Sabtu, 01 Desember 2012

INILAH SEBENARNYA CINTA



INILAH SEBENARNYA CINTA
(oleh-oleh Talkshow Cinta Antara Nafsu dan Logika)*

Cinta. Tak pernah habis tinta dunia ini membahas tentang cinta. Selalu saja ada problematika yang terlahir dari cinta. Cinta seperti apakah warnanya? Apakah merah merekah, pink atau jingga?
Cinta dengan semua yang membersamainya. Rasa, nafsu dan logika.

Menyadari banyak hal yang masih dipertanyakan tentang hakekat cinta. Pada 1 Desember 2012. LDK At-Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menghelat talkshow yang bertajuk “Cinta Antara Nafsu dan Logika, membincang CInta dengan para tokoh”. Tokoh yang membincang cinta kali ini adalah Prof. Imam Suprayogo (rektor UIN Maliki, praktisi pendidikan), Ust. Mohammad Fauzhil Adhim (Pakar Parenting), Pipiet Senja (Sastrawan).

Bagi Anda yang tak sempat bergabung bersama kami ini saya bungkuskan oleh-oleh untuk Anda ^_^
Dibuka dengan sambutan hangat panitia dan nasyid-nasyid beraroma cinta dari ikhwan LDK dan Serenada . Inilah cinta menurut para tokoh…..


Cinta menurut Prof.  Imam Suprayoga adalah keikhlasan. Ketika ditanya “Bagaimana cinta menurut Anda sebagai pendidik ?”
Maka beliau dengan lugas menjawab,” Tak ada cinta dalam literature. Cinta itu adalah langkah nyata. Mendidik dengan cinta adalah mendidik dengan ikhlas.


Masih menurut beliau, cinta itu tak terbatas pada laki-laki dan perempuan saja.Cinta tak sesempit itu. Karena hakekat cinta adalah ketika kita bisa mencintai sesama. Bila kita mencintai seorang saja dalam hal ini pasangan hidup kita, maka yang kita dapatkan ya hanya cinta dan penghargaan dari keluarga. Itu saja. Tetapi jika kita mencintai kemanusian. Maka kita pun akan mendapatkan cinta dari semuanya.
Cinta saya pada pendidikan dan kampus adalah dengan berbuat. Ber sungguh-sungguh untuk memajukan tanpa memungut bayaran. Saya boleh di bilang rektor gratis, karena selama ini saya tak pernah menafkahi istri lewat gaji rektor. Biarlah uang itu untuk membangun kampus, di sumbang ke anak yatim. Dengan begitu saya bisa memberi. Dengan cara itu saya mencintai kemanusiaan

Dicontohkan cinta menurut Rasulullah adalah ketika beliau menyuapi si buta setiap hari. Disaat yang sama si buta terus mencercanya. Karena rasa bencinya pada Rasul. Hingga suatu hari si buta merasakan tangan yang berbeda. Maka ia pun bertanya,”Sepertinya Anda bukan yang setiap hari menyuapi saya, kemana dia?”

“Ia sudah meninggal kemarin. Dia adalah Muhammad. Rasulullah”. Dan si buta pun menangis. Itulah cinta yang ikhlas.

Dalam talkshow ini pula saya jadi tahu tentang kisah cinta rector. Kata beliau,” Tak usah takut tak punya uang dan pekerjaan untuk menikah, nafkah itu gampang”,” yang susah adalah mencari wanita yang mau diperistri yang mengerti, menhayati dan sehati dengan kita”
Mendengar seloroh itu kontan para hadirin tertawa.

“Saya menikah saat semester tujuh, syarat menikah nggak harus lulus SI to? Jadi waktu saya tak piker panjang. Dia mau sama saya dan saya mau sama dia dan kita menikah”,”inilah pondasi pernikahan Sodara, An tarodin. Saya lebih suka menikah begitu daripada mereka yang pacaran dan berzina. Dosa besar itu”. Dan tahukah Kawan, ternyata rektor ini menafkahi istri pada awal menikah dengan menyopir truk. Mengirimkan emping ke kota-kota. Subhanallah….
Inilah bukti cinta nyata seorang lelaki pada wanita yang diperistrinya. Siapa yang menyangka kelak lelaki itu menjadi seorang rektor yang disegani.
“Nafkah itu bisa dicari dimana saja, kapan saja. Yang penting halal, Mas”
@@@
Cinta menurut ustad Fauzhil Adhim lain lagi. Menurut beliau cinta itu bukan nafsu, cinta juga tidak bisa dilogika. Jadi cinta berdiri sendiri tidak terikat dan mengikat. Kunci untuk menepati cinta adalah melewati pintu pernikahan, tak ada lagi yang lain

“Hukum negara ini sebagian telah menginjak-injak syariat kita. Siswa yang hamil di luar nikah, maka ia mendapat mengampunan untuk tetap bisa bersekolah, sedangkan siswa yang menikah maka ia malah harus keluar dari sekolah, ini maksudnya apa? Seolah melindungi yang berzina dan menyingkirkan yang halal”

Ustad Faudzil Adhim juga memaparkan kisah hidupnya dan cintanya. Begitu ia kuliah, maka ia sudah meniatkan untuk segera menikah. Karena memang sudah sejak SMA beliau sangat anti dengan hubungan lawan jenis. Padahal kala itu teman-temannya semuanya sudah punya gandengan sedang ia masih santai. Beliau juga menikah saat semester 7 sama seperti Prof Imam
"Saat wisuda Anaknya baru 3"


“Kenapa kamu tidak pacaran?”
“Nggak suka aja, nggak tahu kenapa?”
Tapi anehnya beliau malah jadi tempat curhat teman-temannya. Hal ini terbawa sampai kuliah. Saat menjadi pembicara tentang pernikahan beliau sendiri belum menikah. Beliau sendiri baru memantapkan menikah saat ada peserta dari talkshow yang menghujatnya. Bahwa beliau kaburo maqtan. Membincang tetapi belum pernah menapaki sendiri, bagaimana bisa?

Menikah. Tinggal di kost masing-masing karena sama sekali tak punya uang untuk hidup berdua dalam satu atap. Selayaknya pemuda saat ini, Fauzhil muda tiap malam minggu juga apel. Bukan pada pacar yang tak halal tapi pada wanita yang telah ia nikahi. Apel halal seratus persen. Mendengar cerita ini tepuk tangan membahana. Mungkin semua ikhwan di ruangan itu tersentil dan terkuatkan.

Jangan takutkan akan nafkah. Saat saya menikah saya tak punya apapun. Karena saya berdiri di kaki saya sendiri. Karena saya pernah membaca dalam sebuah kitab bahwa lelaki yang sudah aqil balig maka nafkah yang diberikan orang tua untuknya adalah bagaikan mengisi koin dalam kotak. Sedekah. Saya mencari penghidupan dari tulisan.

 Saat sudah beristri saya mendapat uang dari bekerja sama dengan penerbitan. Buku yang berdiskon banyak di Jogja saya jual di Malang karena waktu itu di Malang tak terlalu berdiskon. Alhamdulillah uang persenan buku itu cukup untuk menafkahi istri saya. Dan saya pantang meminta pada orang. Cukupkanlah aku dengan yang halal dan jauhkan dari yang haram.

Seperti yang sudah diungkap di awal,  bahwa cinta adalah pernikahan maka tundukanlah nafsu dan logika, utamakan ridho Allah. Sabar itu menetapi apa yang kita lakukan. Jika kita masih takut. Lalu bagaimana keimana kita pada Allah?
@@@
Cinta menurut Bunda Pipiet Senja adalah kehidupan.  Atas cinta Allah lah beliau tetap hidup, meski sudah tiga kali mengalami koma, akibat penyakit kelainan darah bawaan yang dideritanya mulai usia 13 tahun. Karena cinta pulalah Pipiet Senja menulis. Menulis untuk memberi dan menghidupi. Karena dari tulisannyalah ia bisa menghidupi anak-anaknya dan tetap tranfusi darah untuk menyambung hidupnya

Penulis seratus lima buah buku ini menceritakan kisah hidupnya melalui menulis. Dari tulisanlah ia dapat uang, dari tulisan lah ia dikenal banyak orang, dari tulisanlah ia bisa keluar negeri (pertama kali pada 2005 bersama Ust.Fauzhil Adhim, Gola Gong dan Irwan Kelana) untuk mengisi talkshow dan seminar. Dari tulisanlah ia bisa haji dan umroh. Diumrohkan oleh penggemarnya. Yang sudah sejak kecil mengumpulkan tulisannya menjadi beberapa bendel kliping. Subhanallah…

“Bunda, sudahlah tak usah menulis lagi. Sudah cukup Bunda selama ini menulis, biar kami saja yang cari uang buat Bunda”
“Sudah cukup thalassemia penyakit saya, saya tidak mau menjadi gila karena tidak menulis”,”memangnyakamu mau punya ibu gila?’

Karena menulis adalah hidup saya. Jadi jangan coba-coba menghentikannya, saya terlalu mencintainya.

Dalam satu bulan saya harus menghabiskan dua puluh dua juta untuk tranfusi dan pengobatan. Uang darimana saya? Saya orang tak berpunya sebenarnya, saya ngurus gakin dan saya sempat dihujat. Kan saya sering keluar kota kok ngurus gakin, meskipun saya sering keluar kota  dan dianggap orang kaya. Itu semua karena undangan kepenulisan. Dan itu tak seberapa, saya bahkan sering lillahi ta’ala. Sebenarnya saya biasa saja”
Dan itu tampak pada pembawaan beliau yang biasa dan sederhana. Memang begitulah kebanyakan manusia. Menghujat tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi
@@@
“Saya sungguh ingin menikah, bukan tidak mau tapi peraturan penerima beasiswa Bidik Misi tak boleh menikah sebelum usai kuliah, bagaiman menurut Bapak”, tanya seorang peserta
“Segera tentukan pilihan, lepaslah dari program itu lalu menikahlah dan belajarlah serius”, Jawab Ust.Fauzhil
“Bagaimana Bapak menempatkan cinta ketika banyak mahasiswa mendemo Bapak?”
“Saya menjadi rektor sudah tiga puluh satu tahun. Jadi kalau saya setahun di demo dua kali maka saya sudah hampir seratus kali di demo. Saya sudah biasa. Tak sakit hati. Wong mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Saran saya, jika masih ingin mendemo saya maka segeralah…yah satu atau dua bulan ke depan karena tiga bulan lagi saya sudah tidak jadi rektor kalian”. Tawa dan tepuk tangan kembali menggema. Subhanallah…inilah kebesaran hati
Meskipun membincang cinta, tapi ketiga narasumber kita adalah penulis. Ketika ada yang bertanya bagaimana memulai menulis maka inilah jawaban Prof. Imam
“Tulislah yang kamu bisa dan kamu tahu, jangan menulis tentang hal-hal yang tidak kamu pahami dan jangan menjadi perfeksionis dalam menulis. Tulisan saya itu biasa saja sangat jauh  jika dibanding Pipiet Senja dan Fauzhil Adhim. Tapi yang penting menulis. Mana bisa kamu ingin tulisan sebaik Pipiet Senja, wong dia sudah setua ini, artinya jam terbangnya menulisnya sudah tinggi. Untuk pemula, mulailah dengan menulis, menulis dan menulis.”
“Bagi saya menulis adalah tanda bahwa saya masih hidup. Tulisan saya yang tertanggal hari ini membuktikan kalau hari ini saya masih hidup, buktinya jelas tulisan itu. Kelak jika ada yang menanyakan ihwal hidup saya pada hari tertentu maka lihatlah apakah masih ada tulisan saya tertanggal hari itu. Saya ingin memberi, karena memberi yang tidak mengurangi apa yang ada pada diri kita adalah menulis”

Dalam penutupnya Ilhamnuddin Lukman selaku moderator mengungkapkan bahwa Kita tidak boleh memancing cinta untuk datang namun jika terlanjur ada tak ada jalan yang lebih indah dan menentramkan kecuali pernikahan. Orang yang ng mengatkan cinta itu buta, berarti ia belum pernah benar-benar jatuh cinta, karena cinta jika ditempuh lewat tapak yang benar ia akan menentramkan. Dan akhirnya talkshow berdurasi 180 menit ini usai.  Ditutup dengan pembagian cenderamata, beberapa buku dan penmpilan nasyid dari Serenada Seni Religius.

*Kisah ini. Kisah tentang penemuan hakekat cinta. Cinta yang sebenarnya. Karena tidak ada yang salah dalam cinta yang salah adalah mereka yang diperbudak oleh cinta
Syukron sudah menyempatkan diri membaca catatan saya., semoga bermanfaat. Hanya sedikit dari jalannya talkshow itu yang saya ungkap disini, insyaallah akan saya sambung lewat kisah pendek di status FB saya ^_^
Mungkin Anda salah satu peserta, Syukron sudah bergabung dalam acara kami. Perkenalkan kami dari LDK At-Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, santun dalam dakwah kuat berukhuwah. Semoga Anda berkenan dengan persembahan kami. Kesempurnaan hanya milik Allah…


Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Tahu bahwa hati-hati ini telah terkumpul untuk mencurahkan mahabbah hanya kepada-Mu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam rangka menyeru (dakwah-di jalan)Mu dan berjanji setia untuk membela syariat-Mu. Maka kuatkan pertaliannya. Abadikanlah kasih sayangnya, tunjukanlah jalannya dan penuhilah dengan cahaya-Mu yang tidak akan pernah redup. Lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindhan tawakkal kepada-Mu. Hidupkanlah dengan ma’rifahmu dan matikanlah dengan syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan penolong. Amin
(Doa Rabithah)


RIZZA NASIR
Aktivis LDK At-Tarbiyah UIN Maliki Malang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar