Zia : Assalamualaikum, Saya Zia, akhwat berusia 18 menuju 19
tahun. Saya tahu Mbak Rizza dari Facebook, boleh saya berbagi cerita? Mbak bisa
bantu saya?
Saya: Waalaikumsalam Zia, terima kasih sudah membaca catatan
terakhir saya sampai akhirnya kamu menghubungi saya. Silahkan cerita Zia, kalau
bisa membantu akan saya bantu.
Zia : Apakah boleh akhwat mengucapkan selamat ulang tahun
pada ikhwan secara personal?
Saya : Temanmu?
Zia : Iya, tapi sebenarnya aku memendam rasa ke dia, aku
tidak tahu apakah dia menyukaiku juga atau tidak. Di kelas saat kuliah, kulihat
dari sikapnya sepertinya dia menyukaiku. Aku bingung bagaimana sebaiknya ketika
dia milad, memberi ucapan atau tidak. Karena sebenarnya aku ingin menjaga
hatiku dan hatinya agar tidak memekarkan bunga yang berduri. Kak, jangan bilang
siapa-siapa ya.
Teman-teman yang lain pada ngucapin, yang akhwat juga banyak
yang ngucapin. Menurut kakak aku harus bagaimana? Ngucapin nggak? Aku bingung!
Jujur Kak, aku ingin menjaga hati, aku tak ingin mengotori
hati dengan mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Meski begitu aku tetap
pengen ngucapin.
Saya: Saya pernah
mengucapkan selamat ulang tahun pada teman lelaki, ucapan itu kusertai dengan
doa, kuniati mendoakan keberkahan pada hidupnya. Mendoakan sesama muslim.
Zia, Kamu merasa ragu dan tak tahu harus berbuat apa karena
kamu menyukai dia. Coba kalau kamu tidak menyukainya, pasti tak akan ada
masalah. Biasa saja, seperti teman-teman akhwat yang lain. Niatmu untuk menjaga
hati itu sangat mulia Zia. Tapi kalau tanpa ngucapin pun bikin kamu galau
seperti ini, apakah tidak mengotori hati juga? Lalu apa bedanya?
Zia : Jadi kira-kira, kalau aku ngucapin secara personal
nggak apa-apa Kak?
Saya : Nggak apa-apa! Toh banyak juga akhwat lain yang
mengucapkannya, jangan terlalu berpikir tentang bagaimana perasaan dia.
Insyaallah tidak apa-apa.
Zia, kamu sedang jatuh cinta Dek, istighfar yang banyak. Saya tahu memendam perasaan itu
sangat berat dan menyiksa. Tapi tetaplah seperti ini. Saran saya jangan cari
perhatian atau bertingkah berlebihan di hadapannya. Bertingkahlah seperti dulu,
saat teman rasa teman, bukan teman rasa cinta. Insyaallah perasaan terbaik,
cara terbaik akan sampai pada orang-orang terbaik. Selamat menjaga cinta Zia
Zia : Amin. Makasih Kak sarannya.
Para pembaca, Zia adalah nama samaran dari seseorang gadis
yang curhat pada saya melalui BBM. Gadis yang sedang jatuh cinta. Karena
perasaan itulah, ia menjadi salah tingkah atau ragu menentukan langkah antara
memberi ucapan atau tidak pada teman lelakinya itu.
Saya memahami, Zia adalah seorang aktivis dakwah, pun dengan
lelaki yang di sukainya. Sebut saja ikhwan. Dalam organisasi dakwah antara
anggota perempuan dan lelaki begitu terjaga pergaulannya. Hampir tak pernah bertegur
sapa kecuali untuk hal-hal yang penting saja. Semasa kuliah saya juga anggota
LDK, LDK At-Tarbiyah namanya. Saya sangat mengagumi kekuatan penjagaan di
organisasi ini. Bahkan selama hampir empat tahun bergabung hanya beberapa orang
ikhwan (sebutan untuk anggota lelaki) yang saya kenal wajahnya. Selebihnya saya
hanya mengenali namanya saja. Mungkin saja pernah bertemu dalam sebuah acara
bersama, hanya saja saya tak menyadari kalau si itu namanya A dan si inu
namanya B. Entah ini karena saya yang kuper di organisasi itu atau karena
sistem yang berhasil.
Zia dengan perasaannya juga kebimbangannya yang didialogkan
dengan saya di atas, akhirnya saya jawab, “nggak apa-apa ucapkan saja” Ya, saya memberi saran padanya untuk
mengucapkan selamat ulang tahun pada Sang Ikhwan. Kenapa itu pilihan saya?
Secara personal Zia sudah memiliki benteng pertahanan yang
kuat, dia tidak mau mengotori hatinya dengan mengucapkannya. Tapi benteng
pertahanan itu pun bimbang dengan begitu kuatnya keinginan untuk
mengungkapkannya. “Jujur Kak, aku ingin menjaga hati, aku tak ingin mengotori
hati dengan mengucapkan selamat ulang tahun padanya. Meski begitu aku tetap
pengen ngucapin” begitu tulisnya di BBM.
Akhirnya kedua perasaan itu menjadi antitesis yang menggebu
di hatinya. Jika tanpa mengucapkan pun dia segalau ini, apa bedanya dengan
mengotori hati? Jika saya menyarankan dia untuk tidak mengucapkan dengan alasan
menjaga hati sedangkan hatinya terus bergejolak ingin mengucapkan, dia justru
akan tersiksa dalam kebimbangan. Sementara Allah sangat membenci hati yang
bimbang.
Akhirnya, Bismillah, saya menyarankan ia untuk tetap
mengucapkan selamat ulang tahun pada Sang Ikhwan, dengan niatan memberikan doa
padanya. Saya berharap dengan semua ini
hati Zia akan tumbuh menjadi hati yang kuat. Tak mudah bimbang dalam keputusan.
Karena cinta, selain menguatkan dapat pula melemahkan. Semakin Zia menerjangnya
semakin hati itu akan menguat. Zia tak boleh lemah karena cinta. Justru dengan
perasaan itu ia akan menjadi perempuan tangguh.
Saya yakin Sang Ikhwan tak berpikkiran macam-macam, apalagi
jika banyak teman perempuan lain yang mengucapkan juga. Jika ingin berbuat
sebuah kebaikan pada seseorang maka segera lakukan, jangan berpikir dua kali,
apalagi jika berpikir “bagaimana kalau nanti dia merasa...”, dan
bagaimana-bagaimana lainnya. Barangkali itu hanya bagian dari gede rasa kita
sebagai wanita.
Rasulullah pun mensunahkan saling memberi hadiah untuk
menyenangkan hati saudaranya. Jika tak bisa memberi hadiah berupa sesuatu
barang. Barangkali memberi ucapan juga hadiah tersendiri. Dengan ucapan berarti
kita mendoakan. Ia pun akan merasa dihargai sebagai teman karena masih ada yang
mendoakannya di hari kelahirannya meskipun kadang dirinya sendiri tak
mengingatnya. Semoga Allah senantiasa menepis keraguan dan menempatkan kita pada kebaikan. Amin
Wallahu’alam
Salam
Rizza Nasir
23 Juli 2014
Ingin berbagi cerita seperti Zia? 085755280243/75A7568D
Senang berbagi dengan Anda ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar