Sabtu, 07 Maret 2015

Kenapa Harus Anjing?

Sejak mediasi antara Gubernur DKI, Basuki Thahaya Purnama (Ahok) dan anggota DPRD digelar dan tanpa kesepakatan. Berakhir ricuh dan saling mengumpat. Saya sempat menonton video jalannya mediasi ini. Awalnya berjalan tenang dan terjadi diskusi yang aktif antara Ahok,mediator dan DPRD. Kericuhan baru terjadi di 15 menit sebelum mediasi harus diakhiri karena tidak kondusif.

Bermula dari Ahok yang menyampaikan pembelaannya atas keputusan menyerahkan draf hasil E-Budgeting, dengan nada keras dan jari telunjuk menunjuk-nunjuk anggota DPRD, Ahok memaparkan alasan-alasannya, ia juga menantang anggota DPRD yang terkait untuk membuktikan apa yang telah mereka sepakati. Saya tak tahu pasti, tapi setelah kejadian ini, semua anggota DPRD berubah emosional. Ada yang berjalan ke depan dan berteriak-teriak kepada Ahok, ada pula yang hendak walk out.


Setelah mediasi ditutup, suasana masih tegang, DPRD riuh, benar juga, saya dengar umpatan dari beberapa bapak-bapak DPRD yang sangat emosional. Saya juga mendengar teriakan “Nggak pantes! Nggak pantes!” dan yang paling jadi sorotan orang sekarang adalah kata “Cina Anjing!” Entahlah, dari mulut siapa umpatan itu terlontar. Dari partai apa dan fraksi apa saya tidak tahu pasti, saya juga tidak peduli dari partai apa. Toh, umpatan itu keluar dari mulut personal bukan dari TOA partai, jadi menurut saya, mulut-mulut yang mengumpat dalam mediasi itu, apapun umpatannya sangat tidak pantas.

Melalui tulisan ini saya hanya ingin bertanya: Kenapa harus pakai kata Anjing sih untuk mengumpat? Padahal kan masih ada hewan-hewan yang lain to! Kenapa pilih Anjing? Entahlah! Tapi Anjing jadi mainstream di Indonesia sejak dulu jadi bahan umpatan, atau dalam bahasa jawa pisuhan.

Anjing tetaplah Anjing, tidak ada yang salah dalam pengucapannya. Akan jadi umpatan kalau itu diucapkan dengan emosi yang berlebihan. Mawar pun kalau diucapkan dengan emosi pasti jadi umpatan, itu kalau semua orang menyetujui.

Misal : Dasar mawarrrr!!!

tapi sayangnya yang disepakati dan sering dipakai adalah Anjing

Perlu dipahami : ucapan yang keluar dari manusia disebut bahasa itu karena biasa dipakai, disepakati dan maksudnya dimengerti

Oh, kasihan anjing, yang sabar ya Njing, manusia emang gitu! puk puk puk

Terakhir, untuk semua anggota dewan terhormat. Saya percaya Anda semua beragama dan beradab. Jaga sikap kalian. Jaga lisan dan perbuatan! Terlebih saat rapat dalam forum formal seperti itu, tak hanya sekali saya lihat anggota DPR ricuh saat rapat, naik-naik meja, lempar kursi dan mengumpat. Bukankah dalam rapat ada aturannya, menyanmpaikan pendapat dan berdebat juga ada aturannya?

Gus Dur pernah berseloroh “Anggota DPR itu seperi anak TK” saya tak berharap akan menjadi turun level menjadi seperti playgroup. Saya percaya  tak semua anggota DPR se-childist itu. Tentu masih ada dewan yang bijak dan dewasa. Tak mudah terpancing emosi dan serius mengabdi untuk negeri. Semoga segera ada titik terang untuk Ahok dan DPRD DKI Jakarta.

Salam

1 komentar: