Dataran Merdeka 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar