Aku di kamarku sekarang. Sejam setelah aku
datang. Ibuku datang, Mbak Nia dan Mas Hasan juga datang. Semua menanyakan apa
yang kurasakan
“Aku ra kroso opo-opo kok Mbak, gak loro”
lalu kami bercanda-canda. Tapi aku menanggapi candaan itu dengan senyuman saja.
Karena aku tak boleh bergerak. Tak boleh mengangkat kepala. Tapi untuk miring
kiri dan kanan malah boleh. Kata suster pasca operasi memang tak boleh
mengangkat kepala dulu selama 24 jam. Karena dikhawatirkan pasien akan
mengalami pusing hebat setelahnya. Aku menuruti.
“Tapi, kenapa miring ke kiri dan ke kanan
malah boleh suster, bukankah ini ada luka operasi?”
“Kan lukanya sudah dijahit dan diperban,
jadi aman. Kamu malah harus sering miring-miring. Kalau tidak kamu akan kaku.
Tapi ingat, jangan mengangkat kepala sampai besok pagi”
“Baik sus” Dalam hati aku berpikir,
bagaimana tidur miring tanpa mengangkat kepala itu, sedikit banyak kepala pasti
bergerak ketika tubuh miring.
Aku tidur sesaat setelah Mbak Nia dan
suaminya pulang. Ibu dan Faisal juga pulang. Karena ibu harus membuat kue untuk
acara bersih desa esok hari. Haya ada Bulek El yang menemani. Aku tidur cukup
lama, sekitar tiga jam, sampai akhirnya aku terbangun pukul 23.00 WIB. Saat
itulah aku merasakan nyeri hebat di sekitar perutku. Lebih nyeri daripada
sebelum operasi. Lebih nyeri daripada saat usus buntu itu masih bercokol dalam
perut ini. Nyeri sekali.
Aku menangis, aku merintih. Aku kesakitan
malam itu. Benar-benar sakit. Ya Allah
kuatkan aku…
Sampai Bulek El terbangun mendengar
isakanku. Aku hanya menangis pelan sebelumnya, setelah Bulek El bangun dan
bertanya “Ada apa?” tangisku menjadi bersuara. Persis seperti anak kecil yang
terjatuh lalu dihampiri ibunya. Tapi aku salah. Tangis dengan suara dan
sesenggukan justru membuat dinding perutku terguncang dan rasanya semakin
sakit. Untuk itulah selanjutnya aku masih
menangis, tapi tanpa suara, tanpa isakan. Hnaya air mata yang terus
meleleh keluar.
15 Agustus 2014 adalah perjuangan bagiku.
Sakit itu nyaris membuatku kelibugan Miring kanan sebentar, lalu miring ke
kiri. Ke kanan lagi lalu ke kiri lagi. Perut teras nyeri dan pinggang bagian
belakang terasa pegal sekali. Ya Allah
inikah yang dirasakan ibuku dulu? Sesaat setelah melahirkan caesar diriku? Luka
operasi ibu panjang, tentu jauh lebih sakit dariku. Ya Allah tapi ini sakit
sekali, neri dan pegal ya Allah
Karena sakit itulah tidurku malam itu lap-lapan. Antara tidur dan tidak,
antara sakit dan tangis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar