Aku ingin suatu hari nanti, aku mendengar
“Ayah, aku sudah hafal surat An-Naba lho, ayah mau dengar??”
“Bunda, aku sudah lancar juz 1, aku boleh ke juz 2??”
Ah…..betapa indahnya rumah kita nanti ….
“Ayah, aku sudah hafal surat An-Naba lho, ayah mau dengar??”
“Bunda, aku sudah lancar juz 1, aku boleh ke juz 2??”
Ah…..betapa indahnya rumah kita nanti ….
Aku punya mimpi suatu hari nanti anak-anakki mengucapkan kata-kata itu, anak-anakku menghafal. Aku tahu, menghafal Al-Qur’an adalah sebuah ritual yang agung dan aku masih meyakini, kalau anak-anak yang masih suci itu punya daya ingat yang kuat, menghafal dengan cepat dan lancar. Aku tak ingin anak-anakku sama sepertiku, memulai di usia remaja, usia sepertiku sudah banyak dosanya. Akibatnya, Ah, sangat jauh dari kata sempurna.
Aku ingin menghadiahkan mahkota buat ayah dan ibuku, juga jubbah
emas buat mereka. Cuma itu yang bisa aku lakukan untuk membahagiakan mereka.
Selama ini mereka sudah berkorban banyak demi aku, harta, hati dan kehormatan. Tak
ada yang lain yang bisa lakuakan selain ini, selain prestasi, selain belajar.
Karena aku tak bisa seperti mereka. Anak-anak lainnya, yang bisa membonceng
mereka kemana-mana, yang dipuji karena kecantikan raganya. Itu bukan aku. Jadi
hanya dengan ini aku bisa membahagiakan mereka.
Cucu-cucu mereka, akan aku dididik dengan Al-Qur’an, hidup
dan menghidupi Al-Qur’an. Basah dengan Al-Qur’an. Kuakui, aku bukanlah hamil
yang baik, kata istiqomah masih jauh
dariku. Lancar, tartil, apa lagi. Tapi aku janji, aku akan terus belajar.
Sebisaku, semampuku. Karena sejatinya inilah yang dimimpikan ibuku atas diriku.
Jadi haruskan aku bersuami seorang penghafal juga? Entahlah…
Aku pasrahkan masalah penggenapan agamaku pada Allah, biarkan dia yang
memilihkan yang terbaik untukku dan aku baik untuknya. Yang melengkapiku dan ia
tak lengkap tanpaku. Yang mencintaiku dan kucintai. Buat apa aku meragukan
sesuatu yang telah menjadi kepastian? Ayah dari anak-anakku sudah dituliskan,
yang harus aku lakukan sekarang hanyalah menunggu dengan teru memperbaiki
diriku, hafalanku, tulisanku.
Jadi kalaupun suamiku nanti atau orang yang mencintaiku
ternyata bukan penghafal, tak masalah. Semua orang punya pilihan hidup.
Termasuk aku dan dia. Biarkan aku yang mengajari anak-anakku menghafal. Jodoh
itu tak selalu sama kan? Jadi biarkanlah kami saling melengkapi.
Baity Qur’ani, itulah mimpiku kini, mimpi yang hanya bisa
kuwujudkan jika aku telah bersuami. Kapan Allah? Kupasrahkan semuanya padamu.
Kau tentu tahu kan mimpiku? Jangan biarkan aku jatuh cinta. Aku takut jatuh
cinta. Jadi, jika memang aku harus jatuh cinta, maka itu adalah pancaran dari
dia yang mencintaiku. Jika dia telah
tiba, ajari aku dan tuntulah aku menjadi pecinta dengan sebenar-benarnya cinta,
Karena-Mu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar