Sabtu, 04 Januari 2014

My Letters : UNTUK TEMAN PERJALANAN DUA TAHUN



Apa kabar Kawan? Sudah nggak capek lagi kan? Terima kasih ya atas ajakan perjalanan dua tahun kemarin. Tahu tidak, bersama kalian semua itu serba pertama....


Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku pergi dari kamarku di tanggal tiga puluh satu akhir tahun, tahun-tahun sebelumnya aku hanya di rumah bersama ayah dan ibuku, menonton acara tahun baru di tivi, dan merapal doa di jam 12 malem, tapi tahun akhir tahun kemarin ritualku lebih ramai dari biasanya. Karena ada kalian.

Istimewa. Kenapa? Selain karena bagiku ini yang pertama tapi juga boleh jadi kebersamaan kemarin itu yang terakhir bagi kita. Karena setelah hari kemarin, kita akan disibukkan dengan PKLI, skripsi lalu wisuda. Kemarin itu memang the last tapi aku harap bukan the least ya.

Perjalanan dimulai pukul 12.00 WIB sampai pukul 16.00, empat jam dan berhenti hanya sekedar ngisi bensin dan sholat. Empat jam menuju sebuah tempat yang lagi-lagi pertama bagiku. Bajulmati. Dimana dan seperti apa tempatnya? Aku sama sekali awam. Aku percaya saja, kalian lebih tahu dan tentu saja tak akan mengecewakanku dengan kebersamaan ini.

Ada dua kloter pemberangkatan, kloter pertama Aku, Aril, Najib, Suci, Fitri, Karim. Berangkat lebih dulu, beriringan,  hingga empat jam kemudian kita sampai di sebuah tempat namanya Sitiarjo dan selanjutnya aku menemukan tulisan Pantai Bajul Mati dan Pantai Ungapan. Hujan mendera, sejak di perjalanan tadi sampai ditujuan kini, hujan tak henti.



Bagaimana ini? Ngiyup nangdi? Kata Fitri. Akhirnya ada pencerahan, munculah nama Kak Izar. Kak Izar, siapa dia, anak pramuka? Akhirnya kita melanjutkan perjalanan sampai ke sebuah tempat yang kemudian kutahu namanya yayasan Harapan di Desa Gajahrejo. Kak Izar yang kukira anggota racana UIN itu ternyata adalah seorang bapak paruh baya, penyabar kelihatannya.

Baru saja kita sampai, Kak Bob, begitu Fitri menyebutnya mengajak kami melepas ikan. “Ayo habis ini ikut kita melepas ikan” Melepas ikan? Dimana? Apa Bapak ini punya tambak?  Setelah sholat Ashar kalian berlima memakai pelampung, lengkap dengan helmnya, melepas ikan kan? Ngapain pakai pelampung?

“Mbak Rizza, ikut tidak?”
“Kira-kira aku bisa tidak Fit? Kalau aku bisa, aku pengen ikut”
“Ya sudah ayo”

Fitri membawakan satu pelampung untukku, motor di jalankan. Desa gajahrejo ini benar-benar desa yang masih alami, penduduknya masih jarang-jarang, jalanannya masih bebatuan, sawah-sawah dan berbukit-bukit. Terus berjalan mengikuti alur jalanan. Sebenarnya kita itu mau kemana?

Sampailah kita ke tempat itu, tempat yang kalian bilang sebagai tempat melepas ikan, jalanan bebatuan terjal  besar-besar, yang jika aku ingin melewatinya maka aku harus mendaki, harus mencari pijakan yang benar, yang kuat. Aku tak percaya bahwa aku bisa, aku bisa sampai di mulut goa, Goa Coban, sebuah goa yang dilindungi batu-batuan dan rawa-rawa, dan kita telah melewatinya, aku telah melewatinya, tentu saja berkat bantuan kalian.

Fitri, thanks ya, sudah mempercayakan aku kalau aku bisa melalui ini semua. Kamu yang meyakinkan aku diawal perjalanan, kamu yang memasangkan pelampung hingga memastikan aku benar-benar nyaman dan aman.

Suci, terima kasih ya buat gapaiannya, gandengan tangannya, juga pahamu untukku panjat naik, sakit ya? Maaf ya cus..

Najib, Aril, Karim, thanks banget, kalian mau bantu aku, estafet jaga aku, cariin pijakan yang benar-benar kuat untuk kakiku, tak segan-segan menggapai dan menyambut tanganku jika aku butuh pegangan. Aril, thanks buat sepatumu yang kupakai dan kamu terpaksa nyeker. Najib, kamu juga nyeker gara-gara itu lebih aman untuk membantu estafet bantuin aku

Kalian berempat yang mau nyeret aku di air, gara-gara airnya dalam dan aku nggak mungkin bisa berjalan.

Tenang Mbak Rizza, rileks aja”
“Tenang  Za, kamu percaya kan sama aku?”
“Sini, tak seretin, enak kan kamu kalau begini”
“Nanti kamu pasti lecet-lecet biru-biru lho Za kena batu, nggak papa kan”
“Za, nanti kamu baliknya masih kuat kan?”
“Mbak nggak nyampai ya, sini injek aja pahaku”

Kalian, kenapa kalian diciptakan begitu perhatian? Aku mengenal kalian tiga tahun ini, selama ini kita selalu sekelas, bahkan Fitri pernah jadi teman sekamarku di mabna Khadijah dulu. Selama itu pula kalian selalu baik padaku. Di petualangan kita ke Goa Coban kemarin, aku semakin tahu bahwa kalian benar-benar teman yang diberikan Allah untuk memberi warna di akhir tahun 2013 yang kupunya. Kalian benar-benar menjagaku dan tak ingin sedikit pun aku terluka.

Tahukah, jika aku di rumah, mungkin ayah dan ibuku tak akan pernah membolehkanku mencoba hal seekstrim itu, aku sendiri mungkin juga tak akan pernah berani, tapi bersama kalian, aku mencobanya. Kalian yang menguatkan dan membantuku. Memperjuangkan aku, agar aku sampai di pintu goa dan pulang lagi dengan selamat. Melihat kalian keluar dari goa dan dengan yakin mengajariku berenang, ramai-ramai menyemangatiku. “Ayo Za, kamu pasti bisa”

Berangkat dengan menjagaku bagaimanapun caranya, pulangnya pun kalian masih melakukan hal yang sama, bahkan lebih ‘gila’. Napas kalian terengah-engah demi aku, aku mendengarnya. Kalian bergiliran membantuku, aku merasakan genggaman kalian yang begitu kuat.

Di pematang sawah, keluar dari zona tantangan itu. Kalian ramai-ramai mengucapkan selamat padaku.

‘Rizza, selamat, kamu berhasil!” itu kata Aril
“Mbak Rizza hebat!” itu kata Fitri dan Suci
“Wah kalau perjuangan kita tadi di video pasti yang liat mbrebes mili ya” kata Najib

Jib, kita sudah di video kok sama Allah, Allah sudah melihat semuanya, melihat perjuangan kita, perjuangan kalian membantuku sampai ke tujuan dan menjagaku hingga kita pulang. Yang mbrebes mili itu aku. Di sujud syukurku malam itu, air mataku luruh, jatuh.

Aku nggak lecet sedikitpun, mungkin ada biru-biru tapi kalian tentu tahu aku gadis yang kuat kan? Aku nggak apa-apa. Aku sehat, karena ada kalian aku terjaga. Allah benar-benar mengirimkan para penjaga yang luar biasa.

Kalian dengan legawanya mengucap selamat untukku, padahal kalian pun tahu, tanpa ada kalian aku tak mungkin bisa melewati ini semua, bahkan aku mungkin tak bisa melampaui batu bahkan satu saja. Selamat buat kalian yang telah sukses menjagaku, sukses membuatku merasakan tantangan alam seekstrim itu untuk pertama kalinya bahkan mungkin tak akan pernah terulang lagi. Selamat, hadiah Allah menanti. Entah apa itu, tapi aku meminta sebuah hadiah terindah untuk penjagaan kalian atas diriku.

Arum, Rifki, Navis, War’i, Fifin, Lala, Aris.... kalian kloter kedua. Sayang ya kalian tak ikut petualangan ini, tapi setidaknya kalian sudah foto-foto di pantai kan? Terima kasih juga kalian memahamiku, mengerti aku seutuhnya. Kekuranganku, fisik, sifat dan semuanya. Kalian bisa menerimaku dan mengajarkan aku banyak hal. Bersama kalian, aku merasa punya kakak. Kakak yang melindungiku dan memahamiku, pun dengan aku yang kekanak-kanakan ini


Terima kasih banget ya, buat semuanya. Aku tak bisa membalas apa-apa, hanya sepaket doa, meminta Allah menyediakan kado untuk kalian. Kalian memang TERBAIK



Ini dulu ya dariku, selamat malam dan selamat beristirahat, kalian pasti capek banget kan? Besok masih ada pembekalan PKLI menanti


Salam
RIZZA NASIR



Tidak ada komentar:

Posting Komentar