Seperti sebelumnya, seperti
biasanya. Ketika aku mengenal orang baru selalu ada tanya mereka tentang
diriku. Anggota baru FLP UIN yang kukenal sejak sebulan lalu pun banyak yang
bertanya, apa yang terjadi dan bagaimana aku dengan hidupku. Melalui tulisan
ini aku akan menjawab semuanya. Namaku Rizza dan aku tak takut berbeda.
Berbeda, siapa takut?
Pernahkah kalian mendengar istilah premature?
Ya, prematur adalah istilah untuk bayi yang dilahirkan sebelum waktunya.
Diusia kehamilan ibu yang baru enam bulan aku terpaksa dilahirkan karena
ketuban mendadak pecah entah kenapa. Melalui operasi caesar di sebuah
rumah sakit Kristen di daerah Kediri. Tahun 1992 hanya rumah sakit itu yang
menyediakan caesar yang memadai untuk kasus premature. Saat aku terlahir
aku hanya berberat 18 ons lalu esoknya turun menjadi 16 ons.
Tak usah dibayangkan ya
betapa kecilnya aku kala itu. Ibu dan ayahku saja tak tega melihatnya. Kata
ayah, panjang dan besar diriku hanya sebesar botol aqua tanggung. Digendong
dengan satu tangan saja sudah bisa. Sesaat setelah diadzani aku di pindahkan ke
incubator hingga 25 hari kemudian. Selama 25 hari aku dititipkan di
rumah sakit. Aku baru boleh dibawa
pulang jika berat badanku mencapai 2 kg. Tak ada yang boleh melihatku kecuali
ibuku. Setiap pagi dan sore beliau datang untuk menyusuiku. Sementara ayahku
hanya bisa melihat dari kaca diluar sana.
Ketika ada yang bertanya, Mengapa
cara berjalanku berbeda? Entahlah, itu jawabku. Aku baru bisa berjalan di
usia 4 tahun bersamaan dengan adik lelakiku. Dua anak yang lahir di tahun
berbeda tapi berjalan di waktu yang sama. Aku terlambat. Karena keterlambatanku
itu aku nyaris tak boleh sekolah. Ayahku takut hadirku disana merepotkan
guru-guru. Tapi nenekku menguatkan beliau. Biarkan Rizza sekolah, siapa tahu
dengan melihat teman-temannya berjalan,
dia pengen berjalan
TK Dharma Wanita Jarak I. Itulah
sekolah pertamaku. Masih lekat kuingat saat pertama teman-teman TK mengetahui
aku bisa berjalan.Setiap waktu istirahat tiba, mereka mengerumuniku. Berdiri
disamping kanan dan kiriku. Lalu dua guru TK-ku jongkok di ujung kanan dan
kiri, merentangkan tangannya untukku. Aku ditengah-tengah mulai melangkah. Satu
dua langkah. Sampai ujung, balik lagi dan balik lagi. Teman-teman bersorak dan
aku semakin semangat.
Sejak lahir hingga kini, aku
menjalani berbagai pengobatan. Terapi. Mulai dari dokter, pengobatan
alternative, pijat, jamu, refleksi, sepatu besi, terapi elektromagnetik dan
masih banyak lagi. Semua demi bisa melihatku melangkah dengan seharusnya. Apa
yang kalian lihat pada cara berjalanku hari ini, adalah yang paling baik dari
sebelum-sebelunnya. Semuanya melalui proses perkembangan sedikit demi sedikit.
Dan aku selalu mensyukurinya, tak jarang aku terkejut dengan perubahan diriku.
Aku masih hidup hingga kini, banyak kasus bayi premature yang meninggal
tak lama setelah dilahirkan.
Jangan dikira aku kuat dengan ini.
Mungkin sekarang iya, tapi dulu aku pernah terpuruk, rapuh dan merutuki hidupku.
Sesaat setelah lulus SD aku menangis sepanjang
malam, berbicara pada diriku Dimana aku akan sekolah? Akankah aku punya
teman di sekolah baruku? Aku malu. Ternyata aku salah, dunia tak sekejam
itu padaku. Teman dan guru MTS-ku menerimaku dengan baik. Dan kepercayaan
diriku kembali bahkan semakin kuat.
Terlebih saat aku memilih untuk
hidup jauh dari orang tuaku, belajar mandiri di sebuah pondok putri dekat
sekolah. Ibuku memang menginginkan aku mondok. Dan aku menyanggupi, sama
sekali tak ada keberatan. Sejak kecil ibuku selalu mengatakan padaku. Nanti kalau lulus SD mondok ya Nduk, pakai
jilbab, temannya banyak. Pasti kamu senang. Kata-kata yang selalu terulang
dan meyakinkanku. Satu lagi kata-kata ibu yang kuingat hingga kini. Ibu
nggak selamanya bisa mendampingi kamu , Nduk. Kamu harus jadi gadis yang
mandiri, mekipun kamu berbeda, jangan manja, jangan menyerah pada keadaan.
Gusti Allah itu adil.
Hidup mandiri di asrama putri
membuat diriku semakin kuat, semakin sadar bahwa aku harus sepenuhnya mandiri dan
tidak manja pada keadaan. Teman-temanku banyak, aku bisa kesana-kemari tanpa
ada yang melarang dengan nada kecemasan. Bebas memenuhi rasa penasaranku pada
dunia. Di rumah mungkin semua orang membantuku, tapi di luar aku belajar bahwa
dunia ini keras, jika aku tak keras menghadapinya aku akan kalah.
Di usia Aliyah aku pernah berjanji
pada diriku sendiri. Aku tak akan menangis lagi. Menangis karena
kondisiku. Buat apa menangis? Menangis hanya akan membuatku lemah, pasrah dan
menyerah. Tangisan semacam itu membuatku minder dan kalah. Demi orang tuaku aku
tak boleh lemah. Penerimaanku pada diriku dan takdir memberiku semangat
berlipat.
Hari ini aku janji padamu, aku tak akan menangis lagi
_Diary 2009_
Perbedaan
ini pula yang melecutku untuk terus berkarya dengan caraku, dengan yang kubisa.
Sebisa mungkin berprestasi di sekolahku. Aku tak bisa seperti anak kebanyakan,
menari, menjadi atlet atau mengantar mereka kesana kemari. Banyak hal yang
akhirnya terbatas, tapi aku berusaha menembus batas itu. Ada yang bilang dengan
kondisiku yang begini aku terlalu ngoyo menjalani hidup. Ya, aku memang ngoyo,
bila tak begini aku tak bisa, bila tak begini aku hanya akan menjadi gadis
pemalu dan merutuki hidupku
Ketika
aku berjalan, akan ada banyak mata yang menatapku, entah kasihan, heran atau
jijik. Ada pula yang tertawa dan menirukan cara berjalanku. Aku tak peduli, aku
sudah kebal. Jika ada sepasang mata menatapku akan kubalas dengan senyuman.
Banyak orang yang sibuk cari perhatian orang lain. Melakukan segala cara agar
mata dunia menatapnya. Aku? Tanpa aku sibuk mencari perhatian mereka
memperhatikan aku. Aku jadi pusat perhatian. Apapun yang mereka pikir tentang
diriku. Biarlah, kubiarkan mereka berimajinasi, berkreasi. Aku ya begini.
Inilah aku dan diriku
Tidak
ada yang sempurna di dunia ini Nduk, kamu memang berbeda, tapi tutupilah
perbedaanmu dengan kelebihanmu. Tahukah kamu, bagaimanapun dirimu, ayah dan ibu
sangat mencintaimu. Kamu masih gadis kecilku yang dulu. Cari kelebihanmu
Nasehat
itu. Kelebihan itu. Apa kelebihanku? Aku tak tahu, entahlah. Yang kutahu
sekarang bayi premature itu telah menjadi mahasiswa, yang kutahu dunia
bersahabat denganku, yang kutahu orang-orang menghargaiku, yang kutahu keadaan
tak boleh mengambil bahagiaku, yang kutahu ayah dan ibu menunggu prestasiku, yang
kutahu keterbatasan tak membatasi duniaku dan yang kutahu aku tak takut
berbeda. Berbeda, siapa takut?
Inilah
kisaku yang selalu kau tanyakan…..
Bersyukurlah
atas hidupmu Kawan, apapun itu. Salam semangat dariku….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar