Selasa, 04 November 2014

Diary Appendectomy #8 Persiapkan Dirimu Untuk Operasi Rizza!



Setelah dokter Anthony pergi dua orang perawat masuk. Membawa pakaian ganti untukku. “Rizza sudah mandi?”

“Belum Sus, dari tadi ada pemeriksaan sampai nggak sempat mandi?”

“Bisa mandi sendiri atau Mbak-mbak perawat yang memandikan?”

“Tidak sus saya masih bisa mandi sendiri kok, malu ah dimandikan, kayak anak kecil saja, haha… “

“Tapi nanti setelah operasi kami yang memandikan ya, nggak usah malu, itu memang tugas kami”

“Memangnya nanti saya bakalan nggak bisa mandi sendiri ya Sus?”

Suster berkacamata itu hanya tersenyum “Ayo cepat mandi, keramas sekalian ya, hati-hati selang infusnya. Jangan sampai darahnya naik lagi.
Oya, perlu diketahui, jika kamu sedang diinfus jangan banyak gerak sepertiku ya! Tadi pagi darahku naik lho, cairan di selang yang awalnya putih itu ada merahnya. Karena jarum yang sudah dipasang di tanganku bergeser. Itu salahku memang. Kakean polah!


“Mbak Rizza, setelah mandi nanti, nggak usah pakai celana dalam dan bra ya cukup baju ini saja” suster itu menunjuk baju ganti yang dibawanya. Baju yang sama saja dengan yang kupakai sekarang. Modelnya sama, warnanya sama. Hijau pucat! Walaupun sehari ganti dua kali, aku merasa seperti tidak ganti! Sama saja, tidak nyaman pakai baju semriwing  seperti ini. Untung saja aku masih boleh pakai jilbab.

“Rambutnya Mbak Rizza pendek atau panjang?, Suster itu menelisik balik jilbabku, “ Oh ya, nanti diikat saja yang rapi. Untuk kali ini saja Mbak Rizza nggak usah pakai jilbab ya? Nanti ada penutup kepala khusus operasi kok, tenang saja”
Setelah suster itu pergi aku mandi dan menuruti semua apa yang ia ucapkan. Termasuk keramas dan membersihkan bulu ketiak dan kemaluan. Ya, suster tadi juga memerintahkan untuk  melakukan itu. Untuk memudahkan saat operasi. Aku tidak tahu apa maksudnya tapi aku manut saja, toh aku sama sekali tidak rugi, aku malah suka karena tubuhku bersih sempurna. (maaf pembaca, mengenai instruksi untuk tidak memakai pakaian dalam dan membersihkan bulu-bulu mungkin tabu untuk dituliskan, tapi tetap saya tuliskan dan saya sama sekali tidak malu karena ini saya niatkan untuk berbagi ilmu, memang begitulah adanya persiapan pra bedah itu, jadi bagi yang hendak menjalani bedah apapun itu, tak usah kaget ataupun malu)

Setelah mandi, ibu merapikan pakaian saya. Meski itu adalah pakaian berwarna hijau pucat tadi. Ibu dengan pelan mengaitkan tali-tali yang ada dibelakang itu. Sejam kemudian setelah rambutku kering, ibu menyisiri rambutku dan mengepangnya. Semua ini persis sama seperti belasan tahun lalu saat aku akan berangkat ke sekolah. Ibu selalu menyisiri rambutku, dan menguncir dengan macam-macam pita atau bando, atau kepang. Sesuai permintaanku ibu selalu melakukannya setiap pagi, dan setelah bertahun lamanya aku tak pernah mengalami itu lagi karena harus hidup kost dan mandiri, pagi ini ibuku melakukan hal itu. Membuatku terharu, mungkin juga ibu mersakan hal yang sama, tapi ia memendamnya sepertiku.

Setelah rambutku tertata rapi, ibu melepas cincin, giwang dan kalung yang sudah bertahun-tahun selalu kukenakan, dalam operasi bedah tak boleh mengenakan perhiasan. Entah apa alasannya aku tak tahu. Setelah semuanya selesai aku duduk manis dipinggir ranjang, memainkan kaki dan ujung rambut yang dikepang ibu. Ah… sudah lama rambut ini tidak dimodel-model seperti ini. Tak lama perawat datang membawaranjang beroda untukku.

“Rizza, sudah siap rupanya, ayo kita ke ruang operasi Ini silahkan dipakai penutup kepalanya, usahakan rambutnya tidak terlihat ya” Aku salim pada ibu lalu menaiki ranjang beroda itu. Sama sekali tak ada rasa takut sekarang, ndredeg pun tidak. Aku malah senyum-senyum sendiri. Ya Allah, kejutan apa lagi ini? Aku akan segera dioperasi dan sakit ini akan hilang.

Diary Appendectomy#9 Di Ruang Operasi 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar