Sabtu, 05 Juli 2014

Doa dan Diary 22



Hari ini, 5 Juli. Hari ini mungkin bukan hari yang istimewa bagi banyak orang. Pun bagiku, meski hari ini adalah hari kelahiranku. Aku hampir saja melupakannya kalau temanku tak mengingatkannya. Aku baru tahu, kenapa semalam aku tak bisa tidur. Padahal waktu sudah larut. Barangkali mengaji adalah cara yang tepat agar ngantuk. Oh tidak, maksudku, kalau sudah banyak halaman yang kubaca, biasanya mataku akan lelah dan mengantuk. Untuk itulah semalam aku hanya bisa mengaji, dan memejamkan mataku segera setelah kantuk tiba, karena aku sudah ingin tidur sejak tadi.

Sebelum tidur, biasanya aku menulis dan di akhir tulisanku, aku selalu menyertakan dimana aku menulis berikut tanggalnya. Aku menuliskan 4 Juli semalam, harusnya aku sudah ingat sejak semalam ya? Tapi jujur, bagiku ulang tahun bukanlah hal yang spesial, dari kecil kedua orang tuaku tak pernah membuat hari kelahiran itu spesial, perayaan ulang tahun? Kalau saja di usia 5 tahun bukanlah beberapa bulan setelah aku bisa berjalan, aku mungkin tak akan pernah merasakan kue ulang tahun dan meniup lilin. Ya, di usia 5 tahun itulah perayaan ulang tahun pertamaku, niatnya adalah syukuran karena akhirnya gadis kecil Pak Nasir itu akhirnya bisa berjalan.


Sedikit curhat juga, kenapa aku kadang lupa dengan tanggal lahirku. Karena aku lahir di bulan Juli. Ya, bulan Juli. Di bulan ini, tepatnya tanggal 5, hampir setiap tahunnya selalu bertepatan dengan liburan, Baik liburan sekolah maupun liburan kuliah. Jadi, tak pernah sekalipun aku merasakan di kerjain habis-habisan oleh teman-temanku. Kalau biasa yang ulang tahun itu seringnya dibikin seru dengan di lempari telur, tepung dan bahkan barang menjijikkan lainnya, alhamdulillah aku tidak pernah mengalaminya. Pun, jika tinggal di kost, asrama. Biasanya yang ulang tahun itu akan diacak-acak kamarnya, atau dimusuhi dulu oleh teman-teman, lalu pada akhirnya diberi kejutan. Alhamdulillah aku tidak pernah mengalaminya. Jujur saja, kadang ingin juga jadi obyek kegilaan itu, meski itu konyol tapi sepertinya seru dan terkenang.

Hadiah-hadiah dari teman-teman? Oh... sekali lagi, karena selalu berulang tahun saat liburan, tak pernah ada satu pun hadiah yang mampir. Ngarep? Sepertinya bakalan terharu ya mendapatkan kado dari teman yang diselipkan di tas, atau disembunyikan di bawah meja, di bawah lipatan baju atau yang lainnya. Sepertinya... Ah, tapi tak apa, setidaknya, dengan teman-teman tak pernah mengerjai aku. Maka jika aku banyak mengerjai teman- teman yang berulang tahun, mereka tak akan pernah bisa membalasnya. Hahaha.
Meski aku tak pernah mendapatkan kejutan mengharukan, berarti Allah menempatkan aku sebagai pemberi, memberi hadiah pada teman-teman yang ulang tahun. Biarlah mereka yang mengenangku.

Ibu dan ayahku bukan orang yang mengistimewakan ulang tahun, jadilah aku dan adik-adikku kadang lupa kapan ulang tahun kami. Jika ada satu orang yang ingat, pasti memberi selamat, lalu salim dan mendoakan. Sudah cukup! Aku pernah bilang pada ayah

“Ayah, masak aku ulang tahun kita nggak pergi kemana gitu?”

“Ngapain, di rumah saja, banyak-banyaklah berdoa, biar kamu bisa sukses” Lalu aku pernah merajuk pada ibu “Buk, beliin aku kado boneka”

“Bonekamu kan sudah banyak, udah nggak usah beli lagi, uangnya di tabung. Kamu nggak lihat itu di tivi, anak-anak jalanan itu, untuk makan saja susah. Mereka nggak pernah minta kado. Kalau kamu rajin belajar dan pinter ngaji, pasti Allah kasih kado buat kamu”

Akhirnya, 5 Juli setiap tahunnya, selalu terisi dengan untaian doa dan kadang-kadang buliran air mata. Doa agar aku bisa diterima di sekolah A, doa agar aku lolos ujian, doa agar aku bisa kuliah dan doa agar aku diterima di dunia baruku. Doa-doa yang alhamdulillah kini sudah tergenapi.

Malam ini, di penghujung 5 Juli, aku akan kembali berdoa. Ya Allah, ampuni dosa-dosaku, dosa-dosa orang tua dan adik-adikku. Berikanlah kesehatan pada ayahku, angkat penyakitnya dan jadikanlah beliau kuat menjalani hidup ke depan terlebih memenuhi panggilan-Mu Oktober nanti. Berikanlah kesehatan pula pada ibuku, wanita hebat yang selalu membuatku kuat. Aku mencintai mereka. Sungguh! Jagalah mereka untukku dan adikku.

Ya Allah, terima kasih telah memeluk impianku. Menjadi penulis dan guru, terima kasih atas kesempatan ke Malaysia itu, juga terima kasih atas wisuda 10 Mei. Allah, aku hanya ingin ayah dan ibuku melihatku bertoga, karena jika aku lulus bulan Oktober, bisa dipastikan tak ada mereka di sisiku, itu yang pernah aku pinta. Alhamdulillah Kau kabulkan semuanya. Allah, jadikanlah aku kakak yang baik untuk dua adik lelakiku itu, aku hanya ingin mereka menjadi lelaki Sholih yang bertanggung jawab pada belajarnya. Kini mereka sudah dewasa Ya Allah. Ayahku sudah lemah, ibuku pun banyak yang harus diperhatikan dan di selesaikan, Yang kutahu dunia lelaki itu mengerikan dan banyak godaan, Untuk itu, jagalah adik-adikku tetap di jalan-Mu. Sebagai kakak, aku hanya ingin melihat mereka tumbuh dewasa dan bahagia, mereka terlalu muda untuk menerima getir cobaan-Mu selama ini. Kuatkanlah Ya Alalh.

Jika Kau meridhoi, ada banyak impianku setelah ini. Kau tahu kan? Aku ingin sekali melanjutkan kuliah, aku yakin bisa mencapainya, meski hari ini aku tak tahu biayanya darimana. Aku percaya, selalu ada jalan bagi yang mencari dan terus berjalan kan? Mudahkanlah aku dalam usahaku, agar aku bisa mengumpulkan biaya untuk masterku. Amin.

Allah, sudahkah aku menjadi maratus sholihah? Tuntunlah aku untuk terus memperbaiki diriku ya. Bantu aku menjaga kalam itu. Allah, tahun ini usiaku sudah 22 tahun, apakah aku sudah pantas menikah? Kata orang-orang yang sering bertanya “Rizza kapan nikah?” aku sudah pantas menikah? Benarkah? Kau tentu lebih tahu kan dari mereka tentang kepantasan dan kesiapanku? Aku sepenuhnya pasrah padamu Ya Allah. Tahun ini, tahun depan, tahun depannya lagi?  Kalau aku sudah Kau nilai siap menikah, pertemukanlah aku dengan Mas ya, mudahkanlah prosesnya dan jadikanlah kami saling mencinta hanya karena-Mu. Aku tidak tahu siapa Mas itu, apakah kami sudah pernah bertemu? Atau kami baru bertemu nanti?

Aku hanya perempuan biasa yang jauh dari sempurna Allah, aku pun hanya ingin lelaki sederhana yang sholih. Bisa mengimami aku sholat, menerima kekuranganku dan tak malu berjalan di sampingku. Mencintaiku dan kucintai. Ah... Kau tentu lebih tahu yang pas untukku. Jadi, aku manut pada-Mu

Dua puluh dua, terlalu tua jika disebut remaja, tapi juga belum tua untuk disebut dewasa. Di sisa umurku, semoga dapat menjadi pribadi lebih baik lagi. Khoirun Naas Anfa’uhum Linnaas. Insyaallah. Terima kasih atas hidup yang penuh perjuangan ini Allah, aku menikmatinya. Terima kasih!

Rizza Nasir

Kediri, 5 Juli 2014



Tidak ada komentar:

Posting Komentar