Sabtu, 18 Januari 2014

My Letters : Alhamdulillah, Akhirnya Lamaran


Assalamualaikum Mbak Nia sayang....

Bagaimana rasanya? Bagaimana rasanya dilamar hmm?

Hanya Alhamdulillah yang terucap di bibirku saat mendengar berita dari ibu kalau kamu akan lamaran malam ini. Aku juga sangat ingin berada disampingmu malam ini, melihat kamu cantik dan mesam-mesem. Ah... Mbak Nia, kamu pasti lucu sekali malam ini. Salang tingkah ya? Adem panas ya?

Mbak, sebenarnya sejak kalian telepon pagi itu, aku sudah memantapkan diri kalau hari Jum’at tanggal 17 Januari kemarin, aku harus berangkat ke Bojonegoro menghadiri lamaranmu. Aku sudah membayangkan akan bantu-bantu Lek Ti  dan Mbak Ana masak-masak, aku juga sudah membayangkan kalau kamu pasti pesan kue coklat kesukaanmu dan aku akan menata atau membagikannya pada para tamu.

Aku membayangkan juga kita akan tidur sekamar, lalu aku akan mewawancarai kamu banyak hal, kita akan ngobrol sampai malam. Aku sudah menyusun pertanyaan banyak. Kapan kamu bertemu dengannya? Gimana cerita kalian sampai akhirnya lamaran, aku pengen tahu semua itu langsung dari mulutmu. Kita pasti haha hihi, guyonan sampai malam. Kalau Mbak Yeti atau budhe belum koar-koar kita pasti belum merem.


Sayangnya, aku hanya bisa membayangkan dan merencanakannya saja. Dua hari kemarin ayah meneleponku, kamu pasti tahu kenapa malam ini aku tak ada disana? Ya, karena ayah tak mengizinkan. Beliau bilang “ Ning Malang ae Mbak, gak usah ning Bojonegoro dewe. Ayah yo gak rono, ning omah repot, didongakne ae Mbak Nia” begitu kata ayah. Aku langsung meneng cep. Nggak bisa mbantah dengan alasan yang menguatkan seperti biasanya, karena aku tahu ayah dan ibuku sedang disibukkan dengan pensiun, jadi tak bisa ditinggal untuk waktu dekat ini.

Lebih dari semua itu, ayah tak tega, kalau aku ke Bojonegoro sendirian, apalagi berangkat dari Malang nggak dari rumah. Kadang aku mengira, ayah sudah menganggapku dewasa, tapi di saat seperti ini, aku merasa ayah seperti melarangku “ojo dolanan ning blombang Mbak engko kecemplung”, aku seperti de javu masa kecil kita dulu. Ternyata aku masih gadis kecil ayah yang dulu ya?

Mbak Nia, meski aku nggak ada disana malam ini, doaku selalu buat kamu kok. Semoga dilancarkan semua proses lamarannya, sampai pernikahanmu nanti. Kapan ijab kabulnya? Bulan Februari ya? Inilah yang aku sesalkan Mbak, kenapa justru di saat terpenting di hidupmu aku tak bisa melihat, karena di tanggal itu, mungkin aku belum balik ke Indonesia. Aku harus menyelesaikan apa yang sudah aku mulai Mbak. Mohon doanya ya.

Saat lamaran begini, aku jadi ingat , aku selalu berebut anggur lamaran sama Faisal dan Farid. Ya, di lamarannya Mbak Ita sampai Mbak Ulfa, kami masih begitu. Aku tak tahu itu anggur apa namanya. Itu lho anggur yang warnanya merah besar-besar. Itulah yang kami sebut anggur lamaran. Kenapa? Karena kami hanya menemuinya pas lamaran saja, di sanggan yang dibawa calon pria, haha.

Sampai-sampai Farid pernah bilang begini ngguyoni aku begini:

“Paling Mbak Rizza besok kalau lamaran nggak ada anggurnya”

“Pasti ada” kataku mantap

“Halah, paling sanggane isine jadah, kopi, gedang, nagasari, weeekkk” ibuk sama ayah langsung tertawa mendengar itu.

Mungkin perbincangan itu begitu membekas di benak ibu, sampai-sampai pas mereka telepon dan memerintahkan aku untuk tetap di Malang, ibu bilang begini “Wes to, lek pengen anggur lamaran, besok tak tukokne dewe” geli juga mendengar ibu bilang begitu, memangnya aku ke lamaranmu untuk kisruh berebut anggur? Nggak! Niatku kesana Cuma pengen ketemu kamu dan berbagi cerita sama semuanya. Kalau pun ada anggur lamarannya, ya itu bonus, haha.

Mbak, maaf ya, aku tak bisa datang di lamaranmu dan pernikahanmu Februari nanti. But, kalau aku lamaran dan nikah suatu hari nanti, kamu harus dateng lho ya. Nggak adil ya? Ya, mau bagaimana lagi, ini tugas yang harus kupenuhi sebagai mahasiswa dan anak. Kamu pasti paham kan ya? Please forgive me... Peace ah

Mungkin setelah hari ini, aku kehilangan Mbak Niaku yang dulu, yang suka nemenin aku cerita-cerita, yang suka ngajakin aku belanja, ngajakin beli bakso atau nganterin pijet ke Mbah Tar, haha. Semua itu masih terkenang Mbak. Terima kasih ya buat semuanya. Oya, yang paling nggak terlupakan itu, saat kita hujan-hujan sepulang nonton Habibie Ainun. Di jalan kita guyonan, inget aktingnya Reza dan Bunga. “Ainun, wah sekarang kamu cantik. Gula jawaku sekarang sudah menjadi gula pasir” haha.

Masih ingat tidak, waktu kamu update status begini :
Mas Hasan.....

Lalu aku komen dibawahnya begini :

Boleh aku menciummu? Jangan, aku malu. Malu pada siapa Mas? Pada burung, pada pohon-pohon.


Komenku itu penggalan dialog film Cinta Suci Zahrana yang habis kita tonton di RCTI, pagi harinya setelah aku komen begitu, kamu nyindir-nyindir aku. Kamu bilang aku kebelet nikah, kamu juga bilang komenku itu lebay. Padahal aku tuh cuma ngelanjutin dialog film itu, yang awalan katanya ada Mas Hasan-nya. Hmm... kamu ini memang sukanya memutar balikkan fakta!

Aku diberitahu Mbak Yeti kalau nama calon suamimu itu Hasan ya? Wah.... ini kebetulan atau apa ya? Atau jangan-jangan statusmu dan komenku itu adalah doa, lalu ada malaikat yang baca? Bisa jadi bisa jadi, haha.

Kamu juga pernah bilang “ Aku kan anak terakhir, jadi nikahnya paling terakhir, nunggu Mbak Ana dan Mbak Yeti, kamu tuh yang anak pertama buruan nikah dulu sana!” Siapa yang sangka, justru kamu yang dilamar duluan darpada Mbak Ana dan Mbak Yeti, juga duluan daripada aku yang anak pertama. Kalau sudah begini siapa yang kebelet nikah hayoo. Wekk

Buat Mbak Yetii. Mbak Yeti akan dilamar juga ya? Kapan lamaran resminya? Kapan resepsinya? Jangan Februari lagi dong, masak aku nggak ada di foto weeding kalian berdua, kan jadi sedih aku, hiks. Kapanpun deh, semoga acara lamaran dan nikahnya Mbak Yeti juga lancar ya. (Nggak tak buatin beginian, karena aku pengen dateng, jadi please jangan bulan Februari ya. Aku serius!)

Buat Mbak Ana. Dan akhirnya hanya tersisa kita berdua yang belum bertemu pangeran berkuda ya Mbak, haha. Pangeran sedang bersiap menjemputmu Mbak, ayo segera bersiap! ^_^
Aku masih harus menyelesaikan skripsi, PKL dan wisuda Mbak, jadi aku nggak mau lagi ribut dhisik-dhisikan. Dengan bangga aku mempersilahkan kamu menikah lebih dulu. Lagipula, masih belum ada yang melamarku. Aku juga masih adik kecilmu yang suka kalian gendong kewer-kewer kemana-mana. Jangan membuatku dewasa sebelum waktunya deh, haaha

Selamat berbahagia Hasan & Nia ..................... Agung & Yeti.............................

Barakalllahulakuma, wa baraka alaikuma wa jama’a bainakuma fi khoir. Amin
Do you remember this moment? ^_^
 

Salam buat Budhe dan semua yang lagi nglumpuk disana ya. Salam kangen dari keponakan tercinta. Mohon doanya semoga skripsi, PKL dan wisuda semua dimudahkan. Miss u  all so much

Salam dari Malang
RIZZA NASIR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar