Candu menurut KBBI berarti getah
kering pahit berwarna cokelat kekuning-kuningan, yang diambil dari buah Papaver
somniferum, yg dapat mengurangi rasa nyeri, merangsang rasa kantuk, dan
menimbulkan rasa ketagihan bagi yang menggunakannya; atau cairan kental
berwarna hitam yang keluar dr rokok yg diisap dan melekat pada pipa. Getah
candu lengket. Sulit sekali dilepaskan dan dihilangkan bekasnya. Bahkan
deterjen yang bisa mencuci sendiri pun lewat.
Seperti halnya candu yang
melekat, sebagai seorang pembelajar.
Sejak dulu hingga kini kita pasti lekat dengan yang namanya tulisan. Tulisan
yang menjadi warisan keilmuan. Bayangkan jika tak ada tulisan. Ilmu-ilmu yang
luar biasa pasti hilang di telan masa. Al-Qur’an contohnya, barangkali jika
tidak dibukukan dan tetap ada pada pelepah dan tulang-tulang yang berserakan
sera hafalan para hafidz yang syahid. Al-Qur’an tak akan pernah sampai pada
kita. Ranah filsafat, kedokteran hingga
kebudayaan yang dikembangkan oleh Ibnu Sina, Al-Farobi dan ilmuwan lain akan sia-sia
andai tidak mereka wariskan melalui tulisan
Saya selalu kagum pada orang-orang
yang cerdas. Orang-orang yang setia pada
ilmu, senang mencari dan memberikannya. Apalagi pada mereka yang mau meluangkan
waktunya untuk menuliskan pengalaman hidupnya dan semua hal yang ingin ia
bagikan. Penulis. Meskipun kelihatannya
biasa-biasa saja tapi ketika ia menulis dan saya membaca tulisannya. Maka
penulis itu menjadi cerdas berkali lipat dari sebelumnya di mata saya.
Sejak mengenalnya sembilan tahun
lalu. Dunia kepenulisan memang menggelitik saya untuk masuk dan mengetahui
dunia ini lebih dekat. Awalnya saya sedikit materialistik. Dipikiran remaja
saya kala itu. Menulis adalah menulis kata-kata, entah cerpen, artikel, dan
kawan-kawannya lalu dikirim ke media masa, dimuat dan kita dapat uang. Terkenal.. Selesai. Hanya
sebatas itu pemahaman saya terhadap dunia ini.
Ternyata setelah mengenal dunia ini
lebih dekat saya jadi tahu, menulis tidak hanya bicara soal uang atau
kepopuleran penulisnya tapi menulis bicara tentang kebutuhan dan kepuasan.
Kebutuhan untuk menuangkan inspirasi yang terus berjejal memenuhi otak, menunggu untuk dituangkan pada selembar
kertas menjadi tulisan. Kepuasan. Bila inspirasi yang mulai tumpah bisa
dirangkai dalam kata-kata dan orang lain bisa membacanya. Puas sekali rasanya
jika tulisan kita dibaca, diapresiasi serta dapat menginspirasi orang lain.
Diawal mengenalnya saya sering
bertanya pada mereka yang saya anggap sudah makan asam garam di dunia ini. Bagaimana
memulai menulis?, Bagaimana menuangkan ide? Pengen menulis tapi tidak ada ide. Pertanyaan sederhana khas
pemula. Seiring waktu pertanyaan saya terjawab. Bahwa ide ada dimana-mana. Dan
ia akan menjadi tulisan kalau ditulis, digabung dengan kata-kata lain. Bahkan
tak perlu susah-susah cari ide. Ide itu sudah bermunculan hingga kadang-kadang
saya kewalahan. Mana yang harus saya tulis dulu?
Saya berpikir jangan-jangan saya
mulai kecanduan. Jika banyak orang kecanduan game, narkotika, rokok, hingga
film porno. Maka saya pun tak mau ketinggalan kecanduan. Kecanduan yang tak
mengkhawatirkan, kecanduan yang tak perlu banyak orang yang membujuk untuk
segera dihentikan Kecanduan yang menyehatkan dan mencerdaskan. Kecanduan itu adalah kecanduan menulis.
Jika para ibu memulai paginya dengan
berpikir masak apa hari ini? Maka bagi orang yang kecanduan menulis, ia
akan memulai paginya dengan berpikir Menulis apa hari ini? Atau mana
dulu nih yang saya tulis?. Jika ada 10 saja pemuda yang kecanduan menulis
model begini dan ia siap menyuntikkan candunya ke orang lain. Sudah bisa
dipastikan tak lama lagi dunia ini akan penuh orang-orang yang haus ilmu, orang
yang selalu ingin menuliskan harinya dan berbagi inspirasi dengan lainnya.
Orang-orang yang jatuh cinta dan mencintai
dunia keilmuan. Mewariskan harta
paling berharga pada anak cucunya. Nah,
setelah bergabung di FLP Ranting UIN. Semoga semakin banyak mahasiswa yang
kecanduan. Kecanduan menulis dan berbagi melalui tulisan. Kecanduan menulis,
siapa takut! Wallahu’alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar