Sahabat atau cinta?
Pilih mana? Salah satunya atau dua duanya? Aku tak pernah punya pilihan
diantara keduanya. Jika aku punya sahabat, apakah aku mencintainya? Dan jangan tanya
jika aku jatuh cinta, apakah aku mencintai sahabatku? Bahkan aku takut jatuh
cinta. Pada siapapun!
Sejak dulu hingga kini,
tepatnya sejak mulai sekolah sampai kuliah aku tak pernah sepi dari gojlokan teman-temanku. Entahlah,
mungkin karena aku yang memang tak pernah terlihat ‘dekat’ dengan lelaki atau
karena aku enak untuk dijahili atau mereka kasihan melihatku yang ‘masih’
sendiri.
Sebenarnya aku tak
pernah terlalu ambil pusing dengan apa yang teman-temanku lakukan, aku tak
membenci mereka, aku justru menikmatinya. Menikmati gojlokan itu, karena mungkin itu cara mereka memperhatikan aku, cara
mereka membuatku ramai. Asal mereka
bahagia, aku ikhlas di bully. Bukan bagaimana aku? Tapi bagimana mereka?
Bagaimana perasaan mereka jika perempuannya adalah aku?
Tahukah kawan, aku
memang menikmati tawa mereka, aku menikmati setiap kata. Aku tahu mereka
bercanda untuk membuatku tertawa, Tapi aku selalu kehilangan. Kehilangan setiap
orang yang disandingkan denganku.
Hampir semua teman lelaki yang disandingkan
denganku itu selalu menjauhiku. Hanya karena ia merasa aku mencintainya. Ia
merasa aku benar-benar menyukainya.
Ya, ia menjauhiku. Aku
mendapatkan bahagia karena melihat tawa teman-temanku yang lain, tapi akhirnya
aku harus kehilangan sahabatku, temanku yang satu itu, yang disandingkan denganku. Aku kehilangan.
Kehilangan. Tak hanya sekali, dua kali, berkali-kali.
Aku kehilangan sahabat-
sahabatku satu per satu. Dulu di masa SD yang semula kami sering belajar
bersama. Sering tanya jawab belajar saat ujian, tertawa-tawa. Tapi saat perjodohan itu datang. Semuanya jadi
hambar. Saat remaja, Aku senang belajar nada-nada, aku senang bermain-main
sore-sore bersamanya. Tapi saat perjodohan
itu datang.... Aku senang ngobrol banyak hal, aku sering menjahili orang
bersamanya. Tapi saat perjodohan itu
datang... Aku ingin mendapatkan banyak ilmu darinya, aku ingin bertanya apa
saja. Tapi saat perjodohan itu datang....
Aku ingin belajar menulis darinya aku ingin bertukar cerita. Tapi saat perjodohan itu datang....
Sering aku bertanya
pada diriku, kenapa mereka pergi? Kenapa mereka menganggap aku begitu? Padahal
aku masih ingin bercanda-canda, padahal aku masih ingin berbagi cerita. Seperti
biasanya. Tapi ternyata, satu persatu mereka pergi. Perjodohan itu telah mencipta begitu banyak sekat diantara kami.
Aku tak pernah
sekalipun terpikir untuk berdua. Tak pernah!
aku masih belum memikirkan itu. Waktu itu. Sekarang pun, saat aku beranjak
dewasa. Aku tak pernah berkenalan atau bersahabat dengan lelaki dengan maksud
menjadikannya suami. Niatku hanya menambah sodara, menambah kolega dan
mempertebal cerita-cerita.
Kenapa? Kenapa mereka
pergi? Oh aku tahu, karena perempuan yang dijodohkan
dengan mereka itu aku. Ya, karena perempuan itu aku, makanya mereka pergi.
Coba kalau perempuannya yang lain. Yang cantik, yang sempurna. Pasti mereka tak
akan pergi, mereka akan mengamini. Karena perempuannya aku, mereka menjauhiku.
Mereka takut aku benar-benar menyukainya, mencintainya. Tenang Bro! Aku tahu
diri, aku bukan siapa-siapa, aku bukan apa-apa, aku juga begini...
Cinta, aku bahkan tak
tahu cinta itu apa dan bagimana. Aku bahkan belum pernah sekalipun jatuh cinta
dan dicintai. Karena aku tahu siapa diriku, bagaimana aku. Jika aku punya
sahabat lelaki, aku selalu menganggap dia kakakku. Karena aku terlahir sebagai
sulung, aku tak pernah punya kakak. Aku berusaha menjadi sahabat yang baik,
berusaha memberi. Tapi ternyata apa yang aku lakukan seringkali disalah artikan
banyak orang, mereka menyangka aku menyukainya, aku mencintainya. Padahal aku
hanya ingin menjadi sahabatnya. Cinta? Bahkan aku belum pernah mengenalnya.
Kenapa kebaikan tidak
dimaknai sebagai kebaikan saja? Kenapa perhatian tidak dimaknai sebagai
perhatian saja? Kenapa jika orangnya itu aku, selalu dimaknai berbeda? Apakah
aku terlalu baik? Atau karena aku terlihat sangat kasihan, sangat butuh cinta?
Hingga semua yang kulakukan selalu dimaknai mencintai?
Aku tahu, Allah telah
menuliskan seseorang untuk mendampingi hidupku, seseorang yang mencintaiku dan
kucintai. Yang tak malu berjalan di sampingku. Aku baik untuknya dan dia baik
untukku. Siapa dia? Aku pun tak tahu. Apakah dia orang yang pernah menjadi
sahabatku atau dia orang baru dalam hidupku?
Kini aku sudah
mendewasa, jika aku kehilangan sahabat-sahabatku dulu, maka aku tak ingin
kehilangan lagi.... Kini...
Jika memang semuanya
harus pergi, semoga Allah tidak pergi dari hatiku. Karena dialah yang punya
sebenar-benarnya cinta. Setidaknya aku masih punya ayah, ibu dan dua adik
lelakiku yang mencintaiku apa adanya, tanpa kuminta dan tanpa aku harus takut
kehilangan.
Ini hanya soal pendewasaan
hati Kawan...
Catatan Malam
Dedicated
untuk sahabat-sahabat lelakiku dari sekolah sampai kuliah, masihkah kalian
mengingatku? Apa yang kalian ingat dariku?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar