Kamis, 12 September 2013

Baity Qur'ani



Aku ingin suatu hari nanti, aku mendengar
“Ayah, aku sudah hafal surat An-Naba lho, ayah mau dengar??”
“Bunda, aku sudah lancar juz 1, aku boleh ke juz 2??”
Ah…..betapa indahnya rumah kita nanti ….

Aku punya mimpi suatu hari nanti anak-anakki mengucapkan kata-kata itu, anak-anakku menghafal. Aku tahu, menghafal Al-Qur’an adalah sebuah ritual yang agung dan aku masih meyakini, kalau anak-anak yang masih suci itu punya daya ingat yang kuat, menghafal dengan cepat dan lancar. Aku tak ingin anak-anakku sama sepertiku, memulai di usia remaja, usia sepertiku sudah banyak dosanya. Akibatnya, Ah, sangat jauh dari kata sempurna.


Aku ingin menghadiahkan mahkota buat ayah dan ibuku, juga jubbah emas buat mereka. Cuma itu yang bisa aku lakukan untuk membahagiakan mereka. Selama ini mereka sudah berkorban banyak demi aku, harta, hati dan kehormatan. Tak ada yang lain yang bisa lakuakan selain ini, selain prestasi, selain belajar. Karena aku tak bisa seperti mereka. Anak-anak lainnya, yang bisa membonceng mereka kemana-mana, yang dipuji karena kecantikan raganya. Itu bukan aku. Jadi hanya dengan ini aku bisa membahagiakan mereka.

Cucu-cucu mereka, akan aku dididik dengan Al-Qur’an, hidup dan menghidupi Al-Qur’an. Basah dengan Al-Qur’an. Kuakui, aku bukanlah hamil  yang baik, kata istiqomah masih jauh dariku. Lancar, tartil, apa lagi. Tapi aku janji, aku akan terus belajar. Sebisaku, semampuku. Karena sejatinya inilah yang dimimpikan ibuku atas diriku.

Jadi haruskan aku bersuami seorang penghafal juga? Entahlah… Aku pasrahkan masalah penggenapan agamaku pada Allah, biarkan dia yang memilihkan yang terbaik untukku dan aku baik untuknya. Yang melengkapiku dan ia tak lengkap tanpaku. Yang mencintaiku dan kucintai. Buat apa aku meragukan sesuatu yang telah menjadi kepastian? Ayah dari anak-anakku sudah dituliskan, yang harus aku lakukan sekarang hanyalah menunggu dengan teru memperbaiki diriku, hafalanku, tulisanku.

Jadi kalaupun suamiku nanti atau orang yang mencintaiku ternyata bukan penghafal, tak masalah. Semua orang punya pilihan hidup. Termasuk aku dan dia. Biarkan aku yang mengajari anak-anakku menghafal. Jodoh itu tak selalu sama kan? Jadi biarkanlah kami saling melengkapi.

Baity Qur’ani, itulah mimpiku kini, mimpi yang hanya bisa kuwujudkan jika aku telah bersuami. Kapan Allah? Kupasrahkan semuanya padamu. Kau tentu tahu kan mimpiku? Jangan biarkan aku jatuh cinta. Aku takut jatuh cinta. Jadi, jika memang aku harus jatuh cinta, maka itu adalah pancaran dari dia yang mencintaiku.  Jika dia telah tiba, ajari aku dan tuntulah aku menjadi pecinta dengan sebenar-benarnya cinta, Karena-Mu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar