Selasa, 12 Juli 2011

TELADAN DARI PEMILIK KETURUNAN

Beberapa waktu lalu saya melihat tayangan ulang sebuah program bincang –bincang. Sebenarnya hari itu saya tak secara khusus ingin melihatnya. Karena hari-hari saya di asrama kampus yang bebas dari kotak ajaib bernama televisi membuat saya awam terhadap acara televisi, baik program yang paling diminati maupun jam tayangnya.  Secara refleks tangan saya memencet sebuah nomor,hanya asal pencet. Bahkan saya tak hafal di nomor mana stasiun tv A, B, atau C. Saya harus memencet asal dan berkai-kali bila ingin mencari stasiun TV A.  Parah banget ya.....

Gerakan jari saya berhenti di sebuah acara, bintang tamu yang diundang dan duduk berdampingan di panggung adalah laki-laki dan perempuan yang tak lagi muda. Dari garis-garis unik yang menghiasi wajah mereka berdua nampaklah bahwa mereka adalah manusia yang telah melewati berbagai zaman di dunia ini. Mereka adalah pasangan suami istri yang baru saja merayakan ulang tahun pernikahan emas mereka. Pernikahan emas adalah sebuah pernikahan yang telah mencapai usia 50 tahun !!!



Rupanya saya terlambat melihat acara itu. Karena saat saya melihatnya sudah samapi pasangan yang ketiga. Mereka adalah Probo Sutedjo dan Ratmini Probosutedjo. Usia pernikahan mereka sudah 50 tahun. Dalam perbincangan hangat tersebut pasangan ini di berondong dengan pertanyaan yang ingin menguliti kehidupan rumah tangga mereka hingga bertahan sejauh ini.
“Ibu Rahmini, apa yang Ibu rasakan ketika bertemu Pak Probo?
“Saya gemeteran saat itu”, kata ibu rahmini sambil tertawa memperlihatkan giginya yang tak lagi utuh.
“Lalu, kenapa Anda menerima begitu saja lamaran Pak Probo padahal seperti yang kita tahu Pak Probo saat itu berusia 31 tahun sedangkan Anda belumlah genap 15 tahun?”
“ Saya tidak tahu ya, saya pikir inilah cinta gila. Karena Bapak mengenal saya beberapa hari sebelum melamar saya, dan karena Bapak sangat tampan”, kata Bu Rahmini sambil melirik pria disampingnya. Tawa pun pecah.
“Oh begitu ya, rupanya Pak Probo ini masa mudanya tampan”, seloroh presenter. Penontonpun kembali tergelak.
" Saya segera menikahinya karena menurut saya lebih baik pacaran setelah pernikahan daripada jalan berdua tak tentu arah, di samping itu saya takut ia di ambil orang ", bela Pak Probo dengan candaan

Dan masih banyak lagi dialog menggelikan yang menggugah hati dari pasangan ini. Bagaimana Probosutedjo muda yang maju dengan semangat membara mengucapkan janji suci ikatan pernikahan dengan mengenakan jas satu-satunya. Sementara Ratmini muda menjahit sendiri kebaya pernikahannya dan merias sendiri wajahnya agar nampak cantik di depan suaminya Probo Sutedjo muda yang tampan. Ya, segalanya dilakukan sendiri karena kala itu mereka berdua adalah pasangan yang sederhana dan masih menjajaki perekonomian. Namun, kini Probo Sutedjo dikenal sebagai pengusaha yang telah menyambangi beberapa negara.

Kesetiaan seorang Ratmini yang mendampingi Probosutedjo dalam mengarungi biduk rumah tangga mungkin juga patut ditiru. Kesibukan seorang Probosutedjo sebagai pengusaha yang masih aktif hingga kini adalah contoh betapa Ratmini sebagai seorang istri yang tabah dan setia. Itu belum seberapa, terpaan badai rumah tangga mereka teruji ketika suami tercinta masuk penjara pada tahun 2005. Semua cobaan, gelombang dan badai sudah mereka lalui. Dan sebagai ucapan rasa syukur karena telah melalui masa perkawinan hingga 50 tahun, awal Juni lalu pasangan Probosutedjo dan Ratmini merayakan perkawinan emas.

Subhanallah....hanya itulah kata-kata yang keluar seiring cerita yang terlontar dari mulut kendur mereka mengikut pada tarikan demi tarikan kulit yang menua. Probo Sutedjo yang berjalan dengan tongkat yang menopang tubuh ringkihnya sementara sang istri menggandengnya dengan tetap menyunggingkan senyum tercantik.  Kawan inilah contoh keteguhan hati dan kekuatan cinta. Contoh bagi kita kaum muda. Bahwa Allah sang maha cinta mengajarkan manusia hakikat cinta yang hak. Yang dibangun dalam pondasi kokoh berupa pernikahan, di`mana segalanya bernilai ibadah, menerima dengan keluasan dan keikhlasan segala yang ada di dirinya,  karena sesungguhnya tak ada manusia yang sempurna. Allah sungguh tak meridhai jalan cinta indah ini  ternodai manusia-manusia yang tak pandai meredam nafsunya.  Seakan dunia milik berdua yang lain ngontrak dengan biaya tinggi.                                      

Saya rasa bila kita bertanya bagaimana cinta dua insan yang sesungguhnya maka cinta Probo Sutedjo dan Ratminilah jawabannya. Bukan hanya pasangan ini saja tapi masih banyak pasangan lain yang bisa memberi jawaban bagaimana cinta dan mencintaiAyang sesungguhnya. Ayah ibu , kakek nenek kita. Kita bisa mengambil teladan dari mereka yang selalu menaungi kita dengan cinta. Dan teladan dari segala teladan adalah cinta Muhammad kepada isri-istrinya

Setelah melihat acara ini saya menyimpulkan bahwa tak ada cobaan yang berat selain cobaan dalam naungan pernikahan.  Karena kejutan indah dan cobaan akan berjalan beriringan terus dan terus sampai maut memisahkan. Oleh karena itu menurut saya ulang tahun yang sepatutnya kita rayakan adalah ulang tahun pernikahan. Karena setiap tahun yang berulang sedang pasangan itu masih bersana dalam bahagia, maka itulah keberhasilan mereka menaklukkan hidup berdua. Sedangkan ulang tahun perorangan berarti berkurangnya jatah hidup,sedang kita belum mampu menepis dosa dan luka-luka kehidupan yang kian menganga sementara kita masih harus berkelana menjalani hidup untuk menemukan obatnya. Merayakan ulang tahun pernikahan bukan lantas berpesta namun lebih kepada dzikir untuk bersyukur atas berbagai anugrah Allah yang indah.

Ah....andai kakek dan nenek saya masih lengkap, tentu saya akan bertanya kapan mereka menikah, maka kami cucu cucunya akan membuat mereka bahagia dihari dimana mereka bersatu, bersyukur atas  keberhasilan mereka melawan cobaan hidup, bersyukur karena dengan adanya hari itu lahirlah orang tua saya dan saya. Kini hanya tinggal seorang saja, seseorang yang saya panggil Mak (karena cucu pertama tak bisa mengucap mbah jadilah mak, turun temurunlah panggilan itu). Mak adalah ibu ibuku. Rabbi....berikanlah kesehatan pada Mak-ku di hari tuanya dan semoga kami keturunannya bisa membuatnya bahagia meskipun kami tak selalu bersamanya.

Wallahu’alam bishawab

Kawan setelah membaca tulisan ini....bertanyalah pada nenek-kakek, dan ayah-ibu antum tanggal berapa mereka menikah....saya yakin diantara mereka pasti ada yang telah melupakan hari istimewa itu......buatlah mereka bahagia di hari itu....dan hari selanjutnya....setidaknya kita semua bisa bersyukur bahwa pada hari itu, Allah telah menyatukan mereka......hingga akhirnya kita ada dan mengukir senyum untuknya.
Sampaikan salam saya untuk orang-orang yang antum kasihi..........`                                                                                                         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar