Rabu, 06 Agustus 2014

Rencana (Pasca) Sarjana #2




Ternyata menjadi sarjana itu rasanya seperti ini ya? Rasanya campur aduk. Antara senang, sedih dan beban. Senang karena tanggung jawab sebagai mahasiswa itu sudah terselesaikan, tanggung jawab pada orang tua untuk kuliah juga sudah dituntaskan. Sedih, karena harus berpisah dengan teman-teman di kampus. Tak bisa lagi berbincang dan bercanda dengan mereka. Beban, karena menjadi sarjana adalah tanggung jawab besar

Saya sempat menuliskan, jika nanti lulus kuliah saya akan langsung melanjukan S2. Kalau Allah merestui saya ingin kuliah di Aussie atau Jepang. Sebuah negara impian saya, atau saya ingin pergi ke Jogja. Sejak lulus aliyah saya sudah bercita-cita kuliah disana, menjadi penerus ibu. Tapi ternyata orang tua belum mengizinkan. Kala itu kota kedua pilihan saya adalah Malang, jadilah saya kuliah di kota itu. UIN Maulana Malik Ibrahim malang pada jurusan PGMI. Alhamdulillah 46 bulan di Malang saya selesaikan S1 tersebut.

Sekarang sudah wisuda. Lalu? Ternyata saya harus berpikir ulang jika harus S2. Tabungan saya untuk S2 sudah terpakai untuk menambahi biaya rumah sakit ayah seminggu sebelum saya diwisuda. Hanya tinggal delapan ratus ribu saja. Lagipula, siapa yang akan menjaga ayah di rumah? Ibu bekerja, adik-adik sekolah. Apakah saya juga akan pergi? Akhirnya saya kubur dalam-dalam impian melanjutkan S2 sampai waktu yang tidak ditentukan. Untuk S2, saya harus mulai menabung lagi dari awal. 

Sempat iri melihat posting dan sms teman-teman yang mengatakan bahwa mereka sudah mengajar dan mendaftar S2. Sempat menangis juga kalau melihat tulisan S2 yang tercoret tanpa sempat diwujudkan. Tapi saya sadar, tiap orang punya jalan hidupnya masing-masing. Jalan saya dan jalan teman saya berbeda. Saya harus berjalan pada jalan saya sendiri. Tak boleh iri, harus berbesar hati. Akhirnya saya katakan pada diri saya, “kamu tak boleh menangis Rizza, harus kuat jangan lemah. Ayo bangun, bangkit”

Sebulan sebelum ramadhan, saya habiskan waktu untuk membaca dan menulis sembari mengurus pekerjaan rumah tangga. Ada bosan juga, saya yang saat kuliah begitu aktif berorganisasi dan bekerja, tidak ada waktu santai kecuali malam hari. Teman saya banyak, tempat yang saya kunjungi beragam, tiba-tiba dengan berakhirnya masa study saya, berakhir pula semuanya. Sepi! Hanya ada aku dan adik-adikku. Bertemu tetangga hanya saat shalat di masjid atau di undang bantu-bantu jika ada hajatan. Selebihnya di rumah saja, berteman laptop dan buku-buku. Aih, membosankan sekali!

Akhirnya saya terpikir untuk membuka relasi dengan teman-teman di jejaring sosial. Pernah saya menulis sebuah tulisan lalu saya sertakan disitu nomer handphone dan pin BBM. Saya niatkan untuk berbagi cerita. Karena selama sekolah, kuliah dan bahkan setelah wisuda saya banyak menjadi tempat curhat teman-teman. Barangkali ada diantara teman-teman yang butuh kuping untuk mendengarkan dan berbagi kesedihan dengan saya. Saya ingin membantu banyak orang meski di rumah saja. Meski tidak dengan uang, saya punya telinga untuk mendengarkan dan sedikit ilmu untuk memberi saran. Alhamdulillah respon teman-teman bagus. Banyak yang bercerita pada saya, bahkan semuanya adalah orang baru. Alhamdulillah, teman baru, cerita baru dan semoga apa yang saya lakukan bisa membantu.

Pada bulan ramadhan. Ramadhan ketujuh, saya terpikir untuk berwirausaha. Bukankah saya punya pulsa modem? Bukankah setiap hari saya membuka jejaring sosial, kalau tidak berbagi cerita ya berbagi tulisan saya? Kenapa saya tidak membuka online shop saja? Toh, saya sudah terlatih jualan sejak kecil. Ibu saya punya kios di Taman Wisata Ubalan, sejak SD saya sudah terbiasa jaga kios sendirian. Saat aliyah pun saya sudah jualan jajanan lima ratusan di asrama putri. Kakak-kakak sepupu saya juga banyak yang jualan. Budhe saya penjahit jilbab. Aih, bukankah saya sudah punya bakat jadi pedagang?

Akhirnya, berbekal tabungan delapan ratus ribu yang tersisa di atm, saya ajak kakak sepupu saya dan adik saya untuk kulakan jilbab instan. Saya mulai memfoto dan menguploadnya di page dan akun facebok baru. Pagenya bernama Gudang Jilbab Azizia. Saya pakai nama Gudang Jilbab karena teringat pabrik rokok Gudang Garam. Kenapa jadi teringat pabrik rokok? Entahlah. Nama Azizia saya pakai karena saya sering lihat acara Hafidz Qur’an di Trans TV, salah satu host-nya Zhe zhe Shahab. Zia, adalah nama anak teman saya. Akhirnya saya gabunglah dua nama itu. Zizia. Aneh? Akhirnya ditambah ‘A’ di depannya. A-zizia. Keseluruhan menjadi ‘Gudang Jilbab Azizia’ Jika pembaca pernah menemukan. Bisa klik like atau add friend ya #promosi ^_^

Menjelang akhir ramadhan, saya banyak membuat kue dengan ibu. Membuat kue nastar, madumongso, menggoreng krupuk-krupuk dan banyak lagi. Saat itulah saya terpikir. Kenapa tidak usaha kue? Bukankah Mak saya (ibu dari ibu) dulunya saat muda adalah pembuat kue? Sering menerima pesanan kue dari tetangga. Ibu saya juga, sepertinya banyak resep kue yang sudah dipraktekkan. Selama ini kalau ada acara rapat dan lain-lain selalu dibuatkan sendiri. Aih, pantas saja saya senang buat kue. Dapat titisan dari Mak dan ibu ternyata. Kenapa saya baru sadar sekarang?

Akhirnya saya tuliskan satu lagi daftar ‘kebangkitan’ saya:

1. Menulis di blog,  Menulis cerpen dan resensi lebih banyak lagi. Membuat buku sendiri.
2. Membantu sesama lewat ‘Kotak cerita’
3. Membuka ‘Gudang Jilbab Azizia’ dan menseriusinya
4. Membuat kue kering dan menjualnya ke toko-toko

Dengan menulis, saya bisa menghabiskan waktu untuk berduaan bersama hobi saya. Saya bisa memberi meski hanya lewat kata-kata. Saya bisa membuat lebih banyak cerita dan membaca buku. Dan saya bisa membuat buku sendiri seperti impian saya yang sampai kini belum kesampaian. Kalau Allah merestui, pasti ada nanti yang dimuat.

Dengan membuka diri untuk ‘kotak  cerita’, saya bisa mengenal banyak orang baru, saya bisa mendengar cerita-cerita curahan hati mereka yang beragam, saya bisa membantu meski hanya dengan mendengarkan dan sedikit saran. Karena terkadang orang seperti mereka, hanya butuh didengarkan dan diperhatikan tanpa butuh penyelesaian.

Dengan ‘Gudang Jilbab Azizia’ saya bisa menjual jilbab. Semoga yang beli bisa memakainya untuk menutup auratnya, menjalankan perintah agama. Harga yang saya tawarkan tentu tak jauh beda dengan yang lainnya, karena memang itu patokan harga, tapi saya niatkan tidak ambil untung terlalu banyak. Saya niatkan untuk dakwah, semoga semakin banyak yang berjilbab. Online shop banyak, harga juga bersaing, model macam-macam. Tapi saya yakin, rezeki Allah tidak akan tertukar.

Dengan membuat kue kering, saya bisa belajar membuat kue-kue yang sebelumnya hanya saya lihat dibuku resep. Pada dasarnya saya senang membantu memasak, senang memasak, dan mencoba resep-resep. Kalau kata orang enak. Aih, senengnya hati saya. Seseorang pernah menyarankan saya untuk membuat kue jenis baru. Ya, saya sudah membuatnya hari raya kemarin. Gagal berkali-kali, bentuknya pun belum sempurna. Masih coba-coba. Semoga kedepannya bisa lebih baik,  enak, bergizi dan sedap dipandang mata.

Masih ada mimpi untuk belajar kembali di jenjang S2. Jika tabungan sudah cukup, semoga saya bisa mendaftar. Keinginan kuliah lagi itu masih kuat dan akan terus menguat. Beginilah rencana (pasca) sarjana saya teman-teman. Bagaimana dengan rencana (pasca) sarjanamu?

Pesan indonesia untuk para sarjana, jangan menambah angka pengangguran di negeri ini!

Salam
Rizza Nasir


Tidak ada komentar:

Posting Komentar