Kamis, 18 April 2013

AKTIVIS YANG MANIS




Masih ingatkah kalian saat-saat pertama kali lulus dari SMA. Saat status siswa sudah selesai ditunaikan. Saat ujian-ujian sekolah yang mendebarkan sudah menemui hasilnya. Masih ingat? Bagaimana rasanya? Pasti senang sekali ya? Atau malah sedih? Senang karena karena kita tak lagi disebut ‘anak sekolahan’, senang karena lulus ujian. Sedih. Karena berpisah dengan teman-teman SMA yang ceria, sedih berpisah dengan guru-guru. Bukankah setiap pertemuan pasti ada perpisahan?

Setelah menjadi mahasiswa. Belajar menyesuaikan dengan iklim belajar yang berbeda dari sebelumnya. Berniat menjadi mahasiswa yang baik. Belajar sungguh-sungguh. IP bagus dan orang tua bangga. Sebuah cita-cita yang sungguh mulia. Di perjalanannya mahasiswa mulai mengenal banyak budaya. Lingkungan yang berbeda. Multikultural Environment. Seorang mahasiswa akan mulai menoleh ke kanan da ke kiri. Memilih organisasi mahasiswa yang sesuai dengan minat, bakat dan pemikirannya.


Sebagian mahasiswa, menganggap organisasi mahasiswa hanyalah sebagai hiasan masa kuliah. Mendaftar, ikut pembekalan, dan kemudian menghilang. Jika ditanya Kamu ikut organisasi apa? Dengan bangga ia menyebutkan sederet organisasi yang ia masuki. Aktivis jenis ini adalah aktivis yang masuk daftar seleksi alam organisasi.

Bagi aktivis yang memang organisatoris sejati. Ia akan menggaap organisasi kuliahnya bukan hanya hiasan namun menu utama. Bukankah lebih banyak waktu luang daripada waktu kuliah? Waktu ini ia manfaatkan untuk berorganisasi. Mendaftar mengikuti pembekalan lalu berproses di dalamnya. Berkomitmen untuk memproses dirinya, mengembangkan potensinya menjadi anggota atau kader yang baik. Tak hanya sebagai ‘anggota struktural’ yang namanya tercantum dalam ‘susunan kepengurusan’ namun juga ‘anggota kultural’ yang bekerja untuk mengembangkan potensinya dan mengembangkan organisasinya.
Banyak juga teman-teman aktivis yang terlalu cinta pada organisasinya. Hingga ia lupa tujuan utamanya menjadi mahasiswa. Awalnya ia dikirim ke kampus oleh orang tuanya untuk belajar namun cintanya pada organsasi telah membutakan matanya. Saya akui organisasi memang memberikan peran besar terhadap perkembangan pemikiran, keilmuan dan kemampuan bersosialisasi. 

Karena dalam organisasi, kita mengenal banyak mahasiswa dari berbagai jurusan, kultur dan pemikiran. Di organisasi pula kita menemukan orang-orang yang bisa kita sebut 'keluarga' di perantauan ini. Terkadang asyik berorganisasi, lupa dengan tugas kuliah, jadwal kuliah, bahkan ujian pun tak diikuti. Sudah bisa dipastikan aktivis jenis ini akan lebih lama tinggal di kampusnya.
Lalu bagaimana menjadi aktivis? Aktivis yang manis? Idealnya aktivis itu adalah mereka yang mau berproses di organisasinya. Tak hanya nampang sebagai anggota struktural semata namun juga menghidupinya. Selain itu ia juga tak lupa dengan tujuan utamanya menjadi mahasiswa. Belajar di ranah keilmuan yang dipilihnya. Ia pun tak lupa kewajibannya pada Tuhannya, tetap menjaga sholatnya meskipun aktivitas di kampus dan organisasi menyita waktunya.

Ah kamu terlalu idealis Za, Mungkin ada diantara teman-teman yang membatin begitu. Ya idealis memang. Itu idealnya. Namun nyatanya menjadi aktivis mahasiswa yang manis tak semudah menuangkan coklat manis diatas selembar roti tawar. Butuh konsistensi dan keistiqomahan tingkat dewa untuk bisa mencapainya. Bisakah? Bisa. Tak sedikit aktivis mahasiswa yang meskipun organisasinya sederet, aktivitasnya bejibun namun kuliahnya tetap memuaskan. Dia bisa, kenapa kamu tidak?

Bagaimana menjadi aktivis yang manis? Pertama, tetap fokus pada tujuan utamamu. Belajar. Jalani kewajibanmu itu dengan semestinya, Kedua Jadilah aktivis yang menghidupi. Ketiga, atur waktu sebaik-baiknya. Waktu ada 24 jam. Jika diatur seefisien mungkin kamu akan bisa berorganisasi sekaligus menyelesaikan semua tugas kuliahmu. Mengatur waktu. Ditulis gampang, dibicarakan gampang, tapi dilakukan susah Za, Belajarlah. Belajar menjadi manger bagi dirimu sendiri. Waktumu adalah milikmu. Keempat, Jangan malas dan jangan banyak alasan. Inilah penyakit paling akut pada mahasiswa.Malas dan alasanmu akan menyebabkan tugas organisasi dan kuliahmu menumpuk. Akhirnya, saat semua menuntut adanya dirimu, kamu memilih mengalahkan salah satu. Kasihan kan?

Ketika kamu sudah mendaftar menjadi aktivis sebuah organisasi, maka kamu sudah bersiap diri untuh hidup di dalamnya, memberi harapan padanya untuk mengembangkan dan menghidupinya, lalu ketika tiba-tiba kamu menghilang dan hanya memilih menjadi anggota structural saja. Dan ketika orang bertanya padamu tentang apa organisasimu? Dengan bangga kamu menyebutnya namanya. Bukankah itu memalukan? Wallahu’alam
Yuk belajar menjadi aktivis yang manis ^_^
Rizza Nasir



Tidak ada komentar:

Posting Komentar