Minggu, 05 Januari 2014

PKLI Malaysia 5 : Empat Mata Dengan Dekan

Dekanku itu pernah menjadi dosenku di semester dua dulu, dekanku itu orang sibuk, sampai-sampai temanku ada yang tak bisa konsultasi skripsi karena dia selalu tak bisa dihubungi. Dekanku itu kontroversial, ada mahasiswa yang menghujatnya, ada pula yang mengamini setiap perkataannya dengan sebenar-benarnya amin. Dekanku itu, sejak dia jadi dekan, semua keputusan ada ditangannya, tak terkecuali aku, nasibku.

Hari ini, jam setengah sepuluh aku sudah duduk manis di ruang tunggu Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, seperti yang tertulis di sms semalam
Dimohon datang tepat waktu, tidak boleh telat

Itu sms dari Bu Ulfa, sms yang dikirim kepada kami peserta PKLI Malaysia, sms yang kami tunggu-tunggu. Karena aku sudah menunggu hari ini sejak lama, aku datang dengan semangat empat lima, berharap akan mendapatkan jawaban tentang apa yang selama ini kupertanyakan, kuragukan.



Pukul sepuluh tepat, Pak Nur Ali, dekanku datang. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku datang ke ruangan dekan dengan undangan, bukan karena keinginanku sebagai mahasiswa kepada dosennya, tai sebagai tamu undangan kepada tuan rumahnya. Hari ini aku merasa terhormat. Sungguh.

Pak Nur Ali, bercerita banyak hal, tentang pemberangkatan kami, tentang lika-liku memperjuangkan program ini, tentang kehidupan di luar negeri dan sesekali guyon. Baru kutahu, ternyata beliau tak seseram seperti anggapanku dulu, saat dia masih menjadi dosenku, saat aku masih mengenal dia sebagai dekanku, yang punya jabatan tertinggi di fakultasku, siapa yang tidak keder? Ya, dia juga manusia, setidaknya dengan jabatan yang dia punya dia punya kuasa, dia punya wibawa.

Tentang pemberangkatan kami, kami akan diberangkatkan akhir Februari dengan kesepakatan bahwa kami tak perlu ikut PKLI di Indonesia, kami tak perlu menjadi guru praktikan dan pengabdian masyarakat disini, kami hanya perlu mempersiapkan diri untuk pemberangkatan dan menyelesaikan skripsi. PKLI Malaysia setara dengan PKLI Indonesia. Kami hanya perlu memilih salah satunya, atau jika kami mau, kami boleh ikut dua-duanya. Tapi kesepakatan bersama kemarin, semua jurusan memilih untuk hanya PKLI di Malaysia  dan fokus menyelesaikan skripsi di masa tunggu.

MIN 1 Malang, bagaimana dengan impianku itu? Aku ingin mengajar di MIN 1 Malang, setidaknya sebagai guru praktikan, tapi aku juga ingin menuntaskan tugas akhirku dan memperbaiki kemampuan speakingku. Dilema.

Keputusan ada di tangan kami, di tanganku. Ikut atau tidak PKLI di Indonesia? Entahlah, untuk hari ini sebelah hatiku mantap dengan hanya PKLI di Malaysia tapi sebelah hatiku yang lain, aku ingin mengajar di MIN 1 Malang, meski kutahu namaku tidak ada pada daftar PKLI di sekolah manapun disini. Ingin dan mimpi, tak ada salahnya kan?

Pak Dekan, terima kasih sudah mengundangku, terima kasih sudah mendengarkan kata-kataku, terima kasih telah bercerita banyak hal dan terima kasih atas kesempatannya. Akan kucoba

to be continued...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar