Rabu, 22 Mei 2013

AIR MATA TERAKHIR

Mungkin air mataku beberapa hari yang lalu adalah air mata terakhir, seperti janjiku dulu. Aku tak akan pernah menangis lagi. Janji itu janji yang sering kuingkari karena kerapuhanku. Air mata malam itu aku rasa memang benar-benar air mata nelangsa yang paling terakhir. Jalan malam-malam dari pertigaan Sardo ke rumah. Entahlah kenapa malam itu rasanya sangat menyakitkan

Tak ada yang bisa menjemput, tak ada, semua teman rumahku sibuk dengan tugasnya dan pasangannya. Malam itu, aku benar-benar merasa kecil, tak ada daya, hanya air mata yang mengalir. Ditambah kabar ayah yang kembali masuk rumah sakit. Ayahku kembali dirawat karena gula darahnya yang menurun. Malam itu, air mataku mengandung banyak arti. Kesedihan, nelangsa, takut dan  kerinduan. Kerinduan untuk pulang dan menunggui ayahku di rumah sakit.


Malam ini masih dengan kejadian yang sama tapi aku sama sekali tak menangis. Padahal tantangan malam ini justru lebih menakutkan. Bayangkan, aku diturunkan len ABG di tengah jalan karena memang terlalu malam sopirnya ingin pulang. Berjalan ke seberang dan menunggu lama len jurusan stasiun. Tak ada. Hanya ada bapak becak tua. Mbecak jam sembilan malam ke stasiun. Tak ada lagi AL disana. Sepi.

Untuk ada tukang becak yang menemaniku sampai akhirnya aku mendapatkan len paling akhir malam ini yang jalan ke arah Dinoyo. Jam 21.10 aku naik ADL dengan terdiam. Ada yang berkecamuk di hati ini. Malam ini apa-apaan? Aku benar-benar melewati malam di jalanan dengan ketidakpastian. Naik apa?  Masih adakah jam segini? Hanya alhamdulillah yang bisa kubilang saat aku menaiki ADL.

Ada lagi. Turun dari mobil pribadi itu aku harus berjalan satu kilometer untuk sampai ke kontrakan. Malam, habis hujan. Rumah-rumah tertutup, hanya terdengar suara pria-pria dewasa yang bercengkrama. Beberapa penjual nasi goreng yang kulewati sejenak tertegun ketika melihat aku lewat. Makhluk darimana nih? Seperti biasanya aku hanya bisa membalas tatapan dengan senyuman.

Entahlah, dengan perjalanan malam ini aku sama sekali tidak menangis. Sungguh aku tidak menagis. Bahkan aku tersenyum saat ditanya teman-teman kontrakanku. Pulang dengan siapa mbak Rizza? Bysikil  ^_^

Kadang aku tertawa jika mengingat betapa mudahnya aku bersedih, mudahnya aku trenyuh, mudahnya aku kasihan, mudahnya aku nelangsa. Malam ini, aku sama sekali tak merasakan seperti yang sebelumnya aku rasakan. Aku benar-benar biasa. Sangat biasa. Tak ada sedih, tak ada nelangsa. Melewati malam ini dengan langkah kaki ringan. Tanpa takut sedikitpun. Meski aku sendirian.

Aku sudah bilang kan, aku tidak mau menjadi lemah, aku tak mau terlihat lemah. Meski akhirnya banyak yang menyangka aku terlalu ngoyo pada hidupku. Harusnya aku tak senekat itu dengan kondisiku yang seperti ini. Kawan, kalau aku terus memperhatikan komentar senada itu aku akan terus rapuh, aku benci kerapuhan. Aku ingin jadi gadis yang kuat.

Air mataku malam itu adalah air mata terakhir, aku janiji. Malam ini aku telah menemukan waktuku. Waktuku untuk menjadi kuat, lebih kuat dan selalu kuat. Air mata memang identik dengan wanita. Aku bahagia dengan air mataku yang berlebih. Air mataku mungkin tak akan berarti kesedihan lagi, tak akan ada kerapuhan. Aku kuat sekarang . Air mata terakhirku malam itu. Malam ini, malam esok aku hanya akan tersenyum lebih lebar lagi.

Assalamualaikum cinta,
Aku janji aku tak akan menangis lagi. Aku akan jadi wanitamu yang kuat, yang daya juangnya tinggi sepertimu, yang masih terus bermimpi dengan impian yang semakin banyak saja. Entahlah, seperti yang biasa kutuliskan, kadang air mata itu muncul karena ketidakmampuanku mobile kemana-mana. Karena aku masih harus terus berjalan. Maaf ya, aku tak seperti wanita yang dimiliki teman-temanmu. Yang dengan santainya ,mereka bisa kemana-mana sendiri dengan motornya.

Maaf ya Mas, aku tak bisa seperti mereka. Tapi aku janji aku akan belajar naik mobil. Bulan ini alhamdulillah mobilku akan datang. Aku akan belajar Mas,  belajar mengendarainya agar kelak aku tak terlalu merepotkanmu. Aku akan bisa mengantarkan anak-anak kita ke sekolah sendiri. Tanpa harus memperlambatmu berangkat kerja.

Maaf juga ya, aku sudah pernah dibonceng temen lelakiku. Bareng pulang, bareng jalan, bareng silaturahim. Just that. Maaf. Mereka baik padaku, mereka hnaya ingin menolongku. Aku terpaksa, karena aku tak bisa mengendarainya dan aku butuh bantuan mereka. Maaf ya...

Mimpi lamaku kembali terkuatkan Mas, S3. Aku ingin terus belajar sampai S3. Entahlah aku dapat uang darimana, tapi aku yakin aku bisa. Aku akan buktikan Mas, bahwa orang yang mempunyai kekurangan sepertiku bisa pinter. Bisa menjadi doktor bahkan profesor. Agar orang-orang yang senasib denganku tak lagi  dipandang sebelah mata. Agar banyak kaumku yang termotivasi untuk terus berjuang mencapai prestasi tertinggi ditengah keterbatasan. Aku harus berguna bagi keilmuan. Aku ingin terus hidup di dunia literasi ini. Boleh ya?

Aku janji, aku akan menjaga anak-anak kita, karena itu tugas utamaku sebagai seorang ibu. Aku akan menjadikan pagi dan siangku milik anak kita dan murid-muridku, mahasiswaku dan malamku untukku belajar dan untukmu. Seperti  kumcer Sajadah Cinta yang pernah kubaca, Tentang Dr. Rasyid ya kalo nggak salah namanya. Aku ingin seperti mereka. Nanti kita menuntut ilmu sama-sama ya. Sampai tua.

Aku masih terus belajar menjaga hati untukmu, untuk hanya mencintaimu yang mencintaiku. Kau yang sampai kini masi h terus kudoakan dalam sujudku. Semoga kita segera bertemu.Karena citaku yang kesekian adalah menikah muda. Karena aku ingin terjaga dan menjagamu. Ayah dan ibuku merindukan tawa putra putri kita. Mas, salam buat ibu ya.

Mas,  sudahkah aku mengenalmu? Entahlah, aku sendiri juga tak tahu
Rizza Nasir


Tidak ada komentar:

Posting Komentar