Selasa, 08 Juli 2014

Solilokui Pilpres



Hei selamat malam, kenapa kamu belum tidur? Apa, tak bisa tidur? Kenapa? Apa karena tugasmu belum selesai? atau ada sesuatu yang mengganjal dipikiranmu? Apa? Maukah kamu berbagi denganku? Yah, setidaknya sebagai obrolan singkat sebelum kita berangkat tidur malam ini. Ayo ceritakan! Kenapa kamu hanya diam? Ini, ada secangkir susu hangat, barangkali bisa menghangatkan kebekuan diantara kita.

Baiklah, aku yang mulai ya. Begini, malam ini entah kenapa aku merasa begitu dilematis. Satu sisi, aku merasa senang karena sekarang tanggal delapan, itu artinya besok kita akan mengikuti pemilihan presiden aku juga senang karena ternyata antusiasme teman-teman begitu tinggi. Tak hanya satu dua orang yang mengatakan kecewa karena kehilangan kesempatan memilihnya, padahal mereka sangat ingin menggunakan hak pilihnya. Di sisi lain, aku merasa kecewa, entah kecewa dengan siapa. Kecewa saja, kenapa sehari menjelang hari keramat, masih ada saja yang saling hujat.

Dulu aku pernah menulis dalam larik puisi, aku ingin hari-hari ini cepat usai. Hari-hari dimana banyak orang mencaci, memaki, saling menyalahkan dan merasa paling benar sendiri. Sebulan ini, aku benar-benar merasa asing dengan teman-temanku, dengan tetanggaku, saudaraku. Aku kehilangan mereka yang dulu. Aku tidak ingin berlebihan dengan semua ini, tapi inilah yang aku rasakan.


Setelah hari ini, aku hanya ingin tak ada lagi kotak-kotak di masyarakat ini menjadi dua. Pengkotakan ini akan berakhir di kotak suara esok hari. Aku pernah bilang kan, dulu aku sempat tidak yakin dengan Pak Prabowo atau Pak Jokowi. Aku pernah merasa tidak akan memilih diantara keduanya, meski aku sangat ingin memilih, tak ada niat sedikitpun untuk golput.

Dalam perjalanannya, akhirnya Allah memberiku kemantapan untuk menentukan hati, akhirnya aku memutuskan untuk memilih dia. Iya dia! Aku sering mencari-cari informasi tentang dia, juga calon yang lain. Berusaha menjadi pengamat yang netral, walaupun pada akhirnya aku harus memilih diantara mereka.

Kalau kamu tahu, gregetan rasanya ketika ada teman yang menjelek-jelekken pilihanku. Memangnya kenapa? Aku berhak memilih siapa saja. Toh aku juga tak pernah menyalahkan pilihannya. Aku juga merasa heran, lagi-lagi, kenapa banyak orang saling menyalahkan dan mencari-cari kesalahan. Rasa-rasanya tak ada kebenaran kecuali hasil pemilu besok. Sementara yang terjadi kemarin hingga malam ini, semuanya adalah salah. Jika informasi tentang Pak Prabowo, maka pendukung Pak Jokowi, segera menyanggah atau mencari kesalahannya. Jika ada informasi tentang Pak Jokowi, maka pendukung Pak Jokowi juga menyerangnya.

Kalau boleh aku mengambil kesimpulan dari banyaknya fenomena sosial yang kubaca, yang ikut partai, maka ia akan memilih sesuai partainya merapat kemana, yang mondok, maka ia akan ikut apa pilihan kiainya, yang pekerja, maka ia akan ikut pilihan bosnya. Akhirnya, sangat sedikit yang memilih berdasarkan hati nurani, kecuali hanya ikut-ikutan belaka.

Merasa apa yang dipilih partainya adalah pilihan paling benar, merasa pilihan kiainya adalah paling mantap dan merasa apa yang dipilih atasannya adalah pilihan yang tepat. Mereka ini lalu mencoba menjelek-jelekan calon yang tidak dipilihnya, bahkan dengan kata-kata yang sangat tidak patut diucapkan oleh orang-orang yang terpelajar dan memegang teguh ajaran Islam. Merasa segala yang dilakukan kubunya adalah paling benar, dan lawannya adalah salah.

Hanya ada dua calon. Bagaimana jika dunia berbalik? Jika dalam cerita lain, kita memilih calon yang lain itu? Apakah kita masih menjelekkan dia? Tentu kita akan mati-matian membelanya bukan? Seperti menelan ludah sendiri rasanya. Kalau kamu tahu aku banyak belajar dari pilpres ini. Tentang kebenaran, yang memang benar-benar mutlak milik Tuhan, tentang manusia yang hanya pintar menduga dan mengira dengan alibi dan nafsu mereka saja.

Kamu percaya takdir? Aku sangat percaya. Aku percaya ada takdir Tuhan di pemilihan presiden ini. Sejatinya, tanpa ada saling menjelekkan, menjatuhkan, black campaign atau apalah namanya, nama presiden baru kita sudah dituliskan, beribu tahun lalu, bahkan sebelum mereka berdua dilahirkan. Salah satu dari mereka akan tetap jadi presiden, dan kita akan tetap jadi rakyat jelata yang menyaksikan mereka melenggang ke istana.

Semoga ada kesempatan untuk beristighfar dari semua yang telah kita lakukan pada masa kampanye, pada setiap ghibah,  pada setiap prasangka kepada Pak Prabowo dan Pak Jokowi. Mereka berdua lelaki biasa, yang sedang berusaha memimpin negeri ini. Memimpin aku, kamu dan teman-teman kita. Mereka lebih baik dari mereka yang hanya bisa menghina dan menduga-duga. Aku tak pernah berdoa, semoga calonku yang menang, aku hanya berdoa, semoga Allah memberikan kita seorang pemimpin yang terbaik, yang amanah dan cinta ibadah.

Oh, sudah terlampau larut ya, dan kamu hanya terdiam, mendengarkan perkataanku. Kenapa? Aku cerewet ya? Ya, beginilah. Itu susu coklatnya keburu dingin lho, segera diminum dan lekaslah berangkat tidur. Besok kita masih harus sahur kan? Oya, ada perempat final piala dunia ya nanti. Hmmm..okelah, yang jelas besok jangan tidur lagi setelah Shubuh ya, kamu nggak ingin ketinggalan nyoblos kan!
Sekali lagi, selamat malam, selamat terpejam, sampai ketemu besok di TPS ya ^_^

Salam

Rizza Nasir
Kedir, 8 Juli 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar