Saya sempat menuliskan, jika nanti lulus kuliah saya akan
langsung melanjukan S2. Kalau Allah merestui saya ingin kuliah di Aussie atau
Jepang. Sebuah negara impian saya, atau saya ingin pergi ke Jogja. Sejak lulus
aliyah saya sudah bercita-cita kuliah disana, menjadi penerus ibu. Tapi
ternyata orang tua belum mengizinkan. Kala itu kota kedua pilihan saya adalah
Malang, jadilah saya kuliah di kota itu. UIN Maulana Malik Ibrahim malang pada
jurusan PGMI. Alhamdulillah 46 bulan di Malang saya selesaikan S1 tersebut.
Sekarang sudah wisuda. Lalu? Ternyata saya harus berpikir
ulang jika harus S2. Tabungan saya untuk S2 sudah terpakai untuk menambahi
biaya rumah sakit ayah seminggu sebelum saya diwisuda. Hanya tinggal delapan
ratus ribu saja. Lagipula, siapa yang akan menjaga ayah di rumah? Ibu bekerja,
adik-adik sekolah. Apakah saya juga akan pergi? Akhirnya saya kubur dalam-dalam
impian melanjutkan S2 sampai waktu yang tidak ditentukan. Untuk S2, saya harus
mulai menabung lagi dari awal.
Sempat iri melihat posting dan sms teman-teman yang mengatakan bahwa mereka sudah mengajar dan mendaftar S2. Sempat menangis juga kalau melihat tulisan S2 yang tercoret tanpa sempat diwujudkan. Tapi saya sadar, tiap orang punya jalan hidupnya masing-masing. Jalan saya dan jalan teman saya berbeda. Saya harus berjalan pada jalan saya sendiri. Tak boleh iri, harus berbesar hati. Akhirnya saya katakan pada diri saya, “kamu tak boleh menangis Rizza, harus kuat jangan lemah. Ayo bangun, bangkit”
Sebulan sebelum ramadhan, saya habiskan waktu untuk membaca
dan menulis sembari mengurus pekerjaan rumah tangga. Ada bosan juga, saya yang
saat kuliah begitu aktif berorganisasi dan bekerja, tidak ada waktu santai
kecuali malam hari. Teman saya banyak, tempat yang saya kunjungi beragam,
tiba-tiba dengan berakhirnya masa study saya, berakhir pula semuanya. Sepi!
Hanya ada aku dan adik-adikku. Bertemu tetangga hanya saat shalat di masjid
atau di undang bantu-bantu jika ada hajatan. Selebihnya di rumah saja, berteman
laptop dan buku-buku. Aih, membosankan sekali!
Akhirnya saya terpikir untuk membuka relasi dengan
teman-teman di jejaring sosial. Pernah saya menulis sebuah tulisan lalu saya
sertakan disitu nomer handphone dan pin BBM. Saya niatkan untuk berbagi cerita.
Karena selama sekolah, kuliah dan bahkan setelah wisuda saya banyak menjadi
tempat curhat teman-teman. Barangkali ada diantara teman-teman yang butuh
kuping untuk mendengarkan dan berbagi kesedihan dengan saya. Saya ingin
membantu banyak orang meski di rumah saja. Meski tidak dengan uang, saya punya
telinga untuk mendengarkan dan sedikit ilmu untuk memberi saran. Alhamdulillah
respon teman-teman bagus. Banyak yang bercerita pada saya, bahkan semuanya
adalah orang baru. Alhamdulillah, teman baru, cerita baru dan semoga apa yang
saya lakukan bisa membantu.
Pada bulan ramadhan. Ramadhan ketujuh, saya terpikir untuk
berwirausaha. Bukankah saya punya pulsa modem? Bukankah setiap hari saya
membuka jejaring sosial, kalau tidak berbagi cerita ya berbagi tulisan saya?
Kenapa saya tidak membuka online shop saja? Toh, saya sudah terlatih jualan
sejak kecil. Ibu saya punya kios di Taman Wisata Ubalan, sejak SD saya sudah
terbiasa jaga kios sendirian. Saat aliyah pun saya sudah jualan jajanan lima
ratusan di asrama putri. Kakak-kakak sepupu saya juga banyak yang jualan. Budhe
saya penjahit jilbab. Aih, bukankah saya sudah punya bakat jadi pedagang?
Akhirnya, berbekal tabungan delapan ratus ribu yang tersisa
di atm, saya ajak kakak sepupu saya dan adik saya untuk kulakan jilbab instan. Saya mulai memfoto dan menguploadnya di page
dan akun facebok baru. Pagenya bernama Gudang Jilbab Azizia. Saya pakai nama
Gudang Jilbab karena teringat pabrik rokok Gudang Garam. Kenapa jadi teringat
pabrik rokok? Entahlah. Nama Azizia saya pakai karena saya sering lihat acara
Hafidz Qur’an di Trans TV, salah satu host-nya Zhe zhe Shahab. Zia, adalah nama
anak teman saya. Akhirnya saya gabunglah dua nama itu. Zizia. Aneh? Akhirnya
ditambah ‘A’ di depannya. A-zizia. Keseluruhan menjadi ‘Gudang Jilbab Azizia’ Jika
pembaca pernah menemukan. Bisa klik like atau add friend ya #promosi ^_^
Menjelang akhir ramadhan, saya banyak membuat kue dengan
ibu. Membuat kue nastar, madumongso, menggoreng krupuk-krupuk dan banyak lagi.
Saat itulah saya terpikir. Kenapa tidak usaha kue? Bukankah Mak saya (ibu dari
ibu) dulunya saat muda adalah pembuat kue? Sering menerima pesanan kue dari
tetangga. Ibu saya juga, sepertinya banyak resep kue yang sudah dipraktekkan.
Selama ini kalau ada acara rapat dan lain-lain selalu dibuatkan sendiri. Aih,
pantas saja saya senang buat kue. Dapat titisan dari Mak dan ibu ternyata.
Kenapa saya baru sadar sekarang?
Akhirnya saya tuliskan satu lagi daftar ‘kebangkitan’ saya:
1. Menulis di blog, Menulis cerpen dan resensi lebih banyak lagi.
Membuat buku sendiri.
2. Membantu sesama lewat ‘Kotak cerita’
3. Membuka ‘Gudang Jilbab Azizia’ dan menseriusinya
4. Membuat kue kering dan menjualnya ke toko-toko
Dengan menulis, saya bisa menghabiskan waktu untuk berduaan
bersama hobi saya. Saya bisa memberi meski hanya lewat kata-kata. Saya bisa
membuat lebih banyak cerita dan membaca buku. Dan saya bisa membuat buku
sendiri seperti impian saya yang sampai kini belum kesampaian. Kalau Allah
merestui, pasti ada nanti yang dimuat.
Dengan membuka diri untuk ‘kotak cerita’, saya bisa mengenal banyak orang
baru, saya bisa mendengar cerita-cerita curahan hati mereka yang beragam, saya
bisa membantu meski hanya dengan mendengarkan dan sedikit saran. Karena
terkadang orang seperti mereka, hanya butuh didengarkan dan diperhatikan tanpa
butuh penyelesaian.
Dengan ‘Gudang Jilbab Azizia’ saya bisa menjual jilbab.
Semoga yang beli bisa memakainya untuk menutup auratnya, menjalankan perintah
agama. Harga yang saya tawarkan tentu tak jauh beda dengan yang lainnya, karena
memang itu patokan harga, tapi saya niatkan tidak ambil untung terlalu banyak.
Saya niatkan untuk dakwah, semoga semakin banyak yang berjilbab. Online shop
banyak, harga juga bersaing, model macam-macam. Tapi saya yakin, rezeki Allah
tidak akan tertukar.
Dengan membuat kue kering, saya bisa belajar membuat kue-kue
yang sebelumnya hanya saya lihat dibuku resep. Pada dasarnya saya senang
membantu memasak, senang memasak, dan mencoba resep-resep. Kalau kata orang
enak. Aih, senengnya hati saya. Seseorang pernah menyarankan saya untuk membuat
kue jenis baru. Ya, saya sudah membuatnya hari raya kemarin. Gagal berkali-kali,
bentuknya pun belum sempurna. Masih coba-coba. Semoga kedepannya bisa lebih
baik, enak, bergizi dan sedap dipandang
mata.
Masih ada mimpi untuk belajar kembali di jenjang S2. Jika
tabungan sudah cukup, semoga saya bisa mendaftar. Keinginan kuliah lagi itu
masih kuat dan akan terus menguat. Beginilah rencana (pasca) sarjana saya
teman-teman. Bagaimana dengan rencana (pasca) sarjanamu?
Pesan indonesia untuk para sarjana, jangan menambah angka
pengangguran di negeri ini!
Salam
Rizza Nasir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar