Telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah baru saja
menaikan harga BBM bersubsidi, dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.500 untuk jenis
Bensin dan 4.500 menjadi 5.500 untuk jenis solar. Kenaikan tersebut sangat
dirasakan dampaknya bagi kalangan ekonomi menengah ke bawah. Kenaikan tersebut
didasari atas beberapa faktor, antara lain karena volume BBM subsidi semakin
meningkat serta membengkaknya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
akibat besarnya anggaran untuk BBM bersubsidi.
Untuk itu pemerintah telah memperkuat dana untuk program percepatan dan perluasan perlindungan sosial sebesar Rp12,5 triliun dalam RAPBN-Perubahan 2013, hal ini sebagai kompensasi kepada masyarakat miskin yang terkena dampak kenaikan harga BBM bersubsidi.
Untuk itu pemerintah telah memperkuat dana untuk program percepatan dan perluasan perlindungan sosial sebesar Rp12,5 triliun dalam RAPBN-Perubahan 2013, hal ini sebagai kompensasi kepada masyarakat miskin yang terkena dampak kenaikan harga BBM bersubsidi.
BLSM ( Bantuan Langsung Sementara) adalah program yang direalisasikan
sebagai bentuk kompensasi kepada masyarakat ekonomi lemah. Sedangkan mekanisme
penyaluranya mengacu pada data warga miskin di indonesia dari badan pusat
statistik. Data warga yang berhak mendapatkan BLSM didapat langsung dari
pemerintah kabupaten. Berdasarkan data statistk itu pemerintah kabupaten
menentukan siapa saja yang berhak mendapatkannya. Dan pemerintah desa menerima
data tersebut sudah dalam bentuk amplop undangan yang ditujukan pada penerima.
Di desa saya sendiri tepatnya Desa Jarak Kecamatan Plosoklaten
Kabupaten Kediri pembagian BLSM ini berlangsung hari Minggu (14/7). Seminggu
sebelum pelaksanaan pembagian, undangan kepada penerima BLSM sudah mulai disebar.
Pemerintah desa sebagai pelaku pemerintahan yang paling dekat dengan masyarakat sengaja
menyortir undangan yang diterima dari kabupaten. Siapa saja yang namanya tertera di undangan
tetapi menurut desa ia tidak berhak menerima maka undangan tersebut tidak
diberikan. Keputusan ini berdsarkan rapat yang digelar beberapa hari sebelum
pembagian undangan untuk menghindari protes dari warga.
Antisipasi sudah dilaksanakan, tetap saja sehari setelah undangan dibagikan mulai banyak warga yang berdatangan ke balai desa. Tujuannya tak lain adalah protes. Kenapa saya tak dapat? Atau Kenapa Si A dapat sedang saya tidak? Saya kan tidak mampu. Akhirnya munculah penghakiman bahwa pihak desa pilih kasih dan tidak adil.
Anggapan semacam itu karena warga tidak tahu bahwa yang menentukan penerima BLSM bukan dari desa tapi kabupaten. Desa hanya meneruskan saja. Saya rasa fenomena seperti ini juga terjadi di desa lainnya seluruh Indonesia. Banyak yang mengeluh pembagian BLSM ini tidak tepat sasaran. Banyak yang kaya tapi dapat sedang yang miskin tidak. Usut punya usut ternyata data yang dipakai pemerintah kabupaten adalah data statistik terakhir pada tahun 2004. Jeda tahun 2004 hingga 2013 sangat memungkinkan roda ekonomi berubah. Yang dulu miskin sekarang kaya atau sebaliknya.
Di desa saya yang notabene undangannya sudah disortir, dan kuota yang tersisa di serahkan kepada yang benar-benar berhak masih tetap ada saja oknum yang protes. Kenapa saya tidak dapat? Yang bergelang emas pun ikut protes. Beruntung di desa saya meskipun disibukkan dengan berbagai protes pembagian BLSM berlangsung teratur.
Antisipasi sudah dilaksanakan, tetap saja sehari setelah undangan dibagikan mulai banyak warga yang berdatangan ke balai desa. Tujuannya tak lain adalah protes. Kenapa saya tak dapat? Atau Kenapa Si A dapat sedang saya tidak? Saya kan tidak mampu. Akhirnya munculah penghakiman bahwa pihak desa pilih kasih dan tidak adil.
Anggapan semacam itu karena warga tidak tahu bahwa yang menentukan penerima BLSM bukan dari desa tapi kabupaten. Desa hanya meneruskan saja. Saya rasa fenomena seperti ini juga terjadi di desa lainnya seluruh Indonesia. Banyak yang mengeluh pembagian BLSM ini tidak tepat sasaran. Banyak yang kaya tapi dapat sedang yang miskin tidak. Usut punya usut ternyata data yang dipakai pemerintah kabupaten adalah data statistik terakhir pada tahun 2004. Jeda tahun 2004 hingga 2013 sangat memungkinkan roda ekonomi berubah. Yang dulu miskin sekarang kaya atau sebaliknya.
Di desa saya yang notabene undangannya sudah disortir, dan kuota yang tersisa di serahkan kepada yang benar-benar berhak masih tetap ada saja oknum yang protes. Kenapa saya tidak dapat? Yang bergelang emas pun ikut protes. Beruntung di desa saya meskipun disibukkan dengan berbagai protes pembagian BLSM berlangsung teratur.
Jujur saya miris melihat fenomena BLSM ini. Terlebih pada
mental masyarakat yang mengaku miskin padahal ekonominya sudah membaik. Saat
pembagian BLSM seperti sekarang ini jumlah penduduk miskin Indonesia tiba-tiba
bertambah Yang tidak dapat karena tidak
termasuk kategori miskin tiba-tiba protes dan mengaku miskin. BLSM yang dulu
bernama BLT ini dari awal kemunculannya memang melahirkan banyak polemik di masyarakat.
Alih-alih membantu mensejahterakan warga namun prakteknya banyak ketimpangann
bahkan . Rasa tidak terima, menganggap pemerintah tidak adil, mengaku miskin
bahkan saya pernah mendengar bahwa kebijakan
BLSM ini mengajarkan masyarakat Indonesia untuk berjiwa pengemis.
Terlepas dari polemik yang muncul dari kebijakan BLSM, yang
perlu kita insyafi bersama sebagai masyarakat Indonesia adalah bahwa kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah ini tentu sudah melalui berbagai pertimbangan.
Perlu mempertajam kesadaran diri, menilai diri sendiri. Pantaskah saya menerima BLSM? Wallahu’alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar