Tepat 17 Agustus pukul 16.00 WIB perawat melepas selang kateterku. Aku tak lagi menahan selang di saluran urineku. Itu artinya aku harus belajar berjalan sekarang. Karena hamper tiap setengah jam aku kebelet pipis.
Awalnya agak susah juga harus berjalan
setelah tiga hari berdiam di ranjang. Agak kaku dan nyeri saat berjalan. Tapi
aku harus tetap ke kamar mandi. Tidak mungkin aku ngompol di ranjang ini. Di
kamar mandi aku harus kencing berdiri. Karena aku tak bisa jongkok. Jahitan
diperutku berada dibagian perut kanan bawah. Tak mungkin aku memaksakan
jongkok.
Karena aku mengalami beser yang hebat
setelah tak memakai kateter. Aku tak lagi
memakai celana dalam. Akan sangat susah dan menyakitkan jika aku harus,
melepas celana dalam lalu memakainya kembali. Perutku benar-benar tak bisa di
ajak kompromi.
Sesaat setelah keluar dari ruang operasi
perawat memberikan obat yang harus di masukkan lewat dubur. Entahlah bentuknya
seperti apa, aku merasakan duburku seperti disumpal sesuatu. Hari ini
kuberanikan diri bertanya pada perawat tentang itu.
“Sus sebenarnya apa sih yang dimasukkan di
dalam dubur saya itu? Setiap hari pagi sore pula. Itu apa? Kenapa harus lewat
dubur?”
“Mbak Rizza, itu obat untuk mengencerkan
feses. Obat iyu mungkin awalnya akan terasa mengganjal, tetapi lama kelamaan
dia akan mencair. Mbak tidak merasa ingin BAB kan setelah operasi?”
“Iya, saya belum BAB sama sekali Sus”
“Nah, itu dia manfaatnya. Feses Mbak Rizza
menjadi cairan yang akhirnya dibuang lewat urine.
Sekarang aku tahu, alasannya kenapa aku
beser seharian ini
Allah…
kata suster, aku hanya akan dirawat empat hari kenapa sampai mala mini aku tak
diperbolehkan pulang?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar