Rabu, 15 Januari 2014

Tataplah Wajahnya dan Berdamailah


Ketika kita marah pada seseorang atau kecewa pada semua yang ada, maka kita cenderung meluapkannya dengan kata-kata, atau tingkah yang berlebihan untuk meluapkan amarah itu. Terlebih seorang wanita, yang notabene memiliki kebutuhan mengeluarkan kata-kata atau suara tiga kali lipat lebih besar dari lelaki. Itulah kenapa wanita dikenal makhluk yang cerewet.

Saat emosi memenuhi hati, kita akan cenderrung menyakiti. Saat amarah itu meluap, kadang-kadang kita tak bisa menahannya membanjir pada siapapun, lewat kata-kata tertulis atau terlisan. Kebanyakan manusia memang begitu, sangat sedikit manusia yang bisa mengelola amarahnya dengan bijak. Banyak hubungan merenggang karena amarah, banyak hati tersakiti karena emosi.

Sekali waktu cobalah tatap wajah orang yang kita sedang sensi dengannya. Tatap wajahnya dan rasakan betapa dia yang kau beri marahmu adalah orang biasa. Orang biasa yang memiliki khilaf dan cela. Marahmu padanya mungkin karena dia tidak seperti yang kau inginkan, atau jangan-jangan marahmu padanya karena kau tak mengerti apa yang dia maksudkan?



Sebagai manusia kita sering salah paham. Salah memahami apa yang dipahami orang lain. Paham yang tak sama sering membuat kita saling menoreh luka. Sekali lagi, tatap wajahnya atau jika kau tak bertemu dengannya, tatap fotonya, atau jika kau tak punya fotonya, hadirkan dia dalam khayalmu. Dalam pandangmu itu, lihatlah dia seutuhnya, sama sepertimu dia juga terus belajar sebagai manusia.

Dalam tatapmu, ingatlah, dia pernah berbuat sesuatu untukmu, dia pernah membuatmu tertawa, dia pernah mendengarkan kau bercerita, dia pernah meluangkan waktu untuk bertemu denganmu, dia pernah memberi apa yang kau minta, dia pernah membantumu apa yang kau tak bisa, dia pernah mengalah padamu, dia pernah mengajarimu sesuatu, dia pernah memberitahumu ini itu. Awalnya dia bukan siapa-siapa, tapi sejak kau mengenalnya dia memberimu banyak hal.

Dalam tatapmu, ingatlah, dia pernah mengandung anakmu, dia pernah mengerang kesakitan demi kau menjadi ayah, dia pernah bangun pagi-pagi untuk membuatkanmu sarapan, dia pernah membuatkanmu makanan kesukaan, dia pernah merapikan bajumu, dia pernah rela menunda makan demi menunggu kau pulang, dia pernah merawat sakitmu, dia pernah mendidik anak-anakmu dan dia pernah kau minta menjadi istrimu. Awalnya dia bukan siap-siapa, tapi setelah kau minta dia dari ayahnya, dia rela meninggalkan hidupnya dan impiannya, demi membersamaimu.

Dalam tatapmu, ingatlah, dia pernah mengucap janji pada Allah untuk menjagamu, dia pernah mengantarkanmu kemana pun kau mau, dia pernah memberimu hadiah tanpa kau minta, dia pernah menjagamu, dia pernah melindungimu, dia pernah melawan rasa takutnya untuk menemanimu melahirkan anakmu, dia pernah mengumandangkan adzan dan iqamah di telinga bayimu, dia pernah bangun malam untuk menggendong anakmu, dia pernah menjadi imam shalatmu. Awalnya dia bukan siapa-siaapa, tapi setelah kau menjadi tanggung jawabnya, dia rela berpeluh dan berpikir keras untuk menghidupimu.

Dia, sahabatmu, istrimu, suamimu. Dia yang sekarang kau sedang marah padanya. Sebenarnya bukan pernah tapi selalu. Dia bukan hanya pernah baik dan berkorban untukmu tapi dia akan selalu begitu selamanya. Jika kau marah padanya kini, ingatlah dia juga manusia sama sepertimu. Sejenak lupakan amarahmu, ingatlah semua kebaikannya dan terus doakan selamanya dia akan jadi orang baik.

Amarah dan luka adalah sebab akibat dari luapan emosi yang tak terkendali. Amarahmu itu pasti menggores luka. Tutuplah lukanya dengan kata maaf dan cobalah memperbaiki semuanya. Bicarakan lagi, baik-baik. Pahamilah dia seperti dia memahamimu. Jika di dunia ini selalu saling memahami dan mengasihi tentu tak akan ada lagi yang tersakiti.


Tatap kembali lekat-lekat wajahnya, orang yang selalu ada di hatimu, sebagai sahabat dan belahan jiwa yang dipilihkam Allah untukmu. Ini ikatan agung, jangan biarkan terlerai karena emosi yang berderai  Dia bukan malaikat, dia adalah manusia biasa, sama sepertmu. 

Tataplah wajahnya, selami kebaikan dan keikhlasannya dan berdamailah!

Rizza Nasir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar