Sabtu, 05 Maret 2011

Kita bisa Jadi Siapa Saja

Minggu ini adalah minggu kedua saya menapaki semester 2 di Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, seperti awal semester sebelumnya seluruh dosen pasti akan memperkenalkan dirinya kepada mahasiswanya, kebetulan tak ada satupun dosen yang pernah mengajar saya sebelumnya. 

Seremonial perkenalan itu sebagian besar telah terjadi minggu lalu, namun ada beberapa dosen yang baru menyambangi kelas saya minggu ini. Seluruh dosen saya semester ini adalah orang asli Indonesia, makan nasi sama seperti saya, tapi ada banyak hal yang istimewa dari seremonial perkenalan sederhana itu

Dosen bisa dengan mudah memperkenalkan dirinya, keluarganya, riwayat pendidikannya, dan pengalaman hidupnya. Aku dan semua teman-temanku senang karena  kami pada sesi itu tidak dianggap sebagai mahasiswa, kami bukanlah orang yang haus ilmu darinya, tapi kami adalah temannya, sahabatnya. Baginya kami adalah sahabat yang baru datang dari sebuah pelosok desa menuju kota yang penuh cahaya.

Keterbukaan yang mereka bangun mulai mengalir......

Saya bukanlah orang pinter, bukan orang cerdas. Bapak saya petani dan ibu saya pedagang kecil. Saya senang bisa duduk di bangku sekolah, bertemu dengan teman-teman saya, tapi itu hanya berlangsung sampai tingkat SMA saja, untuk melanjutkan kuliah rasanya tidak mungkin. Saya bekerja....apa saja...hingga suatu masa dalam hidup, saya pernah tidur di jalanan selama kurang lebih delapan bulan!!!, hanya untuk mengumpulkan rupiah..hingga dua tahun kemudian saya melanjutkan kuliah dengan uang hasil keringat saya sendiri ditambah kalung ibu dan gelang adik untuk tambahan.....
Saya bertekad menjadi yang terbaik. Hingga saya menjadi nomer satu di fakultas. Beasiswa mengalir begitu saja. Kala itu saya mendapat uang saku 500.000 bersih, nominal uang yang sangat besar saat itu. Boleh di bilang saya hidup dari hasil beasiswa.Kalung dan gelang adik yang terjual bisa saya ganti dua kali lipat, dari uang beasiswa Hingga saat saya S2 saya bertemu dengan jodoh saya seorang putri dekan di salah satu univ ternama. Karena saya berasal dari desa, maka saya menyewa bis untuk mengangkut keluarga dan tetangga saya menghadiri resepsi di gedung. Hingga saya dikira orang kaya oleh tetangga saya. Padahal semua biaya itu adalah beasiswa saya
(Dosen Statistika Pendidikan di sebuah kelas kecil)

Wahai mahasiswaku, janganlah kalian takut menjadi aktivis kampus....



dulu saya adalah Presiden BEM saat kampus ini masih bernama UIIS. Bagi saya menjadi aktivis kampus adalah pilihan. Tapi kuliah tetap number one. Saya tidak pernah meninggalkan jam kuliah hanya untuk organisasi., meskipun kedudukan saya ketua BEM sekalipun. Zaman sekarang banyak mahasiswa yang terlena jabatan hingga ia lupa bahwa tugas utamanya adalah belajar bukan untuk mencari kehormormatan. 
Saya berasal dari Sumenep Madura, saya bukan anak oramg kaya, tapi saya bisa menembus Amerika. Saya mendapat beasiswa. Saya rasa saya juga bukan orang cerdas, tapi saya bisa mengatakan diri saya bejo-beruntung -red. Sembilan tahun saya di Amerika, menyelesaikan S2 dan S3 saya. Walaupun saya pernah jauh, tapi saya tetap orang Indonesia.
Istri sayapun orang madura, dia menyelesaikan S2-nya saat mendampingi saya di Amerika. Saya mendapat beasiswa dari Perusahaan Amerika, saya sekolah dan sembilan tahun disana. Tapi saya kembali untuk Indonesia.
(Dosen Sejarah Perkembangan Islam di sebuah kelas kecil &Dosen Pasca Sarjana UIN Maliki Malang)

Dari dua Narasi diatas dapat saya ambil kesimpulan bahwa kita bisa menjadi siapa saja. Siapa sangka orang yang dulunya sembilan bulan tidur di jalan kini ia telah menyelesaikan seluruh jenjang pendididkannya, tanpa biaya sepeserpun!!!!, Siapa sangka orang yang bersal dari madura bisa sampai ke Amerika hingga jenjang S3 bisa dilalui tanpa biaya???
Kita boleh bermimpi jadi siapa saja. tapi Allah yang menentukan semuanya. Disebuah film saya menemukan kata God is Architect. Semua yang kita jalani sekarang adalah hidup, dan yang belum terjadi adalah mimpi. Bila Anda bermimpi menjadi seorang A, maka jangan mengutuk diri bila sepeuluh tahun lagi Anda jadi B. Bila sekarang Anda sengsara belum tentu lima tahun lagi Anda masih berduka dan sebaliknya. Bermimpilah setinggi-tingginya. Karena bila mimpi yang gtertinggi tak terwujud, maka mimpi yang terjadi sekarang masih dalam level tinggi. Pupuklah motivasi diri Anda. Cetaklah prestasi dan buat tersenyum orang-orang yang Anda cintai. WallahuA'lam bishawab



Tidak ada komentar:

Posting Komentar