99 Cahaya di Langit Eropa (Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa)
Oleh Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra
Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Cetakan VIII, Mei 2012
Tebal 412 halaman
ISBN 978-979-22-7274-1
Rizza Nasir
Mengutip kata-kata George Santayana: ‘Those who don’t learn from history are doomed to repeat it.’ Barang siapa melupakan sejarah, dia pasti
akan mengulanginya. Banyak di antara umat Islam kini yang tidak mengenali sejarah kebesaran Islam pada masa lalu.” (hlm. 4)
Apa yang kalian kenal dari Eropa? Kulit putih? Eiffel? Colosseum? Eropa lebih dari itu. Ia menyimpan sejarah yang agung tentang peradaban yang luhur, tentang sebuah keyakinan bernama Islam. Buku ini membuka mata dunia bahwa Islam dan Eropa mempunyai ikatan yang tak lekang zaman.
99 Cahaya di Langit Eropa adalah sebuah novel yang ditulis berdasarkan kisah nyata mengenai perjalanan spiritual Hanum Salsabiela Rais dan suaminya, Rangga Almahendra, dalam mengulik sejarah Islam selama 3 tahun mereka menetap di bumi Eropa. Dalam buku ini, perjalanan mereka terbagi menjadi empat rute utama: Wina (Austria), Paris (Prancis), Cordoba dan Granada (Spanyol), serta Istanbul (Turki).
Mendapat beasisiswa doctoral di Eropa, Rangga memboyong istrinya untuk bersama-sama hidup di benua yang belum pernah mereka tinggali sebelumnya. Petualangan mereka dimulai . Hanum bekerja untuk proyek video podcast Executive Academy di kampus suaminya. Di tengah-tengah kesibukannya mengerjakan projek tersebut, Hanum pun mengikuti kursus bahasa Jerman. Dan di tempat itulah ia menjalin persahabatan dengan Fatma Pasha, seorang Muslimah asal Turki.
Melalui Fatmalah Hanum mendapatkan banyak ‘oleh-oleh’ dari Eropa. Oleh-oleh berupa keyakinan yang mendalam pada agama yang sejak kecil dipeluknya. Melalui penuturan Fatma, kita pun paham bahwa menjadi seorang Muslim di negara yang umat Islamnya menjadi minoritas bukanlah hal mudah. Fatma berkali-kali ditolak bekerja di berbagai perusahaan karena ia berhijab. Belum lagi kesulitan menemukan ruang ibadah di tempat umum. Meskipun demikian, Fatma telah bertekad untuk menjadi agen Muslim yang baik di tempatnya berada.
“Fatma membukakan mata bahwa lima pilar inti ajaran agama Islam juga harus tersuguh dengan akhlaqul karimah dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya dimaknai sebagai tata cara beribadah. Fatma menghadapi tantangan lebih berat—di tengah penduduk nonmuslim—yaitu di Eropa yang umatnya semakin bangga melepas semua atribut agama, mengabaikan keniscayaan terhadap Tuhan alias ateis. Sama sekali bukan perkara mudah. Akan tetapi, dia percaya keteladanan berbicara lebih keras dari kata-kata.” (hlm. 63)
Buku ini pun tak lepas dari kunjungan penulis ke tempat-tempat bernafaskan sejarah Islam di Eropa. Seperti Museum Wina dan kisah tentang Kara Mustafa Pasha, panglima perang khalifah Ottoman. Kemudian Museum Louvre di Paris, yang menyimpan berbagai bukti sejarah jayanya Islam di abad pertengahan. Siapa yang menyangka bahwa penemu lensa kamera serta peta antariksa pertama adalah ilmuwan Muslim? Atau pinggiran hijab Bunda Maria yang ternyata bertuliskan kalimat tauhid ‘Laa Ilaaha Illalah’? Belum lagi, fakta bahwa di masa Masjid Agung Paris pernah menyelamatkan puluhan warga Yahudi dari kejaran tentara Nazi Jerman.
Buku ini berisi kisah nyata dari perjalanan penulisnya selama di Eropa, Kata-kata di dalamnya mengalir, puitis dan menggugah. Meskipun ditulis dalam bahasa novel sama sekali tidak mengurangi esensi kisah tentang keagungan perkawinan Islam dan Eropa di masa lalu yang menakjubkan.
Buku ini pun dilengkapi peta penjelajahan penulis ke tempat-tempat bernafaskan sejarah Islam di Eropa serta halaman lux berwarna di bagian belakang, lengkap dengan foto tempat-tempat yang disinggahi penulis selama berpetualang di Eropa. Juga dilengkapi uraian kronologis Islam mulai abad ke 7 hingga abad 21
Allah membiarkan umat Islam mengalami pasang surut,agar manusia-manusia bisa belajar dari sejarahnya, dari orang-orang terdahulu. Belajar dari keberhasilan sekaligus kegagalan agar manusia memiliki dua sayap pengalaman yang lengkap untuk membuatnya terbang lebih tinggi pada kemudian hari (hal 392)
99 Cahaya di Langit Eropa merupakan bacaan yang layak bagi mereka yang ingin memelajari sejarah Islam dengan mudah. Tidak salah bila buku ini menjadi salah satu bestseller Penerbit Gramedia dan sudah dicetak ulang sebanyak delapan kali dalam kurang dari satu tahun.
Sebuah perjalanan, akan menghadirkan kisah-kisah. Dan kisah itu akan hilang jika tidak dipatri dan dibagi melalui tulisan. Seperti Hanum dan Rangga suaminya. Perjalanannya abadi dan terkenang karena tulisan. Tertarik? Tulislah perjalananmu sendiri, Kawan ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar