Assalamualaikum, apa kabar kalian? Semoga sehat selalu ya..
Sebelumnya aku minta maaf, tapi aku harus menuliskan
ini untuk kalian. Kalian teman-temanku yang mengatakan
“Rizza, aku ingin seperti kamu”
“Rizza, kamu beruntung sekali ya, nggak seperti aku”
“Mbak Rizza, aku ingin bisa kayak kamu”
“Rizza, bertukar posisi yuk!”
Kalimat apa lagi? Ya, yang senada itulah kira-kira.
Kutulis untuk kalian. Kalian yang memiliki kekurangan fisik sama sepertiku, atau kalian yang ‘sempurna’
tetapi kalian mengatakan tak seberuntung diriku.
Apa yang kalian pikirkan saat melihatku? Saat
mengenalku? Kenapa kalian ingin menjadi sepertiku? Kenapa? Kenapa?
Jika memang alasannya karena aku punya kesempatan
untuk mengetahui dunia luar sementara kalian dilarang orang tua untuk itu dan
harus di rumah saja, apakah itu alasannya?
Aku tidak tidur di rumahku sejak 11 tahun lalu,
sejak aku lulus SD dan melanjutkan MTs di kota. Ibuku ingin agar aku tumbuh
menjadi gadis mandiri dan tidak manja pada lain meski aku punya kekurangan.
Sejak itulah setiap Senin pukul 05.30 pagi aku diantar ayahku ke sekolah dan
baru dijemput hari Sabtu. Saat seperti itu, apalagi awal-awal. Aku sering
menangis terisak saat malam. Ditutupi bantal. Itu agar teman-teman sekamarku
tidak dengar. Isakanku bilang, “Aku
kangen ibuk, aku pengen pulang”
Sering saat berangkat sekolah teman-temanku bertanya
kenapa mataku sembab, aku hanya diam, tak bilang apa-apa. Aku bisa saja bilang
kalau mataku kelilipan. Tapi aku tak terbiasa bohong. Seharusnya sebagai sesama
anak asrama, mereka tahu kenapa mataku sembab sepagi itu. Sering aku tak doyan
makan karena kangen masakan ibu, hingga awal-awal di asrama aku kurus sekali.
Padahal sebelumnya aku adalah ABG gendut. Apakah kalian tahu itu? Kalian
beruntung, karena setiap hari bisa bersama ibu, ayah dan keluarga di rumah.
Masak masakan ibu setiap hari dan gizi selalu terpenuhi. Aku? Aku sering
kehabisan jatah makan waktu di asrama, hehe
Ingin bisa kemana-mana seperti aku? Apakah kalian
bosan di rumah? Baiklah, apakah kalian tahu, aku sering sekali jatuh. Apalagi
untuk medan baru yang belum bernah kujejaki. Kadang terantuk batu, kadang kesrimpet rok. Meski rokku panjang, tak
jarang kakiku boret-boret juga. Luka di dengkul itu sudah biasa. Jika notebook-ku bisa bicara dia pasti akan
bersaksi, berapa kali ia terjerembab bersamaku. Berapa kali ia jatuh? Jika aku
jatuh, maka tas selempangku yang isinya notebook itu juga ikut jatuh. Apakah kalian tahu
itu?
Kalian tahu, aku tidak bisa naik motor. Untuk itulah
sejak MTs sampai saat ini, jika ingin kemanapun aku selalu naik angkutan umum.
Karena tak mau merepotkan teman aku lebih sering sendiri. Nah, Sendirian! Kadang tak tahu jalan! Kesasar!
Bingung! Apakah kalian tahu itu?
Beruntunglah kalian yang masih ada ayah dan saudara
yang mengantar kemana-mana. Jika kalian mau, kalian akan diantar kesana.
Selamat sampai tujuan, tanpa bingung, tanpa sendirian. Bahkan kalian juga pasti
dibekali snack diperjalanan kan? Sangat asyik sekali perjalanan seperti itu.
Bersyukurlah! Itu tak kualami, aku selalu berkelana sendiri.
Beberapa diantara kalian ada yang homeschooling dan kuliah jarak jauh. Ya,
aku tahu, itu menjemukan! Memuakkan! Tapi itulah cara orang tua kalian
memuliakan kalian. Guru kalian private. Materinya berbeda dengan sekolah
konvensional. Biayanya pun lebih mahal. Kalian bisa menuntut ilmu dengan style kalian. Tanpa aturan, tanpa
tugas-tugas dan deadline yang menyudutkan. Sejenak, coba kalian pikirkan,
berapa banyak anak negeri ini yang mempunyai kesempatam belajar seperti itu?
Dari guru andalan, biaya yang mahal dan fasilitas rumah yang memadai. You’re bless!
Aku? Aku sekolah di sekolah biasa, pada umumnya.
Harus ikut aturan sekolah tanpa dispensasi! Bahkan ayahku pernah secara khusus
datang ke sekolah untuk memintakan dispensasi untukku di mata pelajaran
olahraga. Ya, hanya itu, selebihnya aku sama seperti yang lain. Itu pun aku
masih ikut lari putar lapangan minimal dua kali setiap jam olahraga. Kalau aku
telat dan bel sudah berbunyi. Aku harus lari sebelum gerbang ditutup satpam.
Aku juga harus ikut upacara. Berdiri satu jam bahkan lebih! Awalnya aku sangat
capek, tapi lama-lama, capek itu hilang.
Aku pernah menangis tiap malam, gara-gara aku
pesimis di sekolah baru nanti dapat teman atau tidak. Aku juga harus
mempertebal kepedeanku. Karena kalian pasti tahu, semua orang pasti menatapku! Mulai
dari siswa sekolah, guru-guru, adik-adik yang ikut waktu menjemput dan tentu
saja para orang tua. Aku jadi semacam tontonan. Awalnya aku malu, malu sekali.
Tapi aku harus tetap sekolah dan melupakan malu itu. Tak hanya itu, di tempat
umum pun masih begitu. Aku tak perlu repot berdandan macam-macam agar aku
menarik perhatian, tapi nyatanya semua orang selalu melihatku. Lalu ada yang
bisik-bisik. Ada pula yang menirukan cara jalanku. Apakah kalian tahu itu!
Mungkin untuk ini kalian juga merasakan hal yang
sama, tapi aku yakin di beberapa kesempatan selalu ada orang tua atau keluarga.
Seringkali, aku menghadapi hal ini sendirian! Aku sudah bilang kan aku sering
sendiri kemana-mana. Nah, aku sendiri saat itu. Apakah kalian tahu!
Dengan homeschooling
dan kuliah jarak jauh, kalian tak perlu merasakan yang kurasakan. Mungkin
jika ditempat umum iya, kalian juga merasakan. Tapi, selama masih ada orang tua
atau keluarga yang mengawal kalian. Mereka tak akan berani macam-macam, mungkin
hanya melihat sekilas lalu melintas. See,
you’re lucky!
Karena kondisi kalian, orang tua kalian pasti
memenuhi semua yang kalian mau. Karena dengan cara itu mereka bisa
membahagiakan kalian. Minta ini dibelikan, minta itu dibelikan. Kalian punya
kursi roda, punya sepeda terapi, punya alat terapi sendiri, punya dokter ahli.
Aku? Ayah dan ibuku memang memenuhi keinginanku,
tapi itu yang bisa mereka penuhi, selebihnya aku harus usaha sendiri. Orang
tuaku bukan PNS, dokter, pengusaha sukses seperti kalian. Orang tuaku hanya
petani biasa. Adikku dua orang masih kecil-kecil. Sejak kelas 5 SD aku harus
jaga kios Ibu tiap akhir pecan. Kios kecil di Taman Wisata Obalan Kediri. Saat
SMA aku berjualan snack 500 rupiahan di asrama putri. Itu agar aku bisa punya
uang lebih untuk jajan. Karena meminta pada orang tua kasihan juga, apalagi
adikku juga sekolah semua dan ayahku sudah mulai sakit-sakitan.
Terapisku ada, tapi tukang pijat urut biasa, pernah
juga terapi elektromagnetik, tapi itu tak lama. Sudah sejak sekolah di Malang
aku tak lagi terapi. Terapisku dan alat bantu kemajuan fisikku bukan alat
canggih. Terapisku adalah alam. Bebatuan, kerikil tajam, halaman rumah, pijat balsem
oleh ayah. Kelas 5 SD tiap hari aku di haruskan lari-lari pagi di halaman rumah
Mbah bersama ayah. Lalu menginjak kerikil-kerikil tajam disitu. Kata ayah, itu
agar peredaran darahku lancar. Selebihnya aku belajar hidup dan semua tentang
kehidupan langsung dari orangnya. Di pondok, di asrama, di semua tempat yang
kutinggali 11 tahun ini. Mereka adalah terapisku! Apakah kalian tahu, aku tak
mendapatkan perawatan terbaik untuk kemajuan fisikku. Tak seperti kalian dengan
alat-alat canggih itu!
Kalian punya ayah yang masih gagah! Bisa mengantar
kalian dengan mobil pergi ke tempat wisata terbaik! Aku? Allah menguji keluarga
kami, sejak tahun 2007 hingga saat ini kesehatan ayahku menurun. Aku tak
perrnah merasakan dibonceng motor oleh ayah seperti dulu, ayah tak bisa lagi
diajak jalan-jalan. Ayahku dalam kesakitannya. Tidak gagah seperti ayah kalian.
Untuk itulah selama ini aku selalu berjuang. Semuanya untuk ayah. Aku hanya
berdoa, semoga ayah terus sehat. Aku masih butuh Ayah!
Ibuku, ia harus banting tulang sejak ayah sakit, ibu
mengambil alih semua tugas ayah. Ibuku tak pernah peduli soal make up. Tak
sempat! Mengurus ayah dan anak-anaknya, belum lagi semua tanggung jawab
pekerjaannya. Membuatnya benar-benar harus bekerja keras! Ibuku harus memutar
otak, agar uang pemasukan selalu cukup, bahkan ada yang bisa ditabung untuk
pengobatan ayah. Ibu dan ayah kalian bagaimana? Semoga sehat selalu ya! Cukup
aku saja yang merasakan cobaan ini. Aku selalu senang jika melihat foto-foto
kalian bersama ayah dan ibu. Karena aku tak punya satu pun foto keluarga. Tak
sempat!
Kini aku masih harus berjuang, aku harus bekerja.
Alasan terbesarku ke kota Jogja adalah untuk bekerja! Ingin bantu-bantu ayah
dan ibu. Kalaupun akhirnya aku kuliah juga. Ini perhatian keduaku. Perhatian
pertamaku adalah pekerjaanku. Aku harus bisa membantu mereka. Tapi, tentu saja
aku harus adil antara pekerjaan dan kuliahku yang sekarang. Aku sedang mencoba.
Nah, apakah kalian tahu semua itu? Apakah kalian
tahu aku dan semua kesulitan yang kuhadapi selama ini? Mungkin yang terlihat
adalah aku yang bisa kemana-mana, pergi kesana kemari. Punya teman banyak,
selalu tersenyum dan semangat. Lantas, apakah aku harus menangis dan bersedih
atas semua ini?
Aku bisa keluar rumah, sekolah di sekolah biasa.
Karena orang tuaku hanya mampu menyekolahkan aku disitu. Aku bisa keman-mana
sendiri. Karena orang tuaku tak selalu bisa menemani dan karena aku lebih
nyaman sendirian. Aku tak mau merepotkan teman. Aku merantau ke kota. Karena
aku harus merantau, jika di rumah tak
ada yang bisa mengantarkan aku kemana-mana. Tapi diperrantauan, aku bisa
kemana-mana dengan angkutan. Maklum, rumahku ndeso tak ada angkutan yang mudah dijangkau seperti di kota besar.
Dan yang terpenting aku harus bekerja, untuk membantu menghidupi keluarga, ya
meski tak banyak minimal aku sudah tak mau lagi meminta.
Jangan pernah ingin menjadi diriku ya, aku ini
banyak kurangnya. Banyak ujiannya. Kalian lebih beruntung dariku dalam banyak
hal. Sungguh! Kalian lebih beruntung! Apakah kalian tahu, aku selalu merasa
bersalah jika membuat kalian iri padaku. Aku merasa bersalah tanpa tahu apa
salahku. Aku hanya merasa, aku melukai kalian jika kalian mengatakan ingin
menjadi diriku. Apakah kalian tahu?
Aku merasa, aku terlalu berlebihan memotivasi
kalian, aku merasa terlalu ingin kalian cepat mendapatkan kemajuan secara
fisik. Aku lupa, kalau kalian bukanlah aku. Meski kita sama, punya kekurangan,
tapi aku bukanlah kalian. Kalian bukan aku! Tapi, aku hanya ingin kalian
memiliki semangat hidup lagi, semangat juang lagi, semangat untuk meraih
mimpi-mimpi!
Lihat, dalam fisik yang kekurangan itu, kalian punya
orang tua yang sehat wal’afiat, bisa membiayai keperluan kalian dengan baik,
kalian punya ruahan kasih sayang, bantuan dan kemudahan. Kurang apa lagi?
Kalian hanya tinggal memperbesar semangat hidup, semangat juang! Kita masih
bisa berguna untuk negeri ini dengan kemampuan kita, kan?
Kalian ingin banyak teman? Ingin ada banyak orang
dalam hidup kalian yang seusia? Pergi kemana saja? Percayalah, tak ada teman
yang abadi, lulus MTs teman berganti, lulus Aliyah teman ganti juga, lulus
kuliah, teman berganti rekan kerja. Yang abadi hanyalah ayah, ibu dan
saudara-saudara. Teman adalah persinggahan, jadi tolong, tolong jangan mengeluh
lagi karena merasa kehilangan teman masa lalu atau kesepian. Semua orang memang
harus melangkah ke masa depan. Lalu kenapa kalian hanya merutuki kenangan yang
hilang? Setidaknya kalian masih punya aku dan keluargamu itu. Apakah
kehadiranku selama ini bukan teman?
Maafkan, jika kalian ingin menjadi sepertiku pada
akhirnya, tapi sungguh, aku lebih bangga jika kalian menjadi diri kalian yang
sekarang, dengan keluarga yang sehat dan bahagia, dengan saudara-saudara yang
luar biasa. Kalian hanya harus memperbesar semangat hidup dan semangat juang
saja. Kita harus mensyukuri hidup ini dan berbuat yang terbaik, karena hidup cuma sekali. You’re lucky than me! God bless
you!
Salam semangat dariku.
Rizza Nasir
Ira,
Dinda, Maya, Juju, Nisa, Halimah semoga selalu semangat ya! Maafkan jika belum
bisa jadi teman yang baik. Aku sayang kalian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar