Selasa, 01 Juli 2014

Jilbob



"Cantik kan?"

"Iya, cantik"

"Serius lho ya, jangan bohong'

"Dua rius deh, kamu cantik" Mendengar ucapanku ia tersenyum, pupil matanya melebar. Indah nian Allah menitipkan sepasang mata itu ketika menerima pujian. Tak salah memang kalau Allah menyuruh saling memuji, memang pujian itu menyenangkan hati. Tapi jujur dia cantik sekali malam ini. Cantik sekali.

"Mau kemana?"

"Mau muter-muter aja, cari makan. Mau nitip?"

"Nggak, makasih, aku sudah makan tadi"

"Oke deh, selamat malam mingguan dengan laptopmu itu ya Za, Dahh" segera ia raih helm yang tertumpuk di dekat pintu.

"Eh eh tunggu!"


"Ada apa, aku buru-buru nih"

"Itu!" aku menunjuk pada pinggangnya, terlihat sedikit lemak menyembul dari kaus kuningnya. Ia pun menarik kaus itu kebawah, menutupnya.

"Sudah kan dahhh" Aku hanya bisa menatap kepergian temanku itu, sepertinya senang sekali. Malam minggu, malam yang panjang bukan? Nah, sepertinya tidak berlebihan kalau ia cantik sekali malam ini, ritual seminggu sekali, harus spesial. Itu yang sering ia bilang.

Teman-temanku, mereka memang cantik-cantik. Pintar sekali memainkan alat kosmetik. Pun dengan jilbab, sudah puluhan video tutorisl hijab yang dilihat, lalu dipraktekkan untuk keperluan  sehari-hari. Untuk kuliah, kerja dan malam mingguan sudah pasti beda modelnya. Kreatif sekali modelnya.

"Kamu coba dong Za, begini nih" Mereka mendadaniku, dengan 'hijabstyle' Aih, mereka ini apa-apaan, aku kan bukan model, lagipula aku juga nggak pantes jilbab dimodel-modelin, nggak nyaman

Jika mengingat semua itu, aku jadi tersenyum sendiri, ternyata mereka itu begitu perhatian. Pun dengan penampilan, berbeda sekali denganku yang tak peduli sama sekali, setidaknya jika perbandingannya adalah aku dengan mereka. Ya, perempuan memang punya fitrah untuk cantik, indah dan menyukai keindahan, apapun itu. Jilbab kreasi itu pun juga ekspresi dari keindahan itu sendiri.

Sekarang ini adanya hijab class memang menjadi booming. Ribuan tutorial hijab tersimpan di dunia maya, berbagai hijab class diselenggarakan di berbagai kota. Saya sangat bersyukur dengan geliat ini, kesadaran menutup auratnya dengan jilbab kian menguat. Meski sebenarnya istilah hijab untuk penutup kepala kurang tepat, karena dalam bahasa arab hijab itu bermakna pembatas. Sedangkan jilbab yang jamak disebutkan sejak dulu sebagai penutup kepala bermakna pakaian yang menutup tubuh dari atas kepala sampai mata kaki, mungkin yang dimaksud jilbab yang sebenarnya adalah gamis atau jubah. Istilah yang paling pas untuk penutup kepala sebenarnya adalah kerudung. Dalam bahasa arab yaitu khimar. Tapi, bukankah bahasa itu hasil kesepakatan bersama? Asal semua paham maksudnya? Jika memang begitu, maka penggunaan bahasa hijab, jilbab atau kerudung tak jadi soal menurut saya, yang terpenting adalah penerapannya dalam kehidupan.

Jika dulu orang berjilbab diamggap ndeso, kampungan atau penghambat aktifitas, maka dengan adanya fenomena hijabstyle ini berjilbab menjadi mainstream. Karena meski berjilbab tetap bisa bergaya dan cantik.Dampak dari booming-nya hijab, banyak perempuan Indonesia yang dulunya menolak berjilbab dengan alasan belum siap dan segala macam alasan lainnya, mulai mencoba untuk berjilbab. Artis-artis pun mulai tergugah, mulai dari Zaskia Sungkar, Nury Maulida, Peggy Melati, Yulia Rachman dan yang paling baru ramadhan ini adalah maestro musik pop, yakni Melly Goeslaw. Alhamdulillah. Akhirmya Allah benar-benar membuka hati mereka untuk belajar menjalankan syariat-Nya.

Industri busana juga mulai berbenah, model-model baju muslimah sekarang ini begitu beragam, trendy. Silahkan pilih sesuai karakter masing-masing individu. Belakangan muncul kata jilbob, sebuah istilah yang digunakan untuk perempuan berjilbab tapi ketat. Baju yang digunakan begitu melekat pada tubuhnya, hingga membentuk lekuk tubuhnya. Belum lagi jika hijabstyle yang dipilihnya terlilit-lilit hingga dadanya begiti terbentuk sempurna karena baju ketatnya.

Tidak akan mencium bau surga mereka yang berpakaian namun telanjang , yakni mereka yang terbungkus kulitnya dan seluruh auratnya dengan pakaian, tapi lekuk tubuhnya terlihat nyata. Memang berjilbab membutuhkan proses. Jika belum bisa panjang,  maka minimal sampai menutup dada, karena menutup dada ini syarat utama. Masih belum pede? Maka usahakan palaiannya longgar, agar dada tak terlihat bentuknya.

Tak hanya dada, pinggang pun begitu, banyak sekali pakaian yang menyertakan karet pada bagian belakang, agar tak terlalu lebar dan bentuk pinggang terlihat seperti gitar prancis kalau orang. Masih ada banyak lagi model pakaian yang meski tertutup tapi jilbob. Meski menutup tapi tetap mecotot membuat mata-mata melotot. Saya pernah membaca, bahwa tubuh wanita yang tertutup namun membentuk lekuk tubuhnya alias ngepres justru membuat para lelaki penasaran dan bernafsu daripada tubuh perempuan yang terbuka, tak tertutup apa-apa.

Sekali lagi, saya sangat bersyukur dengan geliat perempuan untuk berjibab, tapi saya juga khawatir dengan jilbob jilbob yang bertebaran. Ingin rasanya memberikan penguatan, tapi saya sendiri juga masih jauh dari sempurna untuk dikatakan menjalankan syariat menutup aurat dengan benar. Akhirnya saya hanya bisa mendoakan, semoga kesadaran jilbob untuk menutup aurat dengan benar semakin menguat setiap hari dan semoga kita semua semakin nyaman dan mencintai syariat yang indah ini.

Jilbob adalah fenomena, tapi saya yakin, ini adalah sebuah proses untuk menjadi muslimah yang menutup auratnya dengan sempurna. Semoga Allah selalu menjaga kita, tubuh kita dan akhlak kita dalam kebaikan. Dan semoga apa yang kita lakukan memberikan manfaat dan inspirasi bagi perempuan lainnya. Bahwa menutup aurat itu tak hanya sekedar kewajiban berislam tapi juga perlindungan dan pengertian Allah untuk kita. Selamat berproses!


Salam
Rizza Nasir

Kediri, 1 Juli 2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar