Minggu, 16 November 2014

JANGAN PERNAH INGIN MENJADI DIRIKU


Assalamualaikum, apa kabar kalian? Semoga sehat selalu ya..
Sebelumnya aku minta maaf, tapi aku harus menuliskan ini untuk kalian. Kalian teman-temanku yang mengatakan
“Rizza, aku ingin seperti kamu”
“Rizza, kamu beruntung sekali ya, nggak seperti aku”
“Mbak Rizza, aku ingin bisa kayak kamu”
“Rizza, bertukar posisi yuk!”

Kalimat apa lagi? Ya, yang senada itulah kira-kira. Kutulis untuk kalian. Kalian yang memiliki kekurangan  fisik sama sepertiku, atau kalian yang ‘sempurna’ tetapi kalian mengatakan tak seberuntung diriku.

Apa yang kalian pikirkan saat melihatku? Saat mengenalku? Kenapa kalian ingin menjadi sepertiku? Kenapa? Kenapa?


Jika memang alasannya karena aku punya kesempatan untuk mengetahui dunia luar sementara kalian dilarang orang tua untuk itu dan harus di rumah saja, apakah itu alasannya?

Aku tidak tidur di rumahku sejak 11 tahun lalu, sejak aku lulus SD dan melanjutkan MTs di kota. Ibuku ingin agar aku tumbuh menjadi gadis mandiri dan tidak manja pada lain meski aku punya kekurangan. Sejak itulah setiap Senin pukul 05.30 pagi aku diantar ayahku ke sekolah dan baru dijemput hari Sabtu. Saat seperti itu, apalagi awal-awal. Aku sering menangis terisak saat malam. Ditutupi bantal. Itu agar teman-teman sekamarku tidak dengar. Isakanku bilang, “Aku kangen ibuk, aku pengen pulang”

Sering saat berangkat sekolah teman-temanku bertanya kenapa mataku sembab, aku hanya diam, tak bilang apa-apa. Aku bisa saja bilang kalau mataku kelilipan. Tapi aku tak terbiasa bohong. Seharusnya sebagai sesama anak asrama, mereka tahu kenapa mataku sembab sepagi itu. Sering aku tak doyan makan karena kangen masakan ibu, hingga awal-awal di asrama aku kurus sekali. Padahal sebelumnya aku adalah ABG gendut. Apakah kalian tahu itu? Kalian beruntung, karena setiap hari bisa bersama ibu, ayah dan keluarga di rumah. Masak masakan ibu setiap hari dan gizi selalu terpenuhi. Aku? Aku sering kehabisan jatah makan waktu di asrama, hehe

Ingin bisa kemana-mana seperti aku? Apakah kalian bosan di rumah? Baiklah, apakah kalian tahu, aku sering sekali jatuh. Apalagi untuk medan baru yang belum bernah kujejaki. Kadang terantuk batu, kadang kesrimpet rok. Meski rokku panjang, tak jarang kakiku boret-boret juga. Luka di dengkul itu sudah biasa. Jika notebook-ku bisa bicara dia pasti akan bersaksi, berapa kali ia terjerembab bersamaku. Berapa kali ia jatuh? Jika aku jatuh, maka tas selempangku yang isinya notebook  itu juga ikut jatuh. Apakah kalian tahu itu?

Kalian tahu, aku tidak bisa naik motor. Untuk itulah sejak MTs sampai saat ini, jika ingin kemanapun aku selalu naik angkutan umum. Karena tak mau merepotkan teman aku lebih sering sendiri. Nah,  Sendirian! Kadang tak tahu jalan! Kesasar! Bingung! Apakah kalian tahu itu?

Beruntunglah kalian yang masih ada ayah dan saudara yang mengantar kemana-mana. Jika kalian mau, kalian akan diantar kesana. Selamat sampai tujuan, tanpa bingung, tanpa sendirian. Bahkan kalian juga pasti dibekali snack diperjalanan kan? Sangat asyik sekali perjalanan seperti itu. Bersyukurlah! Itu tak kualami, aku selalu berkelana sendiri.

Beberapa diantara kalian ada yang homeschooling dan kuliah jarak jauh. Ya, aku tahu, itu menjemukan! Memuakkan! Tapi itulah cara orang tua kalian memuliakan kalian. Guru kalian private. Materinya berbeda dengan sekolah konvensional. Biayanya pun lebih mahal. Kalian bisa menuntut ilmu dengan style kalian. Tanpa aturan, tanpa tugas-tugas dan deadline yang menyudutkan. Sejenak, coba kalian pikirkan, berapa banyak anak negeri ini yang mempunyai kesempatam belajar seperti itu? Dari guru andalan, biaya yang mahal dan fasilitas rumah yang memadai. You’re bless!

Aku? Aku sekolah di sekolah biasa, pada umumnya. Harus ikut aturan sekolah tanpa dispensasi! Bahkan ayahku pernah secara khusus datang ke sekolah untuk memintakan dispensasi untukku di mata pelajaran olahraga. Ya, hanya itu, selebihnya aku sama seperti yang lain. Itu pun aku masih ikut lari putar lapangan minimal dua kali setiap jam olahraga. Kalau aku telat dan bel sudah berbunyi. Aku harus lari sebelum gerbang ditutup satpam. Aku juga harus ikut upacara. Berdiri satu jam bahkan lebih! Awalnya aku sangat capek, tapi lama-lama, capek itu hilang.
Aku pernah menangis tiap malam, gara-gara aku pesimis di sekolah baru nanti dapat teman atau tidak. Aku juga harus mempertebal kepedeanku. Karena kalian pasti tahu, semua orang pasti menatapku! Mulai dari siswa sekolah, guru-guru, adik-adik yang ikut waktu menjemput dan tentu saja para orang tua. Aku jadi semacam tontonan. Awalnya aku malu, malu sekali. Tapi aku harus tetap sekolah dan melupakan malu itu. Tak hanya itu, di tempat umum pun masih begitu. Aku tak perlu repot berdandan macam-macam agar aku menarik perhatian, tapi nyatanya semua orang selalu melihatku. Lalu ada yang bisik-bisik. Ada pula yang menirukan cara jalanku. Apakah kalian tahu itu!

Mungkin untuk ini kalian juga merasakan hal yang sama, tapi aku yakin di beberapa kesempatan selalu ada orang tua atau keluarga. Seringkali, aku menghadapi hal ini sendirian! Aku sudah bilang kan aku sering sendiri kemana-mana. Nah, aku sendiri saat itu. Apakah kalian tahu!

Dengan homeschooling dan kuliah jarak jauh, kalian tak perlu merasakan yang kurasakan. Mungkin jika ditempat umum iya, kalian juga merasakan. Tapi, selama masih ada orang tua atau keluarga yang mengawal kalian. Mereka tak akan berani macam-macam, mungkin hanya melihat sekilas lalu melintas. See, you’re lucky!

Karena kondisi kalian, orang tua kalian pasti memenuhi semua yang kalian mau. Karena dengan cara itu mereka bisa membahagiakan kalian. Minta ini dibelikan, minta itu dibelikan. Kalian punya kursi roda, punya sepeda terapi, punya alat terapi sendiri, punya dokter ahli.

Aku? Ayah dan ibuku memang memenuhi keinginanku, tapi itu yang bisa mereka penuhi, selebihnya aku harus usaha sendiri. Orang tuaku bukan PNS, dokter, pengusaha sukses seperti kalian. Orang tuaku hanya petani biasa. Adikku dua orang masih kecil-kecil. Sejak kelas 5 SD aku harus jaga kios Ibu tiap akhir pecan. Kios kecil di Taman Wisata Obalan Kediri. Saat SMA aku berjualan snack 500 rupiahan di asrama putri. Itu agar aku bisa punya uang lebih untuk jajan. Karena meminta pada orang tua kasihan juga, apalagi adikku juga sekolah semua dan ayahku sudah mulai sakit-sakitan.

Terapisku ada, tapi tukang pijat urut biasa, pernah juga terapi elektromagnetik, tapi itu tak lama. Sudah sejak sekolah di Malang aku tak lagi terapi. Terapisku dan alat bantu kemajuan fisikku bukan alat canggih. Terapisku adalah alam. Bebatuan, kerikil tajam, halaman rumah, pijat balsem oleh ayah. Kelas 5 SD tiap hari aku di haruskan lari-lari pagi di halaman rumah Mbah bersama ayah. Lalu menginjak kerikil-kerikil tajam disitu. Kata ayah, itu agar peredaran darahku lancar. Selebihnya aku belajar hidup dan semua tentang kehidupan langsung dari orangnya. Di pondok, di asrama, di semua tempat yang kutinggali 11 tahun ini. Mereka adalah terapisku! Apakah kalian tahu, aku tak mendapatkan perawatan terbaik untuk kemajuan fisikku. Tak seperti kalian dengan alat-alat canggih itu!

Kalian punya ayah yang masih gagah! Bisa mengantar kalian dengan mobil pergi ke tempat wisata terbaik! Aku? Allah menguji keluarga kami, sejak tahun 2007 hingga saat ini kesehatan ayahku menurun. Aku tak perrnah merasakan dibonceng motor oleh ayah seperti dulu, ayah tak bisa lagi diajak jalan-jalan. Ayahku dalam kesakitannya. Tidak gagah seperti ayah kalian. Untuk itulah selama ini aku selalu berjuang. Semuanya untuk ayah. Aku hanya berdoa, semoga ayah terus sehat. Aku masih butuh Ayah!

Ibuku, ia harus banting tulang sejak ayah sakit, ibu mengambil alih semua tugas ayah. Ibuku tak pernah peduli soal make up. Tak sempat! Mengurus ayah dan anak-anaknya, belum lagi semua tanggung jawab pekerjaannya. Membuatnya benar-benar harus bekerja keras! Ibuku harus memutar otak, agar uang pemasukan selalu cukup, bahkan ada yang bisa ditabung untuk pengobatan ayah. Ibu dan ayah kalian bagaimana? Semoga sehat selalu ya! Cukup aku saja yang merasakan cobaan ini. Aku selalu senang jika melihat foto-foto kalian bersama ayah dan ibu. Karena aku tak punya satu pun foto keluarga. Tak sempat!

Kini aku masih harus berjuang, aku harus bekerja. Alasan terbesarku ke kota Jogja adalah untuk bekerja! Ingin bantu-bantu ayah dan ibu. Kalaupun akhirnya aku kuliah juga. Ini perhatian keduaku. Perhatian pertamaku adalah pekerjaanku. Aku harus bisa membantu mereka. Tapi, tentu saja aku harus adil antara pekerjaan dan kuliahku yang sekarang. Aku sedang mencoba.

Nah, apakah kalian tahu semua itu? Apakah kalian tahu aku dan semua kesulitan yang kuhadapi selama ini? Mungkin yang terlihat adalah aku yang bisa kemana-mana, pergi kesana kemari. Punya teman banyak, selalu tersenyum dan semangat. Lantas, apakah aku harus menangis dan bersedih atas semua ini?

Aku bisa keluar rumah, sekolah di sekolah biasa. Karena orang tuaku hanya mampu menyekolahkan aku disitu. Aku bisa keman-mana sendiri. Karena orang tuaku tak selalu bisa menemani dan karena aku lebih nyaman sendirian. Aku tak mau merepotkan teman. Aku merantau ke kota. Karena aku harus merantau,  jika di rumah tak ada yang bisa mengantarkan aku kemana-mana. Tapi diperrantauan, aku bisa kemana-mana dengan angkutan. Maklum, rumahku ndeso tak ada angkutan yang mudah dijangkau seperti di kota besar. Dan yang terpenting aku harus bekerja, untuk membantu menghidupi keluarga, ya meski tak banyak minimal aku sudah tak mau lagi meminta.

Jangan pernah ingin menjadi diriku ya, aku ini banyak kurangnya. Banyak ujiannya. Kalian lebih beruntung dariku dalam banyak hal. Sungguh! Kalian lebih beruntung! Apakah kalian tahu, aku selalu merasa bersalah jika membuat kalian iri padaku. Aku merasa bersalah tanpa tahu apa salahku. Aku hanya merasa, aku melukai kalian jika kalian mengatakan ingin menjadi diriku. Apakah kalian tahu?

Aku merasa, aku terlalu berlebihan memotivasi kalian, aku merasa terlalu ingin kalian cepat mendapatkan kemajuan secara fisik. Aku lupa, kalau kalian bukanlah aku. Meski kita sama, punya kekurangan, tapi aku bukanlah kalian. Kalian bukan aku! Tapi, aku hanya ingin kalian memiliki semangat hidup lagi, semangat juang lagi, semangat untuk meraih mimpi-mimpi!

Lihat, dalam fisik yang kekurangan itu, kalian punya orang tua yang sehat wal’afiat, bisa membiayai keperluan kalian dengan baik, kalian punya ruahan kasih sayang, bantuan dan kemudahan. Kurang apa lagi? Kalian hanya tinggal memperbesar semangat hidup, semangat juang! Kita masih bisa berguna untuk negeri ini dengan kemampuan kita, kan?

Kalian ingin banyak teman? Ingin ada banyak orang dalam hidup kalian yang seusia? Pergi kemana saja? Percayalah, tak ada teman yang abadi, lulus MTs teman berganti, lulus Aliyah teman ganti juga, lulus kuliah, teman berganti rekan kerja. Yang abadi hanyalah ayah, ibu dan saudara-saudara. Teman adalah persinggahan, jadi tolong, tolong jangan mengeluh lagi karena merasa kehilangan teman masa lalu atau kesepian. Semua orang memang harus melangkah ke masa depan. Lalu kenapa kalian hanya merutuki kenangan yang hilang? Setidaknya kalian masih punya aku dan keluargamu itu. Apakah kehadiranku selama ini bukan teman?

Maafkan, jika kalian ingin menjadi sepertiku pada akhirnya, tapi sungguh, aku lebih bangga jika kalian menjadi diri kalian yang sekarang, dengan keluarga yang sehat dan bahagia, dengan saudara-saudara yang luar biasa. Kalian hanya harus memperbesar semangat hidup dan semangat juang saja. Kita harus mensyukuri hidup ini dan berbuat yang terbaik, karena hidup cuma sekali. You’re lucky than me! God bless you!

Salam semangat dariku.
Rizza Nasir

Ira, Dinda, Maya, Juju, Nisa, Halimah semoga selalu semangat ya! Maafkan jika belum bisa jadi teman yang baik. Aku sayang kalian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar