Rabu, 21 Maret 2012

Cangar, ternyata Tak Sesangar Namanya


Musda dan Outbond FKM-K  2012
            Weekend, 04 Maret 2012
Sabtu dan Minggu ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh kami bocah-bocah Kediri. Agenda tahunan kami musyawarah daerah siap digelar. Musyda kali ini adalah yang kedua sejak organisasi ini terbangun dari mati surinya ditinggal pentolannya Mas Nurdyansyah. Kalau Musyda pertama di Coban Rondo kali ini kami memilih Hutan Raya R. Soerjo Malang sebagai saksi musyawarah kami.
Truk datang, semua sudah berkumpul ada 40 peserta yang daftar, 2 orang angkatan 2009. Mbak Isyati dan Mas Pras. 2 orang alumni. Selebihnya kami panitia angkatan 2010 dan adik-adik angkatan 2011. Oke berangkat.....
Entah harus dengan bahasa apa aku katakan perasaanku sore itu. Seneng, terharu. Semuanya kumpul jadi satu.FKM-K yang kami bangunkan dari tidurnya setahun lalu kini akan melaksanakan musyawarah kedua. Dulu dengan biaya patungan dan minta-minta. Kini kami sedikit lebih modal. Alhamdulillah.
Perjalanan yang sangat menyenangkan Kawan. Lebih menakjubkan dari perjalanan kempingku sebelum-sebelumnya. Jalanan yang terus menanjak di kanan kiri kulihat deretan pegunungan dengan kabut tipis menyelimuti, akhirnya aku taju seperti apa pohon wortel dan kol semuanya berjajar rapi, membentuk sengkedan yang menakjubkan, rapi sekali, hijau, adem. Ditengah perjalanan pula segerombol ibu pemetik apel berjalan pulang, pakaiannya seadanya, kepala dan wajahnya dibalut kain, aku biasa menyebutnya udeng-udeng. hanya matanya saja yang terlihat. Persis seperti Aisyah. Aisyah yang kutemui sore ini bukanlah Aisyah yang anggun dan cantik tapi aisyah yang sederhana dan apa adanya, pasrah. Dengan keriput yang memenuhi wajah ayunya dan langkah gontai lelah. Rabb...kuatkan mereka. Karena mereka pula aku bisa makan apel, aku bisa makan sup sayur.
Sampai ditempat tujuan. Pukul 16.00. Tenda didirikan. Ada banyak anak pramuka disini. Dalam sekejap tenda dome dan tenda regu berdiri. Sholat Ashar pun digelar. Sebagian di mushola sebagian lainnya sholat di samping tenda beralas banner. Sampai maghrib menjelang kami menghabiskan waktu bercengkrama, foto-foto gila, menikmati udara dingin yang mulai menggoda. Beberapa sudah mengambil jaket dan kaus tangan plus kaus kaki.
“Mbak Rizza nggak bawa jaket ya?, nggak dingin Mbak?’
“Bawa dek, ntar aja ah....biar terbiasa dengan dingin dulu, belum saatnya, ntar malam pasti lebih dingin lagi”
Kawan, mungkin ini adalah kemping ternekat yang pernah kujalani. Aku hanya membawa jaket tipis, tanpa sarung tangan, selimut. Bahkan kaus kaki kaki pun tak kubawa. Permukaan kakiku terluka beberapa hari ini. Bila memakai kaus kaki, luka itu akan lengket. Sakit banget saat dilepas....Rabb, forgive me yah, it’s hard for me to close my foot. Sick...
Maghrib menyapa. Semua meninggalkan bumper menemui panggilan Rabb-Nya. Tinggal aku, Ria dan Hana. Jangan tanyakan sebabnya, Kau pasti tau sebelum aku bersuara ^_^. Tidak ada seorang cowok pun. Aku rebah beralas rumput. Di atas gundukan tanah tak jauh dari tenda. Subhanallah....mataku menangkap bulan bersinar begitu terangnya, meski tak bulat penuh, tapi menatapnya langsung dengan posisi sepertiku sekarang  ini sangat menakjubkan. Langit biru menua, daun-daun pinus bergoyang mengikuti arah sang bayu.Digin menyusup dalam jilbabku. Di ujung sana deretan bukit mulai terlihat gelap, masih terlihat siluetnya. Ah....indahnya....Subhanallah ya...
Musyawarah sebagai agenda vital pun digelar di pendopo tak jauh dari tenda. Sangat nyaman. Berbeda dengan musyawarah setahun lalu yang di gelar di dalam tenda dengan segala keterbatasannya. Membincabng soal draft AD/ART memang membutuhkan waktu lama. Aku rasa ritual seperti ini sangat membosankan dan membuang waktu. Meski harus kuakui ini adalah proses yang penting dalam tegaknya sebuah organisasi.Presidium sidang di bentuk. Sidang malam itu dimulai dengan Mas Pras (PAI 2009) sebagai Pindang (pmpinan sidang) Satu-persatu draft AD/ART kami kritisi. Ditengah sidang, kantukku datang. Teh panas dan cemilan yang disuguhkan Ratna sebagai sie konsumsi tak mampu mencegahnya. Aku sempat tertidur beberapa menit.
Angin malam mulai menggila. Dingin sekali Kami saling merapat. Slepping bag Sadad berhasil kupinjam. Meski harus dipakai tiga orang. Lumayanlah untuk sedikit mengusir dingin di kaki. Anjing hutan  pun mulai terlihat berkeliaran di luar. Aku takut. Jijik. Warnanya yang putih semakin menampak dalam malam gelap itu.
“Siapa yang mau pipis”. Kata Uswah
“Ayo”, aku menyambutnya. Sebenarnya sudah sejak tadi aku ingin previllege (istilah dalam persidangan yang berarti izin meningglkan forum), tapi nggak da teman, aku takut jalan ke kamar mandi sendirian di tengah malam dengan anjing berkeliaran seperti ini. Aku dan Uswah berjalan, jujur kami takut berdua saja.
“Hooooweeeyyy ada orang nggak disana”teriak Uswah ke arena tenda.
“Da pa Us !!!!!, teriak Anta Sang ketupel, pasti mau ditemenin pipis”
“hahhahaa....kok tau sich”
“Entah sudah berapa kali aku bolak-balik ke kamar mandi”, kata Anta memelas
“Ya nggak papa to, kamu kan baik”, kataku
Jadilah kami nguntit di belakang Anta. Dia yang pegang senter. Udara malam ini benar-benar dingin Kawan. Tubuhku menggigil. Kamar mandi sekitar 200 M dari bumper Tapi air di dalam kamar mandi jauh dari perkiraanku. Sangat hangat dan nyaman. Selangkah saja keluar dari kamar mandi, rasa hangat sudah sirna kembali dengan dingin.
“ayo kita main sugesti, malam ini tu nggak dingin kok hangat banget’, kata Uswah di perjalanan balik
“Iya, hangat banget, duh kok gerah ya”, balasku. Dan kami pun tertawa.
            Jam menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Semua peserta sidang sudah teler. Akhirnya sidang ditunda sampai pukul 05.00 pagi. Alhamdulillah....
Semua peserta mulai memasuki tenda. Tenda yang kami punya hanya satu. Untuk dua makhluk yang berbeda jenis. Tenda kecil tak cukup untuk menampung peserta laki-laki.
“Mas masak kami tidur satu tenda”, tanya seorang peserta kepada Anta
“Di pasang pembatas saja”, usul yang lain
Pembatas berhasil di pasang. Aku memutuskan untuk tidak tidur malam itu. Aku sudah kapok tidur malam saat kemping di pegunungan. Tubuhku pasti menggigil tak karuan saat pagi datang. “Met bobok ya Cah...”, kataku menutup tenda.
Hampir seluruh panitia tidak tidur, kami lebih memilih duduk melingkar menyalakan api unggun, lama seklai, api unggun baru menyala, kayu yang kami punya basah oleh tetesan air daun. Perjuangan keras, api menyala. Kami semakin merapat, kami butuh kehangatan.
Malam terus merangkak, kami bercengkrama. Rifai memetik gitar, Salma dan Ndut pun mulai bersenandung.Munif mengeluarkan bungkusan ketela. Kami mulai membakarnya. Baru pertama kali ini dalam hidupku, aku makan ketela bakar, dengan suasana yang pas, kebersamaan yang menyenangkan dalam dingin malam yang akut. Nikmat sekali. Kami adalah anak yang terlahir di daerah yang sama. Kediri. Perbincangan malam itu adalah tentang kediri. Tentang masa-masa SMA, kenakalan kami, tempat-tempat yang pernah kami kunjungi, organisasi dan guru-guru. Kami bebas berekspresi dengan bahasa kami tanpa ada yang bingung ataupun tertawa. Nyapo, piye, kae,kui, cah-cah. Iyo to?. Kawan kalau kalian mendengar kata-kata itu, mungkin mereka adalah orang kediri asli sama seperti kami.
            Subhanallah semakin bertambah tua malam itu, semakin indah, bintang mulai tampak menemani bulan yang sejak tadi termenung sendirian menatap keceriaan kami. Indah sekali, tak ada penghalang mataku untuk memandang dan merasakan keindahan benda langit itu, aku menyatu dengan alam malam ini. Fa biayyi alaaai rabbikuma tukadziban Za??
            Pagi. Kami mulai menjerang air. Teman-teman sudah mulai berkumpul melanjutkan persidangan yang tertunda semalam. Aku lebih suka bergulat dengan pisau dan teman-temannya. Kami memasak ala kadarnya. Nasi, mie campur dan telur dadar. Makan lahap, kenyang dan gembira. Ya.. kami memang gembira, karena setelah itu kami mendapat tuntunan outbond yang menyegarkan, menguatkan rasa persaudaraan kami, kerjasama dan kepercayaan. Capek memang tapi kami senang.

            Satu hal yang membuatku terharu, saat kami melakukan ritual narsis kami, foto sana sini, dengan background bendera ungu, Ada seorang pengunjung pemandian air panas yang berteriak,” Wooooii Kediri...Maju terus Kediri!”. Mereka tahu kalau kami bocah Kediri. Mungkin membaca bendera ungu kami.

            Last adventure, Pemandian air panas Cangar. Tenda sudah selesai kami robohkan, semua peralatan dan barang-barang sudah aman di atas truk. Kami meninggalkan area dan berjalan ke area pemandian air panas. Jalanan menanjak rusak berbatu, licin,  sekitar 500 meter dari bumper. Seperti inikah pemandian itu?? Yang sering dikunjungi teman-teman mahasiswa diakhir pekan. Kawan, 2 tahun hidup di Malang, aku menyimpan list tempat-tempat yang membuatku penasaran. Satu tempat sudah aku centang tadi malam.
Ah....segarnya, air hangat dengan aliran yang tenang, mengepul. Satu hal lagi yang menakjubkan dimataku. Udara cangar memang sangat dingin tetapi airnya hangat dan mengepul. Subhanallah.....
            Kami mulai turun ke air, berbaur dengan pengunjung, merasakan aliran air, membiarkannya memasuki celah pori menghangatkan kami. Senyum kami pun makin lebar.

Allah aku sangat bersyukur memiliki hari ini. Hari yang membuatku semakin percaya padaMu. Bahwa Kau sangat luar biasa. Terima kasih Kau mudahkan urusan organisasi FKMKku, menguatkan persaudaraan kami, memberikan kami bahagia dan semangat baru...

Cangar namanya pernah sangat asing dan menyeramkan ditelingaku. Tapi ternyata sangat indah dan menyejukkan.
Cangar tak sesangar namanya


Midnight on ZONARIZZA






Tidak ada komentar:

Posting Komentar