Rabu, 23 Juli 2014

Selamat Ulang Tahun Ikhwan!





Zia : Assalamualaikum, Saya Zia, akhwat berusia 18 menuju 19 tahun. Saya tahu Mbak Rizza dari Facebook, boleh saya berbagi cerita? Mbak bisa bantu saya?

Saya: Waalaikumsalam Zia, terima kasih sudah membaca catatan terakhir saya sampai akhirnya kamu menghubungi saya. Silahkan cerita Zia, kalau bisa membantu akan saya bantu.

Zia : Apakah boleh akhwat mengucapkan selamat ulang tahun pada ikhwan secara personal?

Saya : Temanmu?

Zia : Iya, tapi sebenarnya aku memendam rasa ke dia, aku tidak tahu apakah dia menyukaiku juga atau tidak. Di kelas saat kuliah, kulihat dari sikapnya sepertinya dia menyukaiku. Aku bingung bagaimana sebaiknya ketika dia milad, memberi ucapan atau tidak. Karena sebenarnya aku ingin menjaga hatiku dan hatinya agar tidak memekarkan bunga yang berduri. Kak, jangan bilang siapa-siapa ya.
Teman-teman yang lain pada ngucapin, yang akhwat juga banyak yang ngucapin. Menurut kakak aku harus bagaimana? Ngucapin nggak? Aku bingung!


Jujur Kak, aku ingin menjaga hati, aku tak ingin mengotori hati dengan mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Meski begitu aku tetap pengen ngucapin.

Saya:  Saya pernah mengucapkan selamat ulang tahun pada teman lelaki, ucapan itu kusertai dengan doa, kuniati mendoakan keberkahan pada hidupnya. Mendoakan sesama muslim.
Zia, Kamu merasa ragu dan tak tahu harus berbuat apa karena kamu menyukai dia. Coba kalau kamu tidak menyukainya, pasti tak akan ada masalah. Biasa saja, seperti teman-teman akhwat yang lain. Niatmu untuk menjaga hati itu sangat mulia Zia. Tapi kalau tanpa ngucapin pun bikin kamu galau seperti ini, apakah tidak mengotori hati juga? Lalu apa bedanya?

Zia : Jadi kira-kira, kalau aku ngucapin secara personal nggak apa-apa Kak?

Saya : Nggak apa-apa! Toh banyak juga akhwat lain yang mengucapkannya, jangan terlalu berpikir tentang bagaimana perasaan dia. Insyaallah tidak apa-apa.

Zia, kamu sedang jatuh cinta Dek, istighfar yang  banyak. Saya tahu memendam perasaan itu sangat berat dan menyiksa. Tapi tetaplah seperti ini. Saran saya jangan cari perhatian atau bertingkah berlebihan di hadapannya. Bertingkahlah seperti dulu, saat teman rasa teman, bukan teman rasa cinta. Insyaallah perasaan terbaik, cara terbaik akan sampai pada orang-orang terbaik. Selamat menjaga cinta Zia

Zia : Amin. Makasih Kak sarannya.

Para pembaca, Zia adalah nama samaran dari seseorang gadis yang curhat pada saya melalui BBM. Gadis yang sedang jatuh cinta. Karena perasaan itulah, ia menjadi salah tingkah atau ragu menentukan langkah antara memberi ucapan atau tidak pada teman lelakinya itu.

Saya memahami, Zia adalah seorang aktivis dakwah, pun dengan lelaki yang di sukainya. Sebut saja ikhwan. Dalam organisasi dakwah antara anggota perempuan dan lelaki begitu terjaga pergaulannya. Hampir tak pernah bertegur sapa kecuali untuk hal-hal yang penting saja. Semasa kuliah saya juga anggota LDK, LDK At-Tarbiyah namanya. Saya sangat mengagumi kekuatan penjagaan di organisasi ini. Bahkan selama hampir empat tahun bergabung hanya beberapa orang ikhwan (sebutan untuk anggota lelaki) yang saya kenal wajahnya. Selebihnya saya hanya mengenali namanya saja. Mungkin saja pernah bertemu dalam sebuah acara bersama, hanya saja saya tak menyadari kalau si itu namanya A dan si inu namanya B. Entah ini karena saya yang kuper di organisasi itu atau karena sistem yang berhasil.

Zia dengan perasaannya juga kebimbangannya yang didialogkan dengan saya di atas, akhirnya saya jawab, “nggak apa-apa ucapkan saja”  Ya, saya memberi saran padanya untuk mengucapkan selamat ulang tahun pada Sang Ikhwan. Kenapa itu pilihan saya?

Secara personal Zia sudah memiliki benteng pertahanan yang kuat, dia tidak mau mengotori hatinya dengan mengucapkannya. Tapi benteng pertahanan itu pun bimbang dengan begitu kuatnya keinginan untuk mengungkapkannya. “Jujur Kak, aku ingin menjaga hati, aku tak ingin mengotori hati dengan mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Meski begitu aku tetap pengen ngucapin” begitu tulisnya di BBM.

Akhirnya kedua perasaan itu menjadi antitesis yang menggebu di hatinya. Jika tanpa mengucapkan pun dia segalau ini, apa bedanya dengan mengotori hati? Jika saya menyarankan dia untuk tidak mengucapkan dengan alasan menjaga hati sedangkan hatinya terus bergejolak ingin mengucapkan, dia justru akan tersiksa dalam kebimbangan. Sementara Allah sangat membenci hati yang bimbang.

Akhirnya, Bismillah, saya menyarankan ia untuk tetap mengucapkan selamat ulang tahun pada Sang Ikhwan, dengan niatan memberikan doa padanya. Saya berharap  dengan semua ini hati Zia akan tumbuh menjadi hati yang kuat. Tak mudah bimbang dalam keputusan. Karena cinta, selain menguatkan dapat pula melemahkan. Semakin Zia menerjangnya semakin hati itu akan menguat. Zia tak boleh lemah karena cinta. Justru dengan perasaan itu ia akan menjadi perempuan tangguh.

Saya yakin Sang Ikhwan tak berpikkiran macam-macam, apalagi jika banyak teman perempuan lain yang mengucapkan juga. Jika ingin berbuat sebuah kebaikan pada seseorang maka segera lakukan, jangan berpikir dua kali, apalagi jika berpikir “bagaimana kalau nanti dia merasa...”, dan bagaimana-bagaimana lainnya. Barangkali itu hanya bagian dari gede rasa kita sebagai wanita.

Rasulullah pun mensunahkan saling memberi hadiah untuk menyenangkan hati saudaranya. Jika tak bisa memberi hadiah berupa sesuatu barang. Barangkali memberi ucapan juga hadiah tersendiri. Dengan ucapan berarti kita mendoakan. Ia pun akan merasa dihargai sebagai teman karena masih ada yang mendoakannya di hari kelahirannya meskipun kadang dirinya sendiri tak mengingatnya. Semoga Allah senantiasa menepis keraguan dan menempatkan kita pada kebaikan.  Amin

Wallahu’alam

Salam
Rizza Nasir
23 Juli 2014

Ingin berbagi cerita seperti Zia? 085755280243/75A7568D
Senang berbagi dengan Anda ^_^



Tidak ada komentar:

Posting Komentar