Selasa, 16 Juli 2013

Pantaskah Saya Menerima BLSM?

Telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah baru saja menaikan harga BBM bersubsidi, dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.500 untuk jenis Bensin dan 4.500 menjadi 5.500 untuk jenis solar. Kenaikan tersebut sangat dirasakan dampaknya bagi kalangan ekonomi menengah ke bawah. Kenaikan tersebut didasari atas beberapa faktor, antara lain karena volume BBM subsidi semakin meningkat serta membengkaknya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akibat besarnya anggaran untuk BBM bersubsidi.

Untuk itu pemerintah telah memperkuat dana untuk program percepatan dan perluasan perlindungan sosial sebesar Rp12,5 triliun dalam RAPBN-Perubahan 2013, hal ini sebagai kompensasi kepada masyarakat miskin yang terkena dampak kenaikan harga BBM bersubsidi.

BLSM ( Bantuan Langsung Sementara) adalah program yang direalisasikan sebagai bentuk kompensasi kepada masyarakat ekonomi lemah. Sedangkan mekanisme penyaluranya mengacu pada data warga miskin di indonesia dari badan pusat statistik. Data warga yang berhak mendapatkan BLSM didapat langsung dari pemerintah kabupaten. Berdasarkan data statistk itu pemerintah kabupaten menentukan siapa saja yang berhak mendapatkannya. Dan pemerintah desa menerima data tersebut sudah dalam bentuk amplop undangan yang ditujukan pada penerima.

Di desa saya sendiri tepatnya Desa Jarak Kecamatan Plosoklaten Kabupaten Kediri pembagian BLSM ini berlangsung hari Minggu (14/7). Seminggu sebelum pelaksanaan pembagian, undangan kepada penerima BLSM sudah mulai disebar. Pemerintah desa sebagai pelaku pemerintahan yang  paling dekat dengan masyarakat sengaja menyortir undangan yang diterima dari kabupaten.  Siapa saja yang namanya tertera di undangan tetapi menurut desa ia tidak berhak menerima maka undangan tersebut tidak diberikan. Keputusan ini berdsarkan rapat yang digelar beberapa hari sebelum pembagian undangan untuk menghindari protes dari warga.

Antisipasi sudah dilaksanakan, tetap saja sehari setelah undangan dibagikan mulai banyak warga yang berdatangan ke balai desa. Tujuannya tak lain adalah protes. Kenapa saya tak dapat? Atau Kenapa Si A  dapat sedang saya tidak? Saya kan tidak mampu. Akhirnya munculah  penghakiman bahwa pihak desa pilih kasih dan tidak adil.

Anggapan semacam itu karena warga tidak tahu bahwa yang menentukan penerima BLSM bukan dari desa tapi kabupaten. Desa hanya meneruskan saja.  Saya rasa fenomena seperti ini  juga terjadi di desa lainnya seluruh Indonesia. Banyak yang mengeluh pembagian BLSM ini tidak tepat sasaran. Banyak yang kaya tapi dapat sedang yang miskin tidak. Usut punya usut ternyata data yang dipakai pemerintah kabupaten adalah data statistik terakhir pada tahun 2004. Jeda tahun 2004 hingga 2013 sangat memungkinkan roda ekonomi berubah. Yang dulu miskin sekarang kaya atau sebaliknya.

Di desa saya yang notabene undangannya sudah disortir, dan kuota yang tersisa di serahkan  kepada yang benar-benar berhak masih tetap ada saja oknum yang  protes. Kenapa saya tidak dapat? Yang bergelang emas pun ikut protes. Beruntung di desa saya meskipun disibukkan dengan berbagai protes pembagian BLSM berlangsung teratur.

Jujur saya miris melihat fenomena BLSM ini. Terlebih pada mental masyarakat yang mengaku miskin padahal ekonominya sudah membaik. Saat pembagian BLSM seperti sekarang ini jumlah penduduk miskin Indonesia tiba-tiba bertambah  Yang tidak dapat karena tidak termasuk kategori miskin tiba-tiba protes dan mengaku miskin. BLSM yang dulu bernama BLT ini dari awal kemunculannya memang melahirkan banyak polemik di masyarakat. Alih-alih membantu mensejahterakan warga namun prakteknya banyak ketimpangann bahkan . Rasa tidak terima, menganggap pemerintah tidak adil, mengaku miskin bahkan  saya pernah mendengar bahwa kebijakan BLSM ini mengajarkan masyarakat Indonesia  untuk berjiwa pengemis.

Terlepas dari polemik yang muncul dari kebijakan BLSM, yang perlu kita insyafi bersama sebagai masyarakat Indonesia adalah bahwa kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah ini tentu sudah melalui berbagai pertimbangan. Perlu mempertajam  kesadaran diri,  menilai diri sendiri.  Pantaskah saya menerima BLSM? Wallahu’alam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar