Selasa, 04 November 2014

Diary Appendectomy #4 Dua malam Jogja, dan Bayangan Kematian


Setelah USG  yang menyakitkan itu. Perawat membawaku ke ruang dokter. Dokter melihat lembar USG itu sekilas lalu menatapku lekat-lekat.

“Kamu sendirian kesini?” tanyanya menyelidik

“Iya Dok saya sendiri, katakana saja. Saya siap mendengarnya”

“Kalau operasi kamu berani?”

“Apa memang harus dioperasi Dok? Kalau minum obat saja bagaimana?”

“Hasil USG ini menunjukkan kalau usus buntu kamu adalah usus buntu akut, harus segera dioperasi”

“Ya sudah Dok kalau memang begitu, saya siap dioperasi!”

“Baik. Suster tolong siapkan kamar untuk Mbak Rizza ya”

Aku tercenung, ngamar saiki? 


Dok, maaf tapi Mbak Rizza setengah 12 ini mau ke Jogja Dok, ada tes masuk S2”

“Kamu mau tes S2 ya? Tidak bisa ditunda?”

Tidak Dok ini gelombang terakhir, saya sudah lama ingin S2 Dok, saya harus ke Jogja siang ini! Hanya dua hari saja, saya janji setelah tes selesai saya akan segera ke rumah sakit menemui dokter. Setelah itu lakukan tugas Anda! Saya pasrah! Tapi untuk sekarang izinkan saya ke Jogja dulu, saya ingin mencoba mewujudkan impian saya untuk S2 sebelum saya mati”

Kulihat dokter itu tercenung melihatku, mungkin dia heran, berani-beraninya aku berkata sepanjang itu dan menolak sarannya, apa lagi dengan penyakit akut yang harus segera dioperasi. Tapi sungguh, aku tak ada pilihan lain, aku benar-benar ingin kuliah S2 dari dulu. Tapi justru di saat kesempatan itu datang, Allah mengujiku, hingga aku harus memilih salah satu diantaranya. Aku tentu saja memilih impianku untuk bisa kuliah S2 di kota Jogja, seperti yang sudah kutulis di daftar impian beberapa tahun lalu.

“Darimana kamu tahu kalau penyakit ini bisa berujung kematian?”

“Saya sudah baca tentang appendicitis di google Dok, jadi saya sedikit tahu kalau jika usus buntu ini nanti pecah, maka saya akan mati, karena penanganan dokter akan sulit sekali. Saya janji, saya tidak akan membuat usus buntu ini pecah Dok, saya akan hati-hati”

“Baiklah Rizza, saya beri kamu resep obat yang harus kamu minum. Tapi ingat setelah tes harus segera pulang ke Kediri dan langsung kesini!”

“Dokter mengizinkan saya menunda operasi?”

“Iya! Semoga usus buntu kamu tidak pecah” sumringah aku mendengar izin dokter itu!

“Saya janji Dok! Oke saya pamit dulu ya Assa..” hampir saja aku mengucap salam. Saking senangnya aku lupa kalau beliau kristiani dan ini rumah sakit Baptis.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         perawat ke sebuah ruangan. Disitulah kecerianku yang baru sesaat lalu itu hilang. Ia memberitahukan biaya operasinya. Biaya yang cukup tinggi untuk keluargaku.  Allah tolong aku…

Untuk pertama kalinya dalam hidupku naik kereta sendirian. Dulu saat masih kecil, aku pernah naik kereta bersama keluargaku. Siang itu aku harus naik kereta seorang diri dengan sebuah penyakit yang harus segera dioperasi, nyeri yang menusuk dan pikiran yang yang semrawut setelah melihat rincian biaya operasi

Wes ora usah dipikir biayane Nduk. Wes enek. Ora usah mikir macem-macem. Pikiren tes S2-mu kuwi. Lek wes mari, ndang muleh gek operasi. Tak dongakne mugo-mugo lancar!

Itu balasan sms ibuku saat aku menanyakan apakah ibu punya uang 7 juta untuk operasi. Itu jika usus buntuku ini tidak pecah. Kalau pecah, maka biayanya 9 juta itu baru operasinya saja, belum biaya kamar, obat-obatan, check up dan lain-lain. Menerka totalnya sudah membuatku lemas.

Aku benar-benar berada dalam kondisi yang antitesis. Di satu sisi aku senang karena akhirnya diizinkan naik kereta sendirian setelah sekian lama. Di sisi lain aku memikirkan biaya operasiku. Apa yang akan kurasakan nanti dan banyak lagi. Aku benar-benar kalut!

Meski begitu aku bersyukur, karena dalam kondisi menderita usus buntu, dengan sakit yang hilang timbul selama sepuluh hari, aku masih diberi kekuatan untuk melakukan perjalanan dengan kereta ke Jogja. Saat kereta bergoyang, sakit di perutku semakin menjadi, untung saja aku seorang diri, jadi tak ada kesempatan untukku mengeluh pada siapapun, hanya merasakan sakit itu dalam diam dan doa. Allah kuatkan aku, aku mohon jangan biarkan usus buntuku pecah karena perjalanan ini, kalau pecah biaya operasinya akan semakin mahal. 

Aku hanya mengelus-elus perut bagian kanan seperti seorang ibu yang sedang hamil. Entah kenapa ketika aku mengelusnya aku sedikit tenang, meski sakitnya masih hilang timbul. Berdamailah denganku hai usus buntu! Meski kereta ini bergoyang dari tadi, jangan pecah dulu ya! Please! Aku seperti orang gila berbicara lirih pada sesuatu menyakitkan di dalam sana, mengelus-elusnya sampai aku tertidur.


Esoknya, selama dua hari kuikuti tes seleksi dengan menahan sakit di bagian kanan bawah perutku. Kujawab semampuku, sebisaku dan kuserahkan lainnya pada Allah. Allah, ini usahaku. Aku hanya bisa beberapa, selebihnya maafkan aku! Aku hanya ingin segera pulang, ke rumah sakit dan menjalani operasi, lalu sakit ini akan hilang. Hanya itu!


Dua hari setelahnya, tepatnya tanggal 14 Agustus 2014, aku memutuskan pulang. Setelah semua urusan ujian selesai, aku harus memenuhi janjiku pada dokter Dominggus. Aku harus pulang, malam ini juga, aku harus sampai di Kediri!


Jadwal kereta tak memenuhi syarat untukku sampai di Kediri malam itu. Travel juga tak memungkinan. Akhirnya aku memutuskan naik bus! Bersama dua teman baru yang kukenal saat seleksi, aku nekat ke terminal Giwangan, mencari bus yang bisa membawaku ke Kediri segera! Teman-teman baruku itu heran melihatku yang tergesa-gesa pulang. Mereka ingin mengajakku dolan sebentar, cari kuliner atau sekedar jalan-jalan. Setelah sampai terminal dan mendapatkan bus, aku baru bercerita kalau aku mengidap usus buntu dan harus di operasi besok. Seperti dugaanku, mereka kaget!


“Kamu nekat Za!”, “Kamu nggak kesakitan sekarang?”


“Ya, nekat, tapi Alhamdulillah dokter mengizinkan. Sekarang, sakit sih, tapi nggak apa-apa besok juga sudah hilang kok sakitnya” Lalu untuk sesaat kami terlibat diskusi seru, perjalanan ini akan memakan waktu 7 jam! Akan sangat membosankan jika dilalui dalam diam.


Jogja, jika Allah merestui aku akan kesini lagi bulan depan. Tapi untuk sekarang, aku harus berjuang untuk hal lain. Semoga operasi ini berhasil!







Tidak ada komentar:

Posting Komentar