Hari
Keempat, Sabtu, 1 Maret 2014
Hari
ini padat sekali... Pagi hari hingga malam. Aku lelah. Lelah sekali. Namun
setidaknya aku tetap bisa tersenyum malam ini.
08.00-
17.00 waktu Kuala Lumpur. saatnya menyambung silaturahim
Kami
sudah bersiap diri. Hari ini, agenda kami adalah menghadiri undangan futsal
dengan teman-teman PPI Malaysia (Persatuan Pelajar Indonesia Malaysia).
Menghadiri undangan ini adalah rangkaian agenda pengenalan pada masyarakat dan
mahasiswa Malaysia.
Futsal
diadakan di sebuah daerah bernama Gombak. Aku sendiri baru dengar nama itu.
Kami berjalan beriringan menuju tempat pemberhentian bus. Tepat diperempatan
Chow Kit. Melewati jalan yang sama, kali ini lebih pagi dari sebelumnya.
Jalanan masih lengang. Pak Agus, Pak Trio, Bu Lutfi, Bu Ulfa. Semua ikut.
Kami
sempat kebingungan. Naik bis apa? Nyegat dimana?
Kami sama sekali tak tahu. Bertanya pada petugas di pos polis di ujung jalan
adalah jalan keluarnya. Kami menunggu. Menunggu dengan kepastian. Karena di
Malaysia, tempat pemberhentian ini dilengkapi dengan alat yang memberitahu. Jam
berapa bis akan datang. 1 menit lagi, 30 detik lagi. Semuanya pasti.
Bis
resmi di Malaysia bernama Rapid KL. Menaikinya dengan memasukkan uang ke sebuah
alat pendeteksi. Keluarlah slip sebagai bukti pembayaran. Tempat duduk nyaman. Dan
representatif untuk orang-orang berkebutuhan khusus. Ada spot khusus untuk
orang berkebutuhan khusus, juga ada tempat khusus untuk kursi roda. Baru kali
ini kutemukan. Bis yang ramah untuk semua penumpang.
Sesampainya
di Gombak. Kami kembali melakukan perbincangan dengan mahasiswa anggota PPI dan
KMNU. Sebelum akhirnya bermain futsal untuk lelaki dan bulutangkis untuk
perempuan. Ada beberapa mahasiswa perempuan yang datang. Mereka masih mahasiswa
semester 2 di IIUM. Menariknya, mahasiswa periang yang bernama Eki ini dulu diterima
di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Sudah melakukan registrasi. Tinggal
mengikuti orientasi saja. Ia urung menjadi mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang karena pengumuman di IIUM menyatakan bahwa ia diterima. Menjadi
mahasiswa IIUM adalah pilihannya.
Jika
teman-teman bermain futsal dan bulutangkis, maka aku yang tak bisa mengikutinya
memanfaatkan waktu itu untuk bertanya banyak hal pada mahasiswa lain yang ikut
menonton. Berdasarkan perbincangan dengan banyak teman-teman PPI hari ini,
berikut ini adalah gambaran tentang bagaimana mereka bisa menjadi mahasiswa di
Malaysia;
Ø Untuk
starta S1 (degree) calon mahasiswa hanya menunjukkan nilai rapor masa sekolah
menengahnya saja. Mengikuti tes yang ditentukan.
Ø Sebelum
diterima menjadi mahasiswa, calon mahasiswa harus mengikuti program pembekalan
bahasa inggris sampai tingkatan yang ditentukan. Jika lulus pada satu tingkatan
maka dinyatakan lulus dan menjadi mahasiswa,
jika gagal maka lanjut tingkat dua dan seterusnya. Waktu pembekalan ini
selama dua tahun. Jika selama dua tahun, tidak lulus juga, maka sudah
dipastikan ia tidak bisa menjadi mahasiswa.
Ø Biaya
kuliah satu tahun di Malaysia (lengkap dengan asrama) rata-rata sebesar 10.000
RM (1 RM = ±3.500)
Ø Untuk
IIUM (International Islamic University Malaysia) bahasa pengantar menggunakan
bahasa inggris dan bahasa arab
Ø Berlaku
semester pendek, bagi mahasiswa yang berkeinginan mempersingkat masa studinya
atau mengambil mata kuliah bahasa arab,
Setelah
lelah bermain futsal dan bulutangkis. Kami diajak untuk melihat kampus IIUM.
Memasuki kampus megah ini. Hanya rasa syukur dan takjub yang kuucapkan. Kampus
ini benar-benar apik. Tertata begitu rapi. Dengan bangunan-bangunan yang
menjulang tinggi. Asrama mahasiswa berjejer di tepi kampus. Terpisah antara
asrama perempuan dan laki-laki. Mayoritas mahasiswa degree IIUM tinggal di asrama. Selain karena biaya sewanya lebih
murah dari kontrak rumah di luar kampus juga karena letaknya di lingkungan
kampus dan keamanan terjamin.
Jika
di ma’had Aly UIN Maulana Malik Ibrahim Malang terdapat program-program ma’hadi
yang memperkuat keilmuan agama mahasiswa, maka di IIUM asrama mahasiswa adalah
penginapan saja. Tanpa peraturan apapun! Tak ada ngaji bersama, tak ada batas akhir masuk asrama. Yang ada adalah tak
bolehnya mahasiswa lelaki menyatroni asrama mahasiswa perempuan dan
sebaliknya.Semua sudah dewasa. Tanggung jawab ada pada diri mereka.
Kantin
asramanya pun bersih, masakan selalu tersedia dalam keadaan hangat. Gizinya pun
terjamin. Hidangannya bermutu gizi tinggi namun tetap terjangkau. Karena
mendapatkan subsidi dari kampus. Kursi-kursi makan selalu bersih.
Pukul
18.30 waktu Kuala Lumpur, Dimana Adni?
Baru
saja satu jam beristirahat, kami tim yang ditugaskan ke Sekolah Islam harus
bersiap untuk hunting. Dimana Adni berada?
Di surat balasan dari Adni tertulis
ADNI ISLAMIC
SCHOOL,
Jalan 1 Taman
Sri Ukay, 68ooo Ampang, Selangor D.E
Aku,
Navis, Nida dan Najib diantarkan oleh Ustadz Muhammad mencari sekolah tersebut.
Pak Trio bilang Sekolah Adni itu tak terlalu jauh, “jalan Ampang itu dekat” tapi
kami membutuhkan waktu hingga pukul 21.00 untuk menemukan Adni. Setelah
tersasar, beberapa kali. Sampailah kami ke depan sekolah Adni. Kueja tulisan
arab pegon yang tertulis di tembok. Ya, inilah Sekolah Islam Adni, tempat kami
mengajar mulai besok. Alhamdulillah.
Setelah
berbincang sebentar dengan security.Kami
pamit undur diri. Niat hati ingin segera beristirahat, menyiapkan fisik untuk
hari pertama di sekolah. Ternyata takdir berkata lain. Penginapan Pustaka
Mujadid terkunci. Agung yang dihubungi Nida lewat handphone mengatakan jika
teman-teman sedang di dataran merdeka. Kontan saja kami syok, apalagi Agung
mengatakan mereka baru sampai di dataran merdeka karena mereka menempuhnya
dengan jalan kaki. Menunggu mereka pulang? Rasanya tidak mungkin. Kami berempat
tidak mungkin klesetan di tangga
dengan kondisi yang lelah luar biasa seperti ini.
Tak ada pilihan lain kecuali
menyusul mereka. Untung saja ustadz Muhammad mau mengantarkan kami dengan
mobilnya. Dataran mereka itu adalah sebuah bangunan tua peninggalan Inggris
yang berada di tengah Kuala Lumpur. Merupakan area car free, sehingga udaranya benar-benar segar. Segarnya malam
Malaysia.
Ada banyak keluarga dengan anak-anak
yang lucu disana. Ada sejoli yang duduk-duduk berbagi cerita. Ada segerombolam
pemuda yang mendiskusikan hal entah apa. Ada penjual mainan dan minuman yang
tak henti berteriak menjajakan dagangannya. Meski begitu suasana masih
terkendali, tidak bising sama sekali.
Kusempatkan berfoto di Dataran
merdeka. Sebagai hadiah atas perjalanan panjangku malam ini. Setelah puas
berfoto, kami memutuskan pulang. Aku dan Navis menaiki mobil Ustadz Muhammad,
kami ditugasi memasak. Navis memasak mie dan telor goreng, aku memasak nasi.
Sebentar kemudian teman-teman
datang. Kami menunggu nasi matang dengan bercengkrama dan melakukan evaluasi
atas har ini. Menunggu nasi selama dua jam dan nasi tidak matang! Apakah aku
kurang memberi air? Ah kurasa tidak. Jujur aku merasa berdosa karena aku yang
memasak nasi itu. Gara-gara nasi gagal itu mereka urung makan malam padahal
sudah ditunggu sejak tadi, aku yakin mereka juga lapar sekali. Rabb.. maafkan
aku
Chow Kit, Aku merasa berdosa pada
mereka
Pelajaran
hari ini:
ü Ulurkan
tanganmu pada orang baru, bersikaplah ramah
ü Mencari
alamat di negara orang itu gampang-gampang susah. Jangan malu bertanya
ü Jadi
anggota PPI? Siapa takut. Pertanyaannya PPI negara mana? ^_^
Hari SelanjutnyaKehidupan TKI Malaysia, Sebuah Ironi
Assalaamu'alaikum, afwan, mau tanya tentang biaya makan di sana 1 hari bs mnghabiskan berapa RM? Syukron
BalasHapusTergantung Mbak Shifa membeli makan menu apa...
HapusKalau disana 1 RM itu sudah bisa untuk beli roti canai dan 1, 3 RM untuk teh tarik.
Jadi kalau menunya sederhana, dan 3 kali makan sehari hanya 10 RM saja
Kalau saya dulu malah nggak ada 10 RM sehari
Insyaallah biaya hidup di Malaysia nggak terlalu jauh dengan Indonesia, harga-harganya hampir sama kayak di Jakarta Mbak
Terima kasih sudah membaca Mbak Shifa =D