Selasa, 04 November 2014

Diary Appendectomy #15 : Terima Kasih Untukmu....


Lewat tulisan ini aku ingin mengucapkan terima kasih untukmu. Untukmu yang mendoakan kesembuhan dan kesehatanku. Untukmu yang selalu ada dalam sakitku dan untukmu yang masih peduli padaku dan menguatkankanku

Untuk Ayah, Ibu, Faisal dan Farid Kalian berempat adalah harta bagiku. Kalian selalu ada untukku. Ayah, terima kasih telah memberikan asuransi atas namaku hingga aku mendapatkan pelayanan terbaik dalam penyembuhan sakit ini. Aku merasakan yang pernah Ayah rasakan. Meski apa yang Ayah rasakan tentu lebih sakit daripada rasaku. Ayah, semoga sehat selalu. Mbak Rizza sayang Ayah!

Ibu, terima kasih telah merawatku. Terima kasih telah mendengarkan rintihanku. Kalau tak ada motivasi dari ibu, mungkin aku tak akan pernah berani operasi, tak akan pernah berani dipasang kateter. Bu, ternyata begini ya rasanya sakit setelah caesar melahirkanku 22 tahun lalu? Bu, tentu rasa yang Ibu rasakan lebih nyeri dari rasaku. Karena luka bekas operasi caesar tentu lebih lebar. Bu, aku juga amat menyayangimu!

Adik-adikku. Faisal dan Farid. Kalian sudah membantuku dengan sangat baik. Terima kasih sudah mau kusuruh-suruh mengambilkan sesuatu. Tak kusangka kalian mau, biasanya mana pernah kalian mau kusuruh? Aha, justru kalian yang sering minta bantuanku. Tapi tak apalah, karena aku sakit begini, kalian jadi makin sayang padaku kan? Jangan dijahilin lagi ya Mbakmu ini, kali ini tentu saja aku tak bisa berteriak-teriak dan nguber kalian seperti dulu, jadi selamanya tetaplah jadi adik-adikku yang penurut dan baik padaku seperti saat ini ya. Aku sayang kalian kok meski kalian bregudul. Cuma kalian dan ayah ibu yang membuatku semangat melakukan sesuatu hal. Aku ingin menjadi putri dan kakak yang baik untuk kalian. Aku mencintai kalian karena Allah.

Untuk kakak-kakak sepupuku Mbak Ana, Mbak Nia, Mbak Yeti, Mas Wawan, Mbak Ita, Mbak Een, Mbak Ulfa dan Mbak Rahma  terima kasih atas doa-doanya untukku. Anak-anak kecil yang kalian bawa ke rumah sakit kala itu benar-benar membuatku terhibur. Doakan aku lebih sehat lagi ya..

Untuk Mas  Fahri, jujur aku tergetar membaca tulisanmu tentangku. Aku baru membacanya beberapa hari setelah di rumah. Aku terharu, sangat! Terima kasih telah meluangkan waktu untuk menulis tentang diriku, lewat tulisan itu kamu berusaha mengabarkan pada anak-anak FLP tentang kondisiku saat ini. Lewat tulisan itu pula, aku jadi tahu bagaimana mata orang lain memandang dan menilai diriku. Aku speechless membaca dari mulai judul sampai kalimat penutupmu. Aku tak menyangka seperti itulah aku dimatamu.

 ‘Perempuan yang Sedang Menanti Waktu Operasi’ itulah judul tulisan itu.  Memang benar, mungkin saat kamu menuliskannya aku sedang persiapan untuk operasi. Aku sedang menjalani serangkaian tes sebelum anestesi atau mungkin kamu menuliskannya tanggal 15 Agustus malam, saat biusku perlahan habis dan nyeri mulai menguasahi tubuh ini. Entahlah, jam berapa kamu membuat tulisan itu. Tapi hari itu memang benar-benar tak akan aku lupakan seumur hidupku.  kamu juga benar, pakaianku monoton sekali, hijau pucat! Bosan juga, tapi mau bagaimana lagi?

Terima kasih ya Mas, untuk hanya menuliskan sisi yang mungkin baik di diriku sementara kamu menutupi sisi burukku, padahal aku meyakini, kamu juga sering sebal denganku kan?. Maafkan ya! Kapan kita berdiskusi lagi? Kapan kita berdebat lagi? Kapan kita bekerjasama lagi? Semoga suatu hari nanti kita bisa kembali berjuang bersama ya. Aku tak akan lagi mengatakan, “Mas, titip anak-anak ya” Tidak! aku tak akan berkata lagi tentang itu. Karena kini saatnya kamu juga memikirkan dirimu sendiri. Anak-anak sudah mandiri dan memang sudah seharusnya seperti itu. Kita hanya harus ada jika mereka membutuhkannya, meski itu dari jauh. Jarak tak menghalangi ikatan bukan?

Salam untuk bapak, ibu dan adik di rumah. Semoga mereka sehat selalu. Bagaimanapun merekalah harta berharga kita. Untuk janji  menulis itu, aku akan penuhi segera setelah aku bisa menulis lagi. Aku masih harus belajar duduk agak lama, mengetik lalu membuat kata-kata. Aku belajar dari awal lagi.  Sengkarut Diary Appendiktomy ini pun kutulis kredit, tidak tunai, yang penting lunas kan? haha. Sekali lagi terima kasih ya Mas untuk semuanya. Barakallahu

Untuk sahabat-sahabat yang selalu memberikan semangat lewat sms Navis, Arum, Robi, Riska, Lia, Dinda, Fino, Mustavi, Zahra dan banyak lagi. Terima ksih, kalian turut juga mendoakan aku. Terima kasih atas semangat itu. Alhamdulilllah sekarang aku bisa menuliskan ini. Aku sekarang bisa duduk lama lagi. Aku insyallah akan segera sehat. Aku memang menghilang. Tak ada di media sosial, blog dan yang lain karena memang aku harus fokus pada pemulihanku. Jadi bukan karena sakitku sangat parah ya. Terima kasih telah mengkhawarirkan aku. Tak masalah, kalian tak datang menjengukku. Tak usah merasa bersalah. Doakan saja ya, aku yakin salah satu penghubung dua insan dalam jarak adalah doa. Semoga Allah memberkahi kalian dalam kebaikan.


Untuk semua orang yang menjengukku, baik di rumah sakit maupun di rumah. Terima kasih telah mengingatku dan peduli pada kesehatanku. Sak niki kulo mpun sehat. Alhamdulillah

Esok aku harus menjalani kontrol ketiga. Kontrolku yang terakhir. Kontro minggu lalu, jahitanku dibuka. Ternyata jahitan dibuka itu tidak sakit lho. Hanya cenit cenit sedikit saja. Sekarang aku bisa melihat bekas operasi appendicitis ini. Sesekali aku merabanya, merasakan bekas jahitan itu. Atau aku bercermin. Kulihat jelas bekas itu. Segaris kira-kira 7 cm lalu ada jahitan lagi melintang sebanyak 8 garis. Ini kenangan akan perjuangan ini.

Saat melihatnya aku selalu bersyukur pada Allah, karena aku diberi kesempatan untuk merasakan ujian ini, merasakan yang belum tentu orang lain rasakan, Mengalami hal yang orang lain tak mengalami. Terima kasih telah memilihku...

Aku janji tak akan menyerah, aku janji terus berjuang. Selama setahun ke depan mungkin nyeri bekas operasi ini masih ada. Karena memang kalau kecapekan nyerinya terasa lagi. Tapi aku akan rasakan lagi, sakitnya dan akan kunikmati hari dengan santai saja. Tak akan capek lagi atau angkat berat lagi setidaknya sampai setahun ke depan.

Aku akan berjuang lagi ya Allah, apapun yang terjadi live must go on. Oh ya, boleh aku minta sesuatu? Izinkan aku pergi ke Jogja minggu depan, meski aku tak tahu apakah aku diterima S2 disana atau tidak. Aku hanya ingin hidup disana, bekerja disana. Aku ingin mencoret impianku. Boleh ya?

END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar